Pernikahan Rahasia Tuan Ergan
Happy reading...
.....
Amelia Kirana (24) gadis berparas cantik, memiliki lesung pipi, anggun, pintar, kulit putih, rambut lurus sebahu, tinggi, dan body sempurna bak model. Gadis yang mandiri dan penuh ambisi. Rela berpisah dengan keluarga karena cita-citanya sejak kecil dan padatnya jadwal terbang sebagai pramugari.
Amelia baru saja turun dari pesawat bersama empat kru yang bekerja sebagai pramugari di salah satu maskapai International bernama Butterfly Airlines. Rambut di cepol naik, sling bag yang menggantung di bahu sebelah kanan dan satu koper kecil di tarik menggunakan tangan kiri.
Mereka menjadi pusat perhatian karena memiliki kecantikan yang luar biasa bak model yang sedang berjalan diatas catwalk melewati ratusan manusia yang sedang menunggu kedatangan keluarganya dibandara.
Mereka hanya tersenyum saat mereka mendapatkan sapaan dari beberapa pria yang sedang menggoda bahkan ada yang bersiul saat mereka perpapasan. Hal seperti itu sudah biasa bagi Amelia dan teman-temannya.
Setelah di depan mobil, mereka masuk ke dalam mobil jemputan khusus dari perusahaan menuju mes khusus untuk pramugari di salah satu perumahan elite.
Amelia menyandarkan punggungnya di sandaran mobil, tubuhnya begitu lelah. Disaat teman-temannya sedang bercanda gurau, ia memilih menutup mata untuk beristirahat.
"Mel, kamu kenapa? Sejak turun dari pesawat, kamu lebih banyak diam. Apa kamu sakit?" Tanya Karmen sahabatnya.
Karmen sahabat Amelia sejak mereka bekerja sebagai pramugari. Karena sering mendapatkan jadwal penerbangan dengan route yang sama, mereka sering bercerita kehidupan masing-masing dan tinggal sekamar di hotel saat pesawat transit di kota lain.
Amelia hanya menggelengkan kepalanya tanpa membuka mata. Siapa yang tahu dibalik senyum manis yang ia perlihatkan selama bekerja di dalam pesawat ternyata menyimpan kesedihan begitu dalam.
Setelah tiga puluh menit, mobil innova memasuki halaman rumah. Sebuah rumah mewah di perumahan elit yang perusahaan sewa sebagai mes atau tempat tinggal untuk pramugari yang tidak memiliki rumah di Jakarta.
Amelia, Karmen, Citra, dan Sindi segera turun dan mengambil barang masing-masing di bagasi mobil.
"Terimakasih Pak Asep." Ucap Amelia dan teman-temannya.
"Sama-sama Neng." Ujar Asep kemudian pergi menuju bandara karena masih banyak yang harus ia kerjakan.
Mereka masuk ke dalam kamar. Disana terdapat enam kamar. Satu kamar untuk Amelia dan Karmen, satu lagi untuk Citra dan Sindi dan dua kamar yang lain di biarkan kosong. Kamar itu untuk pramugari yang hanya mampir untuk istirahat karena pesawat transit sambil menunggu penerbangan berikutnya.
Tengah malam, Amelia terbangun. Kerongkongannya kering dan sangat haus. Ia turun dari tangga menuju dapur. Mengambil segelas air minum dari dalam kulkas lalu segera meminumnya. Melihat masih ada sisa makanan diatas meja makan, ia pun duduk lalu menikmatinya.
Suara sendawa keluar dari mulut Amelia setelah sepiring nasi campur dan segelas air masuk kedalam perutnya. Ia kembali keatas menaiki anak tangga menuju kamarnya.
"Kamu dari mana?" Tanya Karmen dengan suara beratnya sambil membuka setengah matanya.
"Dapur, habis makan." Jawab Amelia kemudian membuka pintu kamar menuju balkon.
"Kebiasaan." Singkat Karmen kemudian melajutkan tidurnya.
Amelia berdiri di balkon dengan mengenakan baju tidur tipis. Rambutnya yang sebahu di ikat memperlihatkan lekuk lehernya yang indah. Kulitnya yang putih susu sangat kontras dengan bajunya yang berwarna putih. kedua tangannya bertumpu pada besi balkon dengan pandangan kosong kedepan. Ia tidak sadar jika seseorang sedang menatapnya dari balkon rumah tetangga. Menikmati segala keindahan yang terpampang nyata dihadapannya.
Ergan menelan salivanya dengan kasar, ia tidak menyangka akan melihat bidadari dimalam hari.
Ergan Adidarma Dipangga (28). Pria tampan dengan postur tubuh yang tinggi sempurna, rahang kokoh dan tegas, alis tebal, bulu halus di area dagu, kaya raya, pekerja keras, CEO perusahaan besar yang bergerak di bidang konstruksi dan produksi, tapi miliki sikap yang dingin terhadap orang lain.
Amelia menarik napas dalam-dalam menikmati angin malam menembus kulitnya yang tipis. Pikirannya sedang berkelana mengingat kekasih hatinya di kampung akan menikah bulan depan. Ingin rasanya Amelia kembali ke kampung halaman dan menghetikan pernikahan itu, tapi dia terikat kontrak dengan maskapai tempatnya bekerja. Tidak boleh menikah selama dua tahun masa kontrak. Jika melanggar maka harus mengganti kompensasi yang nilainya bisa mencapai ratusan juta.
Tak terasa air matanya kembali mengalir, hatinya begitu sakit mendengar berita dari kedua orangtuanya jika Heri akan menikahi sahabatnya di Surabaya. Baru saja beberapa bulan dia pergi, Heri dan Dian sudah memutuskan untuk menikah. Ada apa ini? apa ada sesuatu yang ia tidak tahu? Apa mereka menjalin hubungan dibelakang Amelia?
"Hikss, hikss.. kenapa kau tidak menungguku? Aku hanya bekerja selama dua tahun disini, dan akan kembali untuk menikah denganmu setelah aku mencapai cita-cita dan membahagiakan kedua orang tuaku." Gumam Amelia disela tangisnya. Ia kemudian meneguk minuman kaleng ditangannya tanpa sisa.
"Kenapa? Aku benci kamu..!" Teriak Amelia meluapkan kekesalannya sambil melempar kaleng ke sembarang arah.
Pukk!
"Aww!" Pekik Ergan kemudian memegang dahinya.
Kaleng yang di lempar Amelia mendarat dengan sempurna di kening Ergan. Ia menyipitkan matanya, tidak menyangka Amelia tiba-tiba melempar kaleng bekas yang baru saja diminumnya. Yang lebih parahnya lagi dahinya sekarang terluka.
"Siapa di sana?" Teriak Amelia melihat kiri dan kanan bahkan ke bawah saat mendengar suara tapi tidak melihat seseorang, "Apa mungkin ada hantu disini?" Amelia bergidik ngeri kemudian segera masuk kedalam.
"Khemm!" Dehaman Ergan menghentikan langkah kaki Amelia. Ia segera berbalik dan tertegun melihat seseorang pria berdiri di balkon berhadapan dengannya. Pria itu memegang dahinya sambil menatapnya dengan tajam dan dingin.
"Kamu nggak ada kerjaan ya? Tengah malam teriak-teriak dan menipuk orang!" Kesal Ergan sambil mengusap dahinya.
Untuk sejenak Amelia terdiam, walaupun cahaya lampu redup karena hanya lampu taman yang menyala di bawah sana. Sosok Ergan tetap tampak mempesona.
Mendengar Ergan bicara dengan nada kesal, Amelia pun ikut kesal. Tadinya Amelia ingin minta maaf, namun niatnya berubah saat mendengar kata-kata Ergan yang menuduhnya kurang kerjaan.
"Mana aku tau kalau disitu ada orang. Lagian ngapain malam-malam duduk disitu?" Balas Amelia sambil menunjuk dengan dagunya.
"Saya mau ngapain malam-malam itu terserah saya! bukannya minta maaf malah nyolot! minta maaf nggak?" Ergan makin kesal.
"Nggak mau, bleee..." Balas Amelia kemudian menjulurkan lidahnya dan segera pergi meninggalkan balkon. Menutup pintu lalu segera naik keatas tempat tidur.
"Eh..." Ergan menunjuk Amelia dengan kesal karena mengabaikan dirinya, baru kali ini ada seorang wanita yang ketus dan mengabaikan kehadirannya, ia kemudian segera masuk untuk mengambil obat sambil mengumpat dalam hati pada Amelia.
"Siall, dia malah masuk lagi! Dasar gadis jutek! Baru juga pindah beberapa hari di rumah ini, aku sudah dapat masalah. Aku akan membalasmu sampai kau memohon ampun padaku." Geram Ergan kemudian masuk kedalam kamar, dia harus segera memberi obat pada lukanya.
Ergan mengambil kotak obat dilaci kemudian mengoles salep didahinya didepan cermin. Ia kemudian tersenyum licik mengingat tubuh seksi Amelia dibalik gaunnya yang tipis, "Gadis aneh! tapi kenapa aku baru melihatnya malam ini? Bukankah aku tiap malam duduk di balkon saat tengah malam?" Gumam Ergan. Ia merasa heran sejak kapan ada gadis yang tinggal di depan rumahnya. Kenapa dia tidak tahu?
.
.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Soraya
permisi numpang duduk dl ya kak
2023-07-08
0
Eva Rubani
seruuuu
2023-02-12
0
Ariana Rose
kayaknya seru .. mampir
2023-01-09
1