RENCANA PERNIKAHAN

"Aku tidak percaya lagi kepada semua manusia yang ada di muka bumi ini, mereka semua jahat!"

Silvi mengatakan hal tersebut sambil berteriak-teriak di tempat duduknya.

Dan seketika itu juga Dean langsung menghampiri Silvi mencoba untuk menenangkan Silvi.

"Jangan sentuh aku!"

Beberapa kata yang keluar dari mulut Silvi disertai dengan tatapan tajam yang penuh dendam kepada Dean.

"Aku benci kepada mu!"

Silvi kembali berteriak dengan sangat kencang sehingga membuat beberapa perawat pada akhirnya menghampiri Dean dan Silvi.

"Dokter Lusi, sebaiknya anda segera ke ruangan pasien Silvi.

Satu orang perawat masuk ke dalam ruang kerja dokter Lusi dan mengatakan hal tersebut kepadanya.

"Ada apa suster?"

"Pasien Silvi kambuh dokter Lusi."

Lusi yang sedang duduk langsung berdiri dan mengambil peralatan medis dan segera keluar dari dalam ruangannya.

"Apa yang memicu pasien Silvi kambuh suster? tadi pagi aku memeriksa keadaannya semua masih baik - baik saja."

"Entahlah dokter, tapi saat ini pasien Silvi sedang bersama dengan dokter Dean."

Langkah Lusi langsung terhenti ketika nama Dean disebutkan.

"Dokter Dean ada disini? apakah hari ini dokter Dean ada jadwal praktek sus?"

"Tidak ada dokter, mungkin dokter Dean sedang ingin mengunjungi rumah sakit saja."

Dan seketika itu juga Lusi langsung menggelengkan kepalanya.

"Selalu seperti ini."

Lusi mengatakan hal tersebut dengan perlahan sambil terus melangkahkan kakinya ke dalam ruangan Silvi.

Sesampainya di ruang Silvi, Lusi melihat pemandangan yang sudah menjadi prediksinya.

"Lakukan tindakan segera sus."

"Baik, dokter Lusi."

Dan dengan segera para perawat mengambil tindakan dengan memberikan obat kepada Silvi agar kembali tenang.

"Baringkan pasien Silvi di atas tempat tidurnya suster."

"Baik dokter Lusi."

Dan para perawat melakukan seperti apa yang di perintahkan oleh Lusi.

"Dean ayo kita bicara di ruangan ku."

Lusi mengatakan hal tersebut dengan tegas, karena sejak tindakan Dean tak henti - hentinya memandang ke arah Silvi.

"Dean ayo!"

Lusi yang mendapatkan Dean sama sekali tidak mau beranjak kembali memanggilnya dengan suara keras.

Dan pada akhirnya tanpa banyak bicara Lusi dan Dean keluar dari dalam ruangan Silvi dan menuju ke dalam ruang kerja Lusi.

"Katakan kepada ku apa maksud mu berada di rumah sakit ini tanpa sepengetahuan ku Dean?"

Lusi menutup pintu ruang kerja dan langsung menanyakan hal tersebut kepada Dean.

"Lusi sungguh aku tidak ada maksud apa - apa terhadap pasien tadi, salah satu perawat mengatakan bahwa pasien Silvi tidak makan, aku hanya ingin membantu untuk menghiburnya, itu saja."

"Ya, tapi apa yang kau lakukan itu melanggar prosedur di dalam rumah sakit ini Dean!"

Dengan tegas Silvi mengatakan hal tersebut kepada Dean.

"Ya aku tau Lusi, maafkan aku."

"Aku hanya ingin membantu saja."

Dean yang merasa bersalah pada akhirnya mengatakan hal itu kepada Lusi.

"Ya, Dean aku mengerti, aku hanya tidak ingin kau mendapatkan teguran dari keluarga ku karena hal ini."

"aku mengerti Lusi.

"Terima kasih Dean."

"Apakah aku sudah boleh kembali ke ruangan ku?"

Dean yang masih tidak enak hati mengatakan hal tersebut kepada Lusi.

"Ya Dean pergilah."

Dan Dean yang sudah diizinkan pergi oleh Lusi segera membuka pintu ruangan Lusi dan langsung pergi meninggalkan Lusi begitu saja.

"Dean kau sama sekali tidak membahas lagi tentang kita, apakah hal itu yang betul - betul kau inginkan?"

Lusi hanya bisa mengatakan hal tersebut dengan perlahan sambil terus menatap punggung Dean yang semakin menjauh.

Cinta di masa lalu yang terus harus berurusan karena profesi yang sama dan di tuntut untuk profesional di dalam hal itu.

Cinta masa lalu yang pada akhirnya dengan perlahan menjadi cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Karena satu orang yang sudah melupakan setiap kenangan demi kenangan manis yang pernah terjadi diantara mereka berdua.

"Ya Tuhan, berikan aku kekuatan untuk aku tetap bisa bekerja sama dengan Dean jujur Tuhan, sampai saat ini rasa di dalam hati ini masih sangat ada, namun dengan perlahan rasa yang telah ada pada akhirnya menjadi rasa yang bertepuk sebelah tangan."

"Kuatkan aku Tuhan untuk aku bisa melalui semua ini."

Dan perkataan demi perkataan itu yang pada akhirnya hanya bisa di ucapkan oleh Lusi.

Hari ini pada akhirnya Lusi menyibukkan diri di dalam setiap pekerjaan nya.

Lusi yang sedang patah hati melakukan semua hal ini, agar dirinya bisa terbebas dari belenggu cinta masa lalu.

"Jadi kalian sudah betul - betul serius?"

Beberapa kata yang terlontar dari mulut Dean ketika malam hari ini Dean datang untuk menemui sang adik di restoran.

"Ya mas Dean, Renata dan mas Prasetya serius, mas Renata sudah dewasa, jadi Renata juga berhak untuk menentukan jalan hidup Renata."

Dean yang kini memandang Renata dan Prasetya secara bersamaan mencoba untuk mencari tau kebenaran dari kedua orang yang saat ini duduk di hadapannya.

"Bukan apa - apa, menurut mas ini terlalu cepat, kalian baru saja saling kenal, namun tiba - tiba saja sudah merencanakan pernikahan, mas hanya tidak ingin kalian berdua menyesal dengan keputusan yang telah di ambil dengan tergesa-gesa."

Renata dan Prasetya saling menatap ketika Dean melontarkan pernyataan tersebut.

"Mas Dean tidak perlu khawatir, Aku berjanji akan menjadi Renata dengan baik mas."

Prasetya mengatakan hal tersebut dengan sangat mantap di hadapan Dean.

"Jujur Prasetya, mas masih belum percaya kepada mu, kita baru bertemu beberapa kali, ke orang tua kami juga saat ini masih berada di luar negeri dan seketika kau meminta menikah dengan adik ku Renata, Renata itu adalah adik ku satu - satunya, kau pasti mengerti bahwa dia sangat aku jaga."

"Prasetya mengerti mas Dean, namun izinkan Prasetya juga membuktikan bahwa apa yang dikatakan oleh Prasetya itu bukan hanya janji belaka, namun satu keputusan yang akan Prasetya lakukan selama Prasetya masih hidup di dalam dunia ini."

Dengan penuh keyakinan Prasetya mengatakan hal tersebut kepada Dean, satu - satunya kakak laki - laki bagi Renata.

Ke dua orang tua Renata dan Dean yang saat ini masih berada di luar Indonesia membuat Renata menjadi sangat manja kepada Dean.

"Baiklah, di dalam ini aku tidak akan bisa untuk memutuskan semuanya sendiri, karena ini adalah satu keputusan besar untuk kehidupan Renata selanjutnya, setelah ini aku akan berbicara kepada ke dua orang tua kami, jadi Prasetya kau harus tetap sabar untuk menunggu dengan baik.

"Pasti mas Dean."

Dengan semangat Prasetya mengatakan hal tersebut dan menikmati semua hidangan makan malam ini dengan sangat nikmat.

"Kau yakin ini tidak akan ketahuan?, mas Prasetya apakah tidak mengenal Silvi?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!