NODA CINTA

NODA CINTA

PENGKHIANATAN

"Mas Pram, kau kejam!"

Satu wanita mengatakan hal tersebut dengan sangat histeris ketika melihat kekasihnya di dalam kamar hotel bersama sahabatnya tanpa sehelai benang pun.

"Kau jahat mas, jahat, Ren kau sahabat ku kenapa kalian tega melakukan semua hal ini kepada ku!"

Tangisan yang kencang disertai suara histeris terus keluar dari satu wanita yang pagi ini sengaja menuju satu hotel untuk melihat sendiri bahwa apa yang dikatakan oleh orang - orang disekitarnya itu benar.

"Ya aku memang jahat, aku dan Renata memang jahat, jika kami jahat kau mau apa Silvi!"

Suara teriakan satu laki - laki kini tak mau kalah dengan suara satu wanita yang masih meraung - raung menangis di depan pria tersebut.

"Mas Pras satu bulan lagi kita menikah, dan semua sudah di persiapkan dengan baik, dan sekarang, mas Pras tidur dengan sahabat baik ku sendiri, mas dimana hati nurani mas Pras!"

Silvi adalah wanita yang pagi ini mendapatkan satu kejutan fantastis ketika dirinya pergi ke hotel berdasarkan laporan pesan misterius dari dalam ponselnya yang mengatakan bahwa  tunangannya Prasetya dan  sahabat baiknya Renata berselingkuh di hotel A.

Awalnya Silvi berusaha untuk tidak menanggapi pesan gelap dari nomor yang tidak dia kenal, namun karena pesan tersebut sering dikirim ke ponsel Silvi, pada akhirnya membuat Silvi penasaran dan pergi untuk mengetahui kebenaran.

"Persetan dengan pernikahan yang akan di gelar, aku yang akan membatalkan pernikahan tersebut."

Deg

Seperti petir yang menyambar tubuh Silvi ketika Prasetya mengatakan hal tersebut kepadanya.

Prasetya laki - laki yang sudah menjadi kekasih Silvi sejak di bangku kuliah, Prasetya yang sangat mencintai Silvi, Prasetya yang rela melakukan hal apapun untuk Silvi.

Namun kini di hadapan Silvi, laki - laki tersebut yang dengan gampang membatalkan hari istimewa di dalam kehidupan Silvi yang terjadi sekali seumur hidupnya.

"Mas kau jangan gila, pemberkatan akan dilakukan bulan depan, mas sadar mas, sadar."

Silvi mengatakan hal tersebut sambil menguncang - guncang baju Prasetya.

"Lepaskan tangan mu ini Silvi!."

Prasetya mengatakan hal tersebut sambil melemparkan tangan Silvi dari bahunya."

"Kau tau selama ini aku terpaksa mencintai mu, kau tau selama ini aku terpaksa berpura-pura untuk melakukan itu semuanya!"

Prasetya mengatakan hal tersebut sambil menunjuk wajah Silvi dengan jari telunjuknya.

Prasetya mengatakan semua hal tersebut dengan menatap tajam ke arah Silvi.

"Mas, mas tega mengatakan hal itu kepada ku!"

Silvi mengatakan hal tersebut sambil menggelengkan kepalanya.

Sungguh Silvi sangat tidak menyangka jika laki - laki yang sangat dia cintai berani untuk mengatakan hal tersebut kepadanya.

"Ya Silvi ini adalah kenyataan yang harus kau terima, bahwa aku sebenarnya sama sekali tidak pernah mencintai mu."

"Bahwa selama ini aku hanya berpura - pura saja untuk melakukan hal itu, satu wanita yang aku cintai sejak dulu, adalah Renata!"

Prasetya mengatakan hal tersebut sambil memeluk Renata di atas tempat tidur.

"Jadi kalian sudah berselingkuh sejak lama?"

Hati Silvi begitu sakit ketika mengatakan hal tersebut sambil memandang Prasetya memeluk tubuh Silvi yang hanya menggunakan selimut putih tebal.

"Kami tidak pernah berselingkuh Silvi."

Renata pada akhirnya membuka suaranya, Renata yang sejak tadi hanya diam dan memandang semua keributan tersebut pada akhirnya membuka suaranya.

"Apa maksud mu Ren?"

"Prasetya itu pacar ku Silvi."

Deg

Sungguh pengakuan Renata kali ini tidak dapat di terima oleh akal sehat Silvi.

"Ren, mas Prasetya ini tunangan ku!"

Dengan berteriak kencang Silvi kembali memberikan penegasan kepada Renata.

"Ya mas Prasetya memang tunangan mu, tapi dia tidak pernah mencintai mu, dia melakukan hal itu demi satu hal."

"Satu hal? apa maksud mu Ren?"

Renata yang hendak kembali menjawab langsung dihalangi oleh Prasetya.

"Sayang biarkan aku saja yang mengatakan hal ini kepada Silvi."

Rasanya perih sekali hati Silvi ketika tunangannya Prasetya menyebut Renata dengan kata sayang.

"Ya, aku tidak pernah mencintai mu, aku melakukan semua hal ini, karena uang."

Hancur sudah hati Silvi ketika mendengarkan pengakuan dari Prasetya.

"Uang mas? jadi selama ini kau menginginkan uang dari keluarga ku?"

Dengan cepat Prasetya mengatakan hal tersebut kepada Silvi.

"Renata yang mengusulkan hal ini, dan usul Renata aku terima dengan baik, saat itu kita semua masih duduk di bangku kuliah dan aku membutuhkan uang untuk keluarga ku, aku menceritakan hal ini kepada Renata dan Renata yang menyarankan hal ini."

"Apa yang dikatakan oleh mas Prasetya itu benar Silvi, aku yang mengatur semu skenario ini, tiga tahun kalian bersama dengan aku yang selalu berada di balik mas Prasetya."

Sungguh saat ini Silvi hanya bisa menggelengkan kepalanya saat mengetahui semua kebenaran yang sungguh amat sangat menyakiti hatinya.

"Kalian jahat!"

Beberapa kata yang pada akhirnya keluar dari mulut Silvi untuk kesekian kalinya.

"Ya kami memang jahat, jadi untuk apa lagi kami menutupi kejahatan kami."

Prasetya mengatakan hal tersebut kepada Silvi dengan lantang.

"Sekarang usaha keluarga mu sudah bangkrut, lalu untuk apa aku harus terus bersama dengan mu, sedangkan kau bukan tipe wanita idaman aku!"

Silvi hanya bisa memandang Prasetya dengan setiap perkataannya.

"Apa maksud mas Prasetya?"

"Kau harus dengar agar kau sadar ada juga hal yang salah di dalam diri mu itu."

Dengan cepat Prasetya mengatakan hal tersebut sambil menunjuk wajah Silvi.

"Coba lihat tubuh mu, kau gendut, kau jelek, kau hitam, mana ada laki - laki yang mau dengan kondisi seperti ini?"

"Tak pernah terpikirkan oleh mu, jika semua laki - laki yang datang kepada mu itu hanya memanfaatkan kekayaan keluarga mu saja? ya termasuk aku."

"Setiap laki - laki pasti akan memilih wanita dan apa yang dilihatnya pertama kali? yang jelas pasti fisiknya terlebih dahulu."

"Dan kau sama sekali tidak ada indah - indahnya."

"Berbeda dengan Renata, wanita ini bisa menjaga tubuhnya dengan baik, wanita ini bisa merawatnya dengan baik."

"Dan untuk apa sekarang aku harus terus bersama dengan mu jika untuk fisik saja kau tidak memenuhi standar aku."

Silvi sungguh tidak bisa mengatakan hal apapun lagi, kecuali hanya menangis dan teru menangis di hadapan Prasetya dan Renata.

"Pergilah, aku tidak sudi melihat mu berada di dalam kamar ini lagi."

Dan setelah mengatakan hal tersebut Prasetya dengan cueknya kembali mencumbu Renata di hadapan Silvi.

Sungguh adegan demi adegan yang sangat menjijikkan bagi Silvi ketika Silvi melihat kegilaan mereka berdua.

Dengan cepat Silvi meninggalkan kamar dan berlari masuk ke dalam lift, dengan bercucuran air mata Silvi keluar dari dalam lift dan menangis sepanjang jalan sendiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!