RENCANA SESEORANG

Kau tidak perlu khawatir Dean, wanita ini akan mendapatkan pelayanan terbaik di dalam Rumah Sakit Jiwa milik keluarga ku."

Hari itu juga dokter Lusi datang dengan ditemani oleh ambulan untuk menjemput Silvi yang masih pingsan.

"Syukur lah jika memang seperti itu, terima kasih banyak Lusi."

Dokter Dean mengatakan hal tersebut di dalam ruangannya.

"Hanya itu yang akan kau katakan kepadaku Dean?"

Satu dokter Cantik dengan rambut pendek dan dengan lesung pipit di wajahnya kini mulai mendekat ke arah dokter Dean.

"Stop Lusi, ini kantor!"

Dengan tegas dokter Dean langsung menolak ketika dokter Lusi mencoba untuk memeluknya.

"Kenapa Dean? apakah kau sama sekali tidak merindukan ku?"

Dokter Dean yang mendengarkan ucapan dokter Lusi langsung beranjak dari tempat duduknya dan menatap ke arah luar jendela.

"Hubungan kita sudah lama berakhir Lusi, jadi aku mohon untuk kau bisa menerima kenyataan ini."

Dengan tegas dokter Dean mengatakan hal tersebut kepada dokter Lusi yang kini masih berdiri di belakangnya.

"Bagaimana jika sampai saat ini aku tidak bisa menerima keputusan itu Dean?"

Dokter Lusi mengatakan hal tersebut sambil memeluk Dean dari belakang.

Sungguh pelukan dokter Lusi membuat tubuh Dean kaku seketika.

Pelukan yang sangat dirindukan oleh Dean, pelukan yang sudah sangat lama Dean tidak rasakan kembali.

"Lepaskan tangan mu Lusi!"

Dengan tegas dokter Dean kembali bersuara sambil melepaskan pelukan dokter Lusi.

"Kau, apakah kau betul - betul sudah melupakan setiap kenangan manis kita Dean?"

Dengan berteriak dokter Lusi mengatakan semua hal tersebut kepada dokter Dean yang masih menatap jendela tanpa memalingkan tatapannya kepada dokter Lusi.

"Dean jawab aku, kenapa kau tidak berani untuk menatap ku? kau tidak berani untuk menatap ku karena aku sangat amat yakin bahwa kau masih mencintai ku!"

"Apa tidak cukup maaf yang telah aku ucapkan berulang - ulang kepada mu? kurang apa lagi aku Dean? aku memang pernah berselingkuh, tapi aku menyesal terhadap perbuatan ku, apakah tidak bisa kau memberikan aku maaf mu Dean?"

Sungguh saat ini dokter Lusi sangat terbawa emosi, sehingga dokter Lusi melupakan tujuan awal datang ke tempat praktek Dean.

"Kau salah Lusi, kau salah jika mengatakan bahwa aku masih mencintaimu!"

Dokter Dean pada akhirnya memalingkan wajahnya kepada dokter Lusi dan menatap tajam ke arah dokter cantik tersebut.

"Aku sudah sangat memaafkan perbuatan mu Lusi, bahkan aku sudah merelakan hubungan kita yang sudah hancur."

"Tapi maafkan aku, ya aku memang tidak mau untuk memberikan kesempatan ke dua untuk mu!"

Dengan tegas dokter Dean mengatakan hal tersebut kepada dokter Lusi.

"Kenapa Dean? Tuhan saja bisa memberikan kesempatan ke dua kepada semua umatnya, tapi kenapa kita sebagai manusia tidak bisa melakukan hal itu?"

Deg

Sungguh ucapan dokter Lusi menampar hari Dean.

"Aku sangat paham dengan apa yang telah kau katakan, namun kau juga harus ingat setiap perbuatan yang kita lakukan pasti memiliki konsekuensinya masing - masing, dan inilah konsekuensi yang harus kau terima."

"Aku tidak pernah menolak untuk menjadi teman mu Lusi, tapi tidak untuk mengulangi hubungan kita yang penuh dengan drama itu."

Dokter Dean mengatakan satu kebenaran yang mau tidak mau harus dokter Lusi terima.

"Dean, aku pergi dulu, sepertinya tidak ada gunanya lagi aku ada disini."

Dengan mengucapkan hal tersebut dengan lantang, dokter Lusi pada akhirnya berpamitan dengan dokter Dean.

"Ya pergilah, kasihan wanita itu, dia harus mendapatkan pengobatan secepatnya."

Tidak ada yang bisa dokter Lusi ucapkan lagi kecuali hanya menganggukkan kepalanya dan langsung meninggalkan ruangan dokter Dean."

Dari balik kaca jendela dokter Dean melihat dokter Lusi masuk ke dalam ambulan dan semakin jauh dan jauh dari pandangan matanya.

"Kau tau Lusi, aku terpaksa harus membohongi perasaanku sendiri ketika aku mengatakan bahwa aku tidak mencintaimu lagi, sungguh rasanya sakit ketika aku harus mengatakan hal itu kepada mu, namun aku harus melakukan hal ini, agar kau bisa belajar bahwa tidak semua hal bisa kau dapatkan dengan mudah."

"Agar kau bisa lebih menghargai lagi setiap apa yang Tuhan sudah percayakan kepada mu, agar kau semakin dewasa di dalam setiap menghadapi kesalahan demi kesalahan yang sering kau lakukan."

Di akhir setiap pertemuan tersebut hal itu yang dokter Dean dengan perlahan.

Dokter Dean laki - laki matang berusia tiga puluh tahun, laki - laki yang telah patah hati karena di selingkuhi oleh kekasihnya sendiri, kekasih yang sangat dicintai olehnya.

Dokter Lusi adalah satu dokter berusia dua puluh delapan tahun, dokter cantik dengan segudang prestasi dan juga materi yang berlimpah yang tega melakukan hal itu kepada dokter Dean.

Sementara itu di dalam ambulans nampak satu dokter cantik yang sejak tadi berusaha untuk tetap menahan air matanya.

"Dokter Lusi kita telah sampai di Rumah Sakit Jiwa."

Satu orang perawat mencoba menyadarkan dokter Lusi yang saat ini masih melamun.

"Ah terima kasih suster, ayo kita turun."

Dengan segera dokter Lusi turun dari dalam ambulans dan bersiap untuk menangani pasien.

Dokter Lusi, salah satu dokter Psikiater di Rumah Sakit Jiwa yang menjadi dokter idola banyak orang karena sifatnya yang dermawan hari melangkahkan kaki dengan mencoba untuk terus menahan air matanya.

Dean kau akan menyesal karena ku telah melakukan hal ini kepada ku.

Sambil melangkahkan kaki masuk ke dalam Rumah Sakit Jiwa dokter Lusi mengatakan hal tersebut di dalam hatinya.

Sementara itu di tempat lain.

"Bagaimana apakah kau telah berhasil melakukan hal itu?"

Satu orang laki - laki dewasa mengatakan hal tersebut kepada beberapa orang di dalam satu hotel.

"Sudah bos, saya sudah memperkosa wanita yang bernama Silvi itu."

Laki - laki itu menunjukkan foto dimana Silvi menangis dengan keadaan telanjang dan ke dua tangan dan kakinya terikat.

"Bagus, aku ingin keluarga Dharmawan mengalami semua hal yang mengerikan di dalam waktu yang bersamaan, keluarga Dharmawan yang telah membuat bisnis ku hancur, dan aku harus mendekam di tahanan, kini setelah aku bebas, aku akan membuat perhitungan dengan keluarganya."

Laki - laki tersebut tertawa-tawa dengan sangat kencang di atas penderitaan orang lain.

"Ini uang untuk mu, pergilah jauh - jauh agar tidak ada yang bisa mencari keberadaan mu!"

Dengan tenang laki - laki tersebut melemparkan satu amplop tebal ke beberapa orang atas pemerkosaan yang telah mereka lakukan terhadap Silvi.

"Terima kasih bos, kami akan langsung meninggalkan kota ini dan kami menjamin bahwa kami tidak akan pernah terlacak oleh siapapun."

"Ya aku akan mencoba percaya dengan janji mu itu, sekarang pergilah dari hadapan ku."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!