Makan Malam

Mereka masuk kedalam lift khusus untuk CEO dan petinggi perusahaan. Setelah sampai dilantai dua puluh tiga, mereka keluar dari lift kemudian menuju ruangan CEO.

Ergan masuk kedalam ruangannya langsung duduk dikursi. Punggung kokohnya kini menempel pada sandaran kursi. Menikmati posisi ternyamannya akibat kualitas terbaik dari kursi kebesarannya. Ia kemudian menautkan jari-jari diatas perutnya yang sixpeck sambil berpikir.

Hari begitu cerah, secerah hati Ergan saat ini. Perasaannya begitu bahagia, baru kali ini ia mendapatkan semangat hidupnya yang hampir saja menghilang setelah dua tahun. Hatinya berbunga-bunga bagai anak ABG yang mengalami jatuh cinta.

Amelia, wajah dan senyum gadis itu kini teputar dikepalanya.

Tirta mengernyitkan keningnya, ia bingung kenapa Ergan malah asik duduk bersantai dikursinya.

"Ada apa dengannya? apa dia sudah mulai nggak waras?" Batin Tirta.

"Bos, kita akan meeting jam sembilan dengan para investor dikantor. Jam satu kita ada pertemuan dengan Pak Dirga di Cafe Kopi Teori membahas pembangunan Mall di kawasan Cinere. Jam tujuh malam ada perjamuan makan malam dengan keluarga Irvan andreas di hotel Horison." Jelas Tirta mengingatkan agenda Ergan untuk hari ini.

Ergan hanya diam, dia bahkan tersenyum memperlihatkan giginya yang putih. Matanya masih menatap lurus kedepan.

Tirta mengibaskan tangannya di depan mata Ergan, namun Ergan sama sekali tidak terganggu seperti orang buta yang tidak melihat keberadaan Tirta.

"Chk, apa yang ada diotaknya sih!" Batin Tirta. Ia harus berpikir keras untuk menyadarkan Ergan dari lamunannya.

Prakkk!

Tirta memukul meja dengan berkas yang ada ditangannya dengan keras. Membuat Ergan yang asik dengan dunia halu-nya tersentak dan sadar.

"Apa-apaan lo." Kesal Ergan.

"Bos yang kenapa? dari tadi gw bacain agedanya tapi lo hanya diam!" Balas Tirta sengit. Baru kali ini ada orang yang berani membentak bosnya. Itu adalah Tirta, bahkan dia tidak segan-segan memukul Ergan jika salah.

Ergan sampai diam saat sadar jika Tirta mulai marah padanya. Tirta memang tidak suka jika Ergan tidak fokus dalam bekerja. Apalagi jika Ergan sedang memikirkan masalah keluarganya dikantor. Itulah sebabnya Tirta lebih memilih jomblo sampai sekarang.

"Baca ulang! gw nggak denger." Pinta Ergan memerintah kemudian mengusap wajahnya dengan kasar.

"Apasih yang lo pikirkan?" Tirta mendengus kesal.

"Kepo!" Ledek Ergan.

Dengan nada kesal Tirta membaca ulang agenda Ergan.

"Kita akan meeting jam sembilan dengan para investor dikantor. Jam satu kita ada pertemuan dengan Pak Dirga di Cafe Kopi Teori membahas pembangunan Mall di kawasan Cinere. Jam tujuh malam ada perjamuan makan malam dengan keluarga Irvan andreas di hotel Horison. Jika lo masih nggak bisa denger, gw keluar sekarang!" Tambahnya.

"Hehehe.. sensitif amat sih lo! kayak cewek lagi dapet tau nggak? santai bro! apa Rania akan datang?"

"Tentu saja, Rania bagian dari keluarga Irvan. Apa kita akan menjemputnya?

"Tidak usah, biarkan dia melakukan apa yang dia inginkan. Dia mau datang atau tidak aku tidak perduli."

Ergan menghela napas kasar, hari ini akan menjadi hari melelahkan untuknya. Apalagi ia akan bertemu dengan istrinya.

Waktu menunjukkan pukul enam sore. Ergan merenggangkan otor-ototnya setelah seharian tenaganya terkuras. Meeting dengan para investor membuat emosinya sedikit naik. Sebagian dari mereka mendesak Ergan untuk segera mengakuisisi salah satu perusahaan di Singapura dan mengambil alih perusahaan itu agar Jaya Mandiri semakin maju dan berkembang. Sedangkan Ergan memiliki pemikiran lain, dia ingin menunggu waktu yang tepat agar langkah yang dia ambil tidak salah.

Setelah berdiskusi panjang kali lebar dengan Tirta di ruang kerjanya, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke Singapura. Ia sudah menyusun rencana dengan matang untuk mendapatkan perusahaan itu.

"Baiklah, kau atur pertemuan dengan Tuan Smith." Ujar Ergan setelah memutuskan untuk berangkat.

"Oke, kalau begitu aku akan menghubungi Simon untuk mempersiapkan jet untuk keberangkatan kita besok." Ujar Tirta.

"Tidak, Aku tidak ingin naik jet. Bukingkan tiket kelas bisnis pesawat Butterfly Airlines besok pagi." Perintah Ergan dengan wajah datar.

Tirta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ingin memastikan jika baru saja tidak salah dengar. Untuk apa Ergan naik pesawat penumpang jika memiliki jet pribadi? Dan sejak kapan Ergan tertarik naik pesawat Butterfly Airlines dan rela mengantri bersama penumpang lain saat chek-in?

"Ada ngak beres nih! gw harus awasi gerak-gerik Ergan. gw nggak mau dia melakukan hal yang dapat menghancurkan hidupnya." Bathin Tirta.

"Kenapa lo diem? lakukan aja yang gw perintahkan, nggak usah mikir seribu kali."

Setelah berpikir yang membuat kepalanya makin pusing, akhirnya Tirta menurut. "Baiklah, aku akan pesan tiket bisnis untuk kita." Tirta mengambil ponselnya untuk memesan tiket bisnis kelas untuk dua orang.

"Aku akan pergi sendiri. Kau urus saja semua pekerjaan disini."

Tirta mengernyitkan keningnya. Ia semakin heran dengan sikap Ergan. Baru kali ini Ergan ke luar negeri mengurus pekerjaan tanpa dirinya.

"Yakin, gw tidak ikut?"

"Hm.. apa lo ragu dengan kemampuan gw?"

"Bukannya gw ragu dengan kemampuan lo, tapi siapa yang mengurus lo di sana?"

"Gw bukan anak kecil yang harus kamu urus terus, Tir. Gw bisa urus diri gw sendiri."

"Baiklah jika itu mau lo, gw aku akan siapkan semuanya."

Tirta menekan ponselnya. Memesan tiket kelas bisnis ke Singapura melalui salah satu aplikasi penjualan tiket online. Setelah memesan tiket, ia memesan hotel presidential suit untuk 5 hari kedepan.

"Sudah bos!" Ujar Tirta setelah semuanya selesai.

"Ayo kita pulang." Ajak Ergan kemudian mengambil jas dan memakainya.

Tirta masih diam, terlalu banyak pertanyaan yang sedang bersarang dikepalanya.

"Ayo, kenapa masih bengong?"

Ergan kembali bersuara kemudian keluar lebih dulu dari ruangannya.

"I.. iya."

Tirta mengambil tas dan laptop Ergan di atas meja kemudian segera menyusul langkah kaki Ergan keluar dari ruang kerjanya.

Suasana kantor sudah sunyi, karyawan sudah pulang sejak pukul lima sore. Hanya ada beberapa orang saja yang tinggal karena harus menyelesaikan laporan untuk diserahkan besok pagi.

Ergan dan Tirta keluar dari perusahaan dengan langkah lebar. Saat di lobi, mobil Bantley warna hitam sudah menunggu di depan lobi, Mereka langsung masuk ke dalam mobil menuju rumah.

Malam harinya Ergan dan Tirta menuju hotel Horison. Acara makan malam yang khusus Irvan Andreas adakan untuk merayakan keberhasilan perusahaannya. Banyak rekan bisnis dan keluarga yang Irvan undang. Termasuk Ergan dan Rania sepupu Irvan.

Ergan turun dari mobil setelah Tirta membuka pintu untuknya. Mereka berjalan menuju ballroom tempat pesta diadakan. Saat masuk di pintu, mereka jadi pusat perhatian. Ergan seorang crazy rich, pebisnis muda yang sedang dipuncak kesuksesannya.

Irvan segera menyambutnya mengulurkan tangan kemudian saling berpelukan.

"Selamat atas kesuksesannya bro! Kamu memang hebat." Puji Ergan sambil menaikkan jempol tangan kanannya.

"Terimakasih Er, aku seperti ini juga karena bantuan mu."

"Ah, jangan seperti itu, ini semua karena usaha dan kemampuan kamu sendiri." Sergah Ergan.

Mereka bicara seputar bisnis dan perkembangan perusahaan. Setelah bicara sebentar, Ergan berpamitan dan mengajak Tirta untuk pergi.

"Daddy....." Teriak Aqilah sambil berlari mengejar Ergan.

Ergan menghentikan langkahnya, ia berbalik kemudian merentangkan tangannya untuk menyambut Aqilah dalam pelukannya.

"Princess kesayangan Daddy." Ujar Ergan.

Ergan memeluk Aqilah dalam dekapannya. Putri kecilnya yang baru berumur lima tahun, ia begitu polos dan tidak tahu apa-apa tentang masalah kedua orangtuanya.

"Daddy, Qia kangen banget?"

"Daddy juga kangen sayang."

Ergan mengangkat Aqilah dalam gendongannya, ia mencium wajah putrinya berkali-kali hingga Aqilah merasa geli.

"Mas." Sapa Rania yang datang menyusul Aqilah.

Ergan menghentikan aksinya, ia kemudian beralih menatap wajah Rania.

"Mas, aku ingin bicara, kita harus menyelesaikan masalah kita, bukan dengan cara pergi dari rumah."

"Cukup Rania! Aku tidak ingin berdebat di sini."

.

.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Maizaton Othman

Maizaton Othman

booking

2024-05-05

0

Eva Rubani

Eva Rubani

ada msalh rmh tangga ni bakalan seruuuu

2023-02-12

0

Jeng Anna

Jeng Anna

Jet?

2023-01-26

1

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan
2 Rumah Tetangga
3 Makan Malam
4 Tengah Malam
5 Penasaran
6 Obat Luka
7 First Kiss
8 Mulai Terbang
9 Mr Arrogan
10 Bisikan
11 Dentuman Musik
12 Menyesal
13 Mencari Seseorang
14 Tamu Malam Hari
15 Menghindar
16 Jalan-Jalan
17 Deal
18 Beli Tas
19 Kejutan Brian
20 Meminta Kembali
21 Ajak Makan Malam
22 Rumah Orangtua
23 Ketemu Mama
24 Lamaran
25 Rahasia
26 Mengusir
27 Pernikahan
28 Kamar Pengantin
29 Panggilan Sayang
30 Bertemu Wanita Sosialita
31 Istri Idaman
32 Demam
33 Anemia
34 Dimana Aqilah
35 Aqilah Menghilang
36 Bertemu Aqilah
37 Tante Cantik
38 Istri Penurut
39 Menjemput Istri
40 Penghinaan
41 Pelakor
42 Memilih Diam
43 Ceraikan Dia
44 Egois
45 Villa
46 Menaruh Hati
47 Hampir Bangkrut
48 Memilih Pergi
49 Dia Pergi
50 Lupakan Wanita Itu
51 Pencarian
52 Jatuh Sakit
53 Menyiksa Diri
54 Tiga Tahun Kemudian
55 Dimana Tante Cantik
56 Terima Lamaran
57 Bos Duda
58 Pertemuan 1
59 Pertemuan 2
60 Masih Suami-istri
61 Bukan Duda
62 Sikap Rania
63 Menerima Keluarga Kecil
64 Jujur
65 Hati yang Hancur
66 Menerima Keadaan
67 Bernostalgia
68 Menjemput Istri
69 Pergi dari Pesantren
70 Menggoda
71 Bermain
72 Kejutan
73 Pesta Aqilah
74 Kemarahan Karisma
75 Susahnya Mengurus Anak
76 Agenda
77 Ajak Makan Siang
78 Ayu dan Tirta
79 Penolakan
80 Ketemu Karmen
81 Mengantar Karmen
82 Kemarahan Aqilah
83 Buka Kado
84 Pesta Pernikahan
85 Tirta, Ayu
86 Brian, Karmen
87 Extra Part 1
88 Kehilangan Karmen
89 Restu Kakak
90 Bertemu Karmen
91 Pesta
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Pertemuan
2
Rumah Tetangga
3
Makan Malam
4
Tengah Malam
5
Penasaran
6
Obat Luka
7
First Kiss
8
Mulai Terbang
9
Mr Arrogan
10
Bisikan
11
Dentuman Musik
12
Menyesal
13
Mencari Seseorang
14
Tamu Malam Hari
15
Menghindar
16
Jalan-Jalan
17
Deal
18
Beli Tas
19
Kejutan Brian
20
Meminta Kembali
21
Ajak Makan Malam
22
Rumah Orangtua
23
Ketemu Mama
24
Lamaran
25
Rahasia
26
Mengusir
27
Pernikahan
28
Kamar Pengantin
29
Panggilan Sayang
30
Bertemu Wanita Sosialita
31
Istri Idaman
32
Demam
33
Anemia
34
Dimana Aqilah
35
Aqilah Menghilang
36
Bertemu Aqilah
37
Tante Cantik
38
Istri Penurut
39
Menjemput Istri
40
Penghinaan
41
Pelakor
42
Memilih Diam
43
Ceraikan Dia
44
Egois
45
Villa
46
Menaruh Hati
47
Hampir Bangkrut
48
Memilih Pergi
49
Dia Pergi
50
Lupakan Wanita Itu
51
Pencarian
52
Jatuh Sakit
53
Menyiksa Diri
54
Tiga Tahun Kemudian
55
Dimana Tante Cantik
56
Terima Lamaran
57
Bos Duda
58
Pertemuan 1
59
Pertemuan 2
60
Masih Suami-istri
61
Bukan Duda
62
Sikap Rania
63
Menerima Keluarga Kecil
64
Jujur
65
Hati yang Hancur
66
Menerima Keadaan
67
Bernostalgia
68
Menjemput Istri
69
Pergi dari Pesantren
70
Menggoda
71
Bermain
72
Kejutan
73
Pesta Aqilah
74
Kemarahan Karisma
75
Susahnya Mengurus Anak
76
Agenda
77
Ajak Makan Siang
78
Ayu dan Tirta
79
Penolakan
80
Ketemu Karmen
81
Mengantar Karmen
82
Kemarahan Aqilah
83
Buka Kado
84
Pesta Pernikahan
85
Tirta, Ayu
86
Brian, Karmen
87
Extra Part 1
88
Kehilangan Karmen
89
Restu Kakak
90
Bertemu Karmen
91
Pesta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!