Rumah Tetangga

Keesokan harinya.

Pukul tujuh pagi Ergan sedang sarapan seorang diri dimeja makan. Tidak lama kemudian Tirta sang asisten datang. Tanpa permisi ia langsung duduk dan ikut sarapan. Mengambil dua roti tawar lalu mengoles selai coklat kemudian menuang susu di gelas yang kosong.

Tirta Aditya (27) sepupu dan juga teman sekolah Ergan. Mereka sering bersama sejak duduk di bangku SD hingga kuliah. Mereka juga mengambil jurusan bisnis di Jerman. Tirta memilih bekerja dengan Ergan karena mereka sudah nyaman mengembangkan bisnis bersama.

"Itu dahi kenapa bos?" Tanya Tirta penuh selidik.

"Bukan urusan kamu." Jawab Ergan datar.

"Aku hanya khawatir bos! perasaan saat pulang kantor semua baik-baik aja."

"Sudahlah, aku nggak apa-apa. Kamu kenal nggak dengan tetangga sebelah?"

Tirta menghentikan makannya, meletakkan rotinya dipiring kemudian menatap Ergan penuh intimidasi.

"Tunggu, tunggu, kayaknya ada yang salah deh! kamu nggak sakit kan?" Tirta menyipitkan mata sambil mengangkat tangannya mendekati Ergan seolah ingin memegang dahinya.

"Apaan sih! jangan pegang-pegang." Ergan menepis tangan Tirta agar tidak menyentuhnya.

"Sejak kapan lo kepo dengan rumah tetangga?" Tirta balik bertanya masih tetap menyipitkan matanya.

"Kenapa kamu balik nanya? jawab aja apa susahnya." Kesal Ergan.

"Hehehe, santai bos! masih pagi, jangan marah-marah, ingat umur, entar keriputnya muncul sebelum waktunya." Canda Tirta.

"Gw nggak kepengen becanda, Tir. Gimana? lo tau nggak?" Ulang Ergan makin kesal.

"Nggak!" Tirta menggelengkan kepalanya kemudian mengambil rotinya kembali, ia harus menyelesaikan sarapannya agar perutnya tidak kosong sebelum berangkat kerja.

"Bener? awas saja kalau lo bohong. Bulan ini lo nggak gajian." Ancam Ergan membuat Tirta menelan rotinya dengan kasar.

"Yang aku tau, rumah tetangga itu dijadikan mes salah satu maskapai penerbangan, kalau nggak salah Butterfly Airlines." Ungkap Tirta.

Ergan hanya diam mendengar ucapan Tirta.

"Lo tau nggak yang tinggal di sana khusus pramugari?" Tanya Tirta sambil melanjutkan makanannya kembali.

"Kalau gw tau, gw nggak akan nanya ke lo dodol!" Ergan menyentil jidat Tirta dengan tangan kirinya.

"Pramugarinya sangat cantik melebihi model iklan tv, kayak bidadari turun dari kayangan dengan mengendarai pesawat terbang."

"Kok lo tau mereka sangat cantik? jangan-jangan lo sering liat mereka diam-diam ya?"

"Jangan suudzon bos! dosa kalo nggak ada bukti."

"Trus lo taunya dari mana? jangan-jangan lo deketin mereka tanpa sepengetahuan gw ya?"

"Lho, kok makin nuduh sih!" Tirta mengusap wajahnya dengan kasar, "Gw tau nya dari satpam kompleks saat melihat rumah ini untuk lo beli, Puas!?" Kesal Tirta kemudian memutar bola matanya dengan kesal.

"Nggak! belum puas."

Ergan menggelengkan kepalanya kemudian berdiri dari kursinya. Ia sudah menghabisakan sarapannya kemudian melangkah keluar rumah lebih dulu.

"Dasar bos tidak ada akhlak! main tinggalin aja." Umpat Tirta kemudian segera minum beberapa teguk lalu menyusul Ergan keluar rumah.

.............

Dirumah sebelah.

Amelia dan Karmen, Citra dan Sindi sudah siap menuju bandara dengan seragam pramugarinya. Rambut di cepol keatas, sling bag di pundak dan koper kecil di sampingnya. Mereka akan terbang ke Singapura, Malaysia dan kembali ke Jakarta.

Bip, bip!

Suara klakson dari luar rumah menandakan Asep telah menunggu di luar.

"Ingat berdoa sebelum berangkat." Citra mengingatkan.

Mereka berdoa bersama kemudian keluar dari rumah sambil menarik koper masing-masing.

Satu persatu koper dimasukkan ke bagasi. Setelah semuanya beres, mereka masuk ke dalam mobil.

Amelia merasa ada yang kurang ditangannya, hingga akhirnya menyadari jika dia lupa memakai jam tangan.

"Sebentar aku lupa jam tanganku." Amelia segera masuk ke dalam rumah sedangkan yang lainnya menunggu didalam mobil.

.................

Rumah Ergan.

Saat hendak masuk ke dalam mobil. Ergan mendengar suara ramai dari rumah tetangga, karena penasaran ia berbalik dan melihat empat pramugari sedang memasukkan koper kedalam mobil.

Ergan menyunggingkan senyum tipis saat Amelia juga memasukkan kopernya. Dia sangat terpesona dengan penampilan Amelia, seragam pramugari yang begitu pas ditubuhnya. Apalagi saat Amelia tersenyum memperlihatkan lesung pipinya.

Makin klepek-klepek aja Ergan.

"Kamu harus membayar apa yang sudah kamu lakukan padaku semalam. Gara-gara kamu aku tidak bisa tidur nyenyak." Gumam Ergan tapi ujung kalimatnya sempat di dengar Tirta yang sudah berdiri di sampingnya.

"Bos, kenapa nggak bisa tidur nyenyak?"

Tirta mengikuti arah pandangan Ergan.

"Weitss, bidadari cantik akan terbang kelangit tuh! bener apa kata satpam kompleks, mereka benar-benar cantik dan mempesona. Sepertinya gw harus jadiin mereka pacar deh!" Puji Tirta tanpa berkedip.

Ergan mengalihkan pandangannya menatap Tirta dengan tajam. Asistennya memang sangat pandai memuji wanita. Tapi anehnya sampai sekarang Tirta masih saja betah menjomblo.

"Mereka? semuanya?"

"Hehehe, satunya aja bos!" Ralat Tirta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Dasar jomblo akut!" Ejek Ergan.

"Mending jomblo, dari pada punya istri tapi seperti duda." Balas Tirta.

"Kamu makin hari makin ngeselin! apa kamu sudah bosan kerja?"

"Hehehe... pis bos." Tirta menaikkan jari tangannya berbentuk huruf V kemudian membuka pintu mobil untuk Ergan.

Ergan kembali melirik Amelia yang baru saja keluar dari rumah sambil memakai jam tangannya. Ada perasaan bahagia saat melihat wajah cantik Amelia lagi, tapi ada rasa kesal juga mengingat sikap jutek Amelia semalam. Tanpa sengaja pandangan mereka bertemu, baru kali ini Amelia tidak memperlihatkan senyum terbaiknya pada orang lain, sedangkan Ergan hanya menatap Amelia dengan datar tanpa ekspresi.

Amelia segera membuang pandangannya kemudian masuk kedalam mobil, ia tidak mau teman-temannya curiga karena Ergan terus menatapnya dari kejauhan. Setelah Amelia duduk, Asep segera melajukan mobilnya menuju bandara.

Melihat Ergan enggan masuk ke dalam mobil, Tirta kembali bersuara.

"Bos, jadi berangkat nggak nih? atau kita ikutin aja bidadari itu, lalu mengambil kopernya agar mereka nggak bisa lagi terbang ke kayangan."

"Otak kamu sudah bergeser, Tir?"

"Hehehe... sedikit bos, setelah cuci mata melihat yang bening-bening. Sepertinya otakku memang harus diluruskan." Jawab Tirta tapi lirikan matanya seakan menyindir Ergan.

Ergan masuk ke dalam mobil kemudian Tirta menuju pintu kemudi. Setelah duduk dan memasang seat belt. Tirta melirik Ergan yang duduk dikursi belakang sambil bersandar.

"Kita jalan bos?" Tanya Tirta.

"Hmm.." Gumam Ergan.

Tirta melajukan mobil Bantley hitam milik Ergan dengan kecepatan rata-rata menuju perusahaan.

Setelah tiga puluh menit, akhirnya mereka tiba diperusahaan Jaya Mandiri Group. Gedung perkantoran yang sangat besar dengan jumlah karyawan mencapai ribuan. Lantai paling atas, tepatnya lantai dua puluh enam dibangun khusus untuk foodcourt, sedangkan ruangan CEO terletak dilantai dua puluh tiga.

Tirta menurunkan Ergan didepan lobi kantor, setelah membuka pintu untuk Ergan, Tirta menyerahkan kunci mobil pada satpam kantor kemudian mengikuti langkah kaki Ergan masuk ke dalam perusahaan.

Dengan langkah lebar Ergan melewati karyawan yang menunduk memberi hormat. Gayanya yang cool dan cuek dan arogan tidak mengurangi kekaguman karyawan pada sosok bosnya. Dengan tangannya yang dingin, dia dapat membangkitkan perusahaannya yang hampir saja bangkrut akibat ulah istrinya.

Semua karyawan berdiri dan menunduk memberi hormat untuk menyambut kedatangan Ergan. Sapaan selamat pagi diucapkan oara karyawan satu persatu.

"Selamat pagi Pak." Sapa karyawan satu persatu.

"Pagi." Balasan singkat yang selalu Tirta ucapkan karena Ergan hanya berjalan dengan datar menuju lift.

.

.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Eva Rubani

Eva Rubani

kyak nya ngak bosan niiih

2023-02-12

0

Ariana Rose

Ariana Rose

awal yg menarik🥰🥰

2023-01-09

1

Usmayani

Usmayani

cerita nya menarik

2022-12-24

0

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan
2 Rumah Tetangga
3 Makan Malam
4 Tengah Malam
5 Penasaran
6 Obat Luka
7 First Kiss
8 Mulai Terbang
9 Mr Arrogan
10 Bisikan
11 Dentuman Musik
12 Menyesal
13 Mencari Seseorang
14 Tamu Malam Hari
15 Menghindar
16 Jalan-Jalan
17 Deal
18 Beli Tas
19 Kejutan Brian
20 Meminta Kembali
21 Ajak Makan Malam
22 Rumah Orangtua
23 Ketemu Mama
24 Lamaran
25 Rahasia
26 Mengusir
27 Pernikahan
28 Kamar Pengantin
29 Panggilan Sayang
30 Bertemu Wanita Sosialita
31 Istri Idaman
32 Demam
33 Anemia
34 Dimana Aqilah
35 Aqilah Menghilang
36 Bertemu Aqilah
37 Tante Cantik
38 Istri Penurut
39 Menjemput Istri
40 Penghinaan
41 Pelakor
42 Memilih Diam
43 Ceraikan Dia
44 Egois
45 Villa
46 Menaruh Hati
47 Hampir Bangkrut
48 Memilih Pergi
49 Dia Pergi
50 Lupakan Wanita Itu
51 Pencarian
52 Jatuh Sakit
53 Menyiksa Diri
54 Tiga Tahun Kemudian
55 Dimana Tante Cantik
56 Terima Lamaran
57 Bos Duda
58 Pertemuan 1
59 Pertemuan 2
60 Masih Suami-istri
61 Bukan Duda
62 Sikap Rania
63 Menerima Keluarga Kecil
64 Jujur
65 Hati yang Hancur
66 Menerima Keadaan
67 Bernostalgia
68 Menjemput Istri
69 Pergi dari Pesantren
70 Menggoda
71 Bermain
72 Kejutan
73 Pesta Aqilah
74 Kemarahan Karisma
75 Susahnya Mengurus Anak
76 Agenda
77 Ajak Makan Siang
78 Ayu dan Tirta
79 Penolakan
80 Ketemu Karmen
81 Mengantar Karmen
82 Kemarahan Aqilah
83 Buka Kado
84 Pesta Pernikahan
85 Tirta, Ayu
86 Brian, Karmen
87 Extra Part 1
88 Kehilangan Karmen
89 Restu Kakak
90 Bertemu Karmen
91 Pesta
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Pertemuan
2
Rumah Tetangga
3
Makan Malam
4
Tengah Malam
5
Penasaran
6
Obat Luka
7
First Kiss
8
Mulai Terbang
9
Mr Arrogan
10
Bisikan
11
Dentuman Musik
12
Menyesal
13
Mencari Seseorang
14
Tamu Malam Hari
15
Menghindar
16
Jalan-Jalan
17
Deal
18
Beli Tas
19
Kejutan Brian
20
Meminta Kembali
21
Ajak Makan Malam
22
Rumah Orangtua
23
Ketemu Mama
24
Lamaran
25
Rahasia
26
Mengusir
27
Pernikahan
28
Kamar Pengantin
29
Panggilan Sayang
30
Bertemu Wanita Sosialita
31
Istri Idaman
32
Demam
33
Anemia
34
Dimana Aqilah
35
Aqilah Menghilang
36
Bertemu Aqilah
37
Tante Cantik
38
Istri Penurut
39
Menjemput Istri
40
Penghinaan
41
Pelakor
42
Memilih Diam
43
Ceraikan Dia
44
Egois
45
Villa
46
Menaruh Hati
47
Hampir Bangkrut
48
Memilih Pergi
49
Dia Pergi
50
Lupakan Wanita Itu
51
Pencarian
52
Jatuh Sakit
53
Menyiksa Diri
54
Tiga Tahun Kemudian
55
Dimana Tante Cantik
56
Terima Lamaran
57
Bos Duda
58
Pertemuan 1
59
Pertemuan 2
60
Masih Suami-istri
61
Bukan Duda
62
Sikap Rania
63
Menerima Keluarga Kecil
64
Jujur
65
Hati yang Hancur
66
Menerima Keadaan
67
Bernostalgia
68
Menjemput Istri
69
Pergi dari Pesantren
70
Menggoda
71
Bermain
72
Kejutan
73
Pesta Aqilah
74
Kemarahan Karisma
75
Susahnya Mengurus Anak
76
Agenda
77
Ajak Makan Siang
78
Ayu dan Tirta
79
Penolakan
80
Ketemu Karmen
81
Mengantar Karmen
82
Kemarahan Aqilah
83
Buka Kado
84
Pesta Pernikahan
85
Tirta, Ayu
86
Brian, Karmen
87
Extra Part 1
88
Kehilangan Karmen
89
Restu Kakak
90
Bertemu Karmen
91
Pesta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!