"Sat, apa kamu memang hobi berkelahi seperti ini?" Cecar Alya sambil memeras handuk kecil, usai dicelupkan di air hangat.
Satria tetap saja bungkam. Diamnya Alya mulai menerka siapa pelakunya. Tidak mungkin Satria yang dia kenal memiliki kebiasaan berkelahi, dia tak pernah melihat laki laki yang kini menjadi suaminya babak belur sebelumnya.
"Apakah Mas Aditya yang melakukan ini semua?" Terka Alya sambil membantu membersihkan luka luka di sekitar wajah suaminya. Satria meringis menahan sakit.
"Dia tidak terima aku menikahimu, Al. Mas Aditya sangat mencintaimu, dia berharap suatu hari hubungan kalian bisa diperbaiki. "Satria akhirnya bercerita pada Alya kejadian yang sebenarnya.
Alya memejamkan mata, menahan agar air mata tak tumpah. Jika berkata soal cinta. Alya juga masih sangat mencintai Aditya. Empat tahun waktu yang tidak sebentar, untuk menjalin kasih, suka dan duka sudah dilewati bersama, banyak kenangan indah yang mungkin akan sulit sekali dilupakan.
"Al, maaf jika aku melakukan kesalahan dengan menikahimu." Satria tahu tak mudah berada di posisi Alya. Menerima lelaki yang tak pernah dicintai.
Tapi Satria yakin, suatu hari Alya pasti bisa menerima kehadiran dirinya menggantikan Aditya. Satria yakin cinta Alya akan tumbuh seiring berjalannya waktu.
"Aku selama ini kenapa sangat bodoh Sat, bisa-bisanya aku tidak tahu kalau mas Aditya memiliki hubungan cinta dengan wanita lain, aku terlalu percaya dan menyayanginya."
"Sumpah, aku juga tak mengenal istri Mas Aditya, Al."
Satria tidak tahu jika ada wanita yang memiliki hubungan dekat dari kakaknya selain Alya. Jika Aditya dan wanita itu tidak dekat tak mungkin wanita itu rela menyerahkan kehormatan hingga mengandung sampai sebesar itu. Jika dilihat sekilas, Alya yakin usia kehamilannya sudah lebih dari lima bulan.
Semakin sakit saja Alya membayangkan semuanya. Kemana dia selama ini sampai tak tahu hal sebesar itu.
"Alya, kamu kelihatannya lelah sekali, tidurlah di ranjang, biar aku di sofa saja." kata Satria melihat wajah lelah wanita yang baru dinikahi beberapa jam itu.
Alya mengambil satu selimut dan juga satu bantal yang ada di ranjang. Meletakkannya di sofa panjang, yang posisinya menghadap ke TV ukuran sedang yang menempel di dinding.
"Alya, tidurlah di ranjang, aku mohon." Satria menghentikan langkah kaki Alya dengan menggenggam pergelangan tangan istrinya. Tapi melihat raut wajah tak suka dari Alya Satria segera melepas genggaman tangannya
"Tidak Sat, kamu sedang sakit, biarlah aku yang tidur di sofa untuk beberapa hari." Alya kekeuh menolak.
"Al, aku mohon, dengarkan jika suami bicara," pinta Satria.
"Baiklah." Alya akhirnya menyerah, dalam hati dia mengagumi sisi baik Satria yang rela mengalah, sedangkan kondisinya sendiri sedang memprihatinkan.
***
Rupanya.Esok telah tiba, Cahaya bulan meredup lalu hilang, ketika sang fajar mulai menampakkan diri malu-malu di ufuk timur.
Alya mengerjab berkali-kali, membuka matanya berlahan.
Alangkah terkejutnya ketika membuka mata, Alya tak melihat sosok. Satria sudah tidak ada di sofa, bahkan selimutnya sudah terlipat dengan rapi.
"Alya, lelah sekali ya? tidurnya pulas banget, aku sampai tak tega membangunkan tadi."
"Bodoh sekali, Alya. Sungguh kamu sudah mempermalukan dirinya sendiri, bagaimana bisa bangun kesiangan," gumam Alya lirih.
Alya menatap Satria penuh kekaguman, aura wajahnya jadi tak menentu. Sedangkan lelaki yang berstatus suaminya sudah rapi dengan baju takwa lengan panjang dan sarung tenun bermunajat pada sang kuasa, dia malah masih asyik bergelung di bawah selimut.
Satria menyambut Alya dengan senyum manisnya. "Alya buruan gih mandi, sebelum waktunya habis." Satria tak mau Alya melewatkan sholat paginya.
Alya menurut, dia beranjak turun, Satria tidak tahu saja kalau Alya sedang datang bulan. Alya juga tak mungkin bercerita.
"Alya, kamu tembus ya!" Pekik Satria sambil menunjuk tubuh belakang Alya. Lelaki itu senyam-senyum seperti berhasil menemukan harta Karun.
"Satriaaa, jangan lihat! Cepat balik badan!"
Alya ceroboh sekali. Wanita itu segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Sat, kamu keluar aja dulu, biar aku bersihkan, maaf ya, aku sudah mengotori ranjang kamu." Alya berteriak dari kamar mandi pribadi yang ada di kamarnya.
"Alya, mulai sekarang itu ranjang kamu, kamu bisa pake sepuasnya, nggak usah panik, biar Si Mbok yang bantu bersihkan." Bagas berteriak balik. Supaya Alya yang sedang bermain air di dalam kamar mandi bisa mendengar.
"Eh jangan!! Aku malu Sat, kalau Mbok yang bersihkan, biar aku sendiri saja." Buru buru Alya keluar dan menarik seprei pada tiap sudut ujung kasur.
Alya segera membawa seprei yang terkena noda darah dan baju kotornya ke tempat cuci. Rupanya pagi buta dapur sudah sangat ramai, Kinan juga sudah membantu Si Mbok memasak sarapan.
"Neng Alya, taruh disitu saja, biar nanti Mbok yang bersihkan." kata Mbok Minah yang masih sibuk.
"Jangan Mbok, biar Alya sendiri saja."
"Neng, sudah, biar nanti Mbok aja, neng mandi dan siap-siap kuliah. Nanti malah telat.
"Beneran mbok, biar Alya saja, soalnya ini ada nodanya." Alya sepertinya harus menjelaskan biar mbok mengerti.
Mbok bukannya membiarkan Alya melakukan keinginannya, dia malah merebut dari tangan Alya.
Mbok sudah tahu itu noda apa, nggak usah malu, lagian Neng Alya juga pasti masih merasakan sakit. Mending neng Alya istirahat dulu.
Belum sempat menjelaskan, Bunda Aisyah yang mendengar semuanya sudah salah paham jiga, segera menghampiri Alya dan memeluk lengan menantunya.
"Sayang, semalam pasti sakit banget, nurut sama Mbok Minah. Biar dia aja yang cuci. Mending kamu istirahat. Mama yakin sekali, pinggang kamu pasti masih sakit.
'Kenapa jadi salah paham begini, ini bukan noda seperti yang seperti kalian maksud, tapi ini hanya noda menstruasi.' Alya tersenyum, meski kesal pada Si Mbok yang menjadi biang keladi kesalah pahaman
"Bunda, tapi …." Alya berusaha menjelaskan. Tapi bunda Aisyah tak memberi kesempatan. Dia terlanjur bahagia dan meminta Alya untuk duduk di ruang keluarga.
Aditya yang mendengar semuanya terlihat sekali menahan amarah, dia menggenggam gelas di tangannya dan mencengkram kuat hingga otot-otot besar di tangannya terlihat.
Aditya kembali ke kamar tanpa sepatah kata, setelah menatap Alya dengan kilatan rasa kecewa yang amat besar. Lelaki itu kalau marah matanya sangat merah dan enggan berbicara.
'Mas Aditya, sepertinya kau juga salah paham, sama seperti mereka, tapi tidak apa-apa, ini malah bagus, kau tidak akan menggangguku lagi, setidaknya prasangka mu itu membuat kau tahu kalau aku bukanlah milikmu lagi.'
Kinan yang ada di dapur, sesekali melihat ke arah Alya. Wanita itu terlihat ingin mengakrabkan diri dengan Alya Atau mungkin dia senang karena Alya sudah melepaskan Aditya seutuhnya untuk dimiliki.
Kinan menghampiri Alya dan bunda Aishah sambil membawa dua teh dengan ukuran gelas besar.
"Teh hangat Bunda, ini juga untukmu, Al. Biasanya kalau minum teh dalam keadaan hangat, nyeri nyeri akan sedikit berkurang." Wanita tengah berbadan besar itu menaruh gelas dengan hati-hati di depan Bunda Aisyah dan Alya.
Alya tahu Kinan sama salah pahamnya dengan semua orang. melihat Kinan sepertinya wanita yang baik, kata katanya lembut, tak ada tanda-tanda dia wanita yang pandai merayu atau berakting, semakin membuat Alya yakin kalau wanita itu tulus mencintai Aditya.
Alya juga melihat Satria yang senyum-senyum dari lantai dua, lelaki itu bukan menjelaskan, tapi semakin menikmati kesalah pahaman ini.
Alya pamit pada bunda Aisyah untuk mandi, sebentar lagi sarapan bersama akan dimulai. Alya juga ingin ke kampus. Tapi niat itu seketika langsung dimusnahkan oleh bunda.
"Alya, kamu izin dulu beberapa hari, sampai nyeri yang kamu rasakan hilang, nanti biar Satria yang akan memintakan izin. Bunda tidak setuju jika kamu kuliah, sedangkan kondisimu sekarang seperti ini."
Mertua Alya sangat paham apa yang mungkin dialami anak-anaknya. Tapi please mengertilah, Alya dan Satria belum kepikiran melakukan ritual itu.
"Benar yang dikatakan Bunda, Al. Mending kamu nggak usah ke kampus dulu, nanti aku akan mintakan izin pada rektor. Paling tidak tiga sampai empat hari, sampai jalan kamu kembali normal."
Alya semakin geregetan dengan suaminya itu, bisa-bisanya dia menambah kalimat bohong yang membuat mereka semua semakin yakin.
Lagi-lagi Aditya tidak bisa menerima semua ini. Lelaki yang duduk di meja makan menunggu sarapan itu sepertinya sengaja menjatuhkan gelas dan membuat semua orang terkejut.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Rosy
dan semua orang jadi salah paham hanya karena noda di sprei padahal cuma kebocoran 🤭 nggak papa Al sandiwaranya nanggung..iya in saja apa kata mama sama si mbok biar Aditya makin kepanasan tuh 😂😂
2022-10-04
2
mamak"e wonk
ada yg kepanasan...😡😡
2022-10-02
2
@sulha faqih aysha💞
kesalahpahaman membawa berkah😁😁
biar Aditya tahu bahwa Alya lagi miliknya
hahahaha Satria kamu tuh bikin nambah kenyataan yang sebenarnya walaupun ada seseorang yang terbakar hatinya 😁😁🤣
2022-09-18
1