Mas Pras, kau jahat sekali, hati mu sudah tidak ada lagi mas!"
Silvi mengatakan hal tersebut sambil menangis di pinggir jalan raya.
Rasa sesak yang luar biasa kini menguasai hati dan pikiran Silvi.
Silvi terus berjalan tanpa arah dan tujuan hingga larut malam, rasa sakit hati yang semakin parah membuatnya memiliki tenaga yang sangat kuat untuk terus melangkahkan kakinya.
Sampai tiba - tiba sekitar Silvi gelap dan pada akhirnya Silvi pun pingsan.
Pingsan di dalam luka hati, pingsan di dalam tangisan, pingsan seakan tidak ingin bangun lagi.
"Apa ini di tangan ku?"
Menjelang tengah malam Silvi yang masih pusing tiba - tiba saja membuka matanya dan dirinya begitu kaget ketika ke dua tangan dan kakinya terikat kuat di atas tempat tidur usang di salah satu gudang.
"Lepaskan aku, tolong lepaskan aku!"
Dengan sekuat tenaga Silvi berteriak kencang, namun tidak ada satu orang pun yang mendengarkan teriakan nya itu.
Tiba - tiba muncul laki - laki berbadan kekar bersama dengan para pengawalnya.
"Sudah bangun?"
Sang laki - laki tersebut mengatakan hal itu sambil mendekatkan diri ke arah Silvi.
"Siapa kau? lepaskan aku!"
Silvi kembali berteriak kepada laki -laki tersebut dan teriakan Silvi kembali bercampur dengan air mata.
"Aku tidak akan melepaskan mu begitu saja."
Sang pria mengatakan hal tersebut sambil mengambil kain untuk menyumpal mulut Silvi.
Air mata Silvi langsung meledak ketika dirinya kini terikat dengan mulut yang terbungkam, ketakutan yang dashyat mulai menyergapnya dengan cepat.
"Aku akan memberikan pelajaran kau dan keluarga mu yang dulunya begitu sombong itu."
Dengan cepat laki - laki tersebut merobek semua pakaian Silvi hingga kini tidak ada satu helai pun melekat di tubuhnya.
Sakit yang luar biasa Silvi alami ketika laki - laki tersebut mulai mencumbu tubuhnya yang masih suci, hancur sudah semuanya ketika laki - laki tersebut menghancurkan kesuciannya.
Dengan hentakan demi hentakan laki - laki tersebut melakukan penyatuan nya terhadap Silvi tanpa memperdulikan lagi jiwa Silvi yang sangat terguncang dengan setiap hal yang dilakukan oleh laki - laki tersebut.
"Kau harus merasakan apa yang telah keluarga mu lakukan terhadap keluarga ku!"
Selesai melakukan pemerkosaan terhadap Silvi, laki - laki tersebut langsung menggunakan kembali semua pakaiannya dan pergi meninggalkan Silvi begitu saja di dalam gudang dalam keadaan telanjang dan terikat.
Saat ini hancur sudah semuanya, Silvi sudah kehilangan orang yang dia cintai, pengkhianatan dia terima dari orang seharusnya menjadi suaminya bulan depan.
Kehormatan Silvi hancur seketika, karena pemerkosaan yang Silvi alami dengan Silvi sendiri tidak mengenal orang yang melakukan hal itu terhadapnya.
Tuhan kenapa semua ini harus terjadi dengan ku? ini tidak adil Tuhan, aku bukan wanita jahat, aku juga tidak pernah melanggar hal - hal yang tidak baik, tapi kenapa semua ini yang terjadi dengan ku?
Di dalam hati Silvi mengatakan semua hal tersebut dan pada akhirnya sekitar Silvi kembali gelap dan berakhir dengan sangat gelap.
"Selamat pagi dokter Dean."
Satu perawat memberikan sapaan tersebut kepada dokter Dean yang saat ini baru masuk ke dalam ruang praktek nya.
"Bagaimana suster? apakah ada pasien yang harus aku periksa?"
"Ada satu pasien baru, yang ditemukan orang di sekita gudang A dokter."
Dokter Dean mengambil satu berkas yang telah diberikan oleh sang perawat.
"Siapa wanita ini suster?"
"Sampai saat in kami belum mendapatkan identitas aslinya dokter, wanita tersebut di duga telah mengalami pemerkosaan."
Dokter Dean langsung mengernyitkan dahi ketika mendengarkan perkataan sang perawat.
"Pemerkosaan? lantas kenapa wanita itu di bawa kemari?"
"Para penduduk yang menemukan bingung dokter, harus membawa wanita ini kemana Dokter Dean, di tempat ini hanya ada puskesmas kecil, tempat kita praktek."
Sang perawat mengatakan hal tersebut kepada dokter Dean, rupanya Silvi telah di bawa sang pemerkosa ke dalam satu kampung yang cukup jauh dari keramaian kota Jakarta dan saat warga menemukan Silvi keadaanya sungguh sudah sangat mengenaskan.
"Baiklah, aku akan menemui pasien itu, dimana dia sekarang?"
"Wanita itu ada di ruang Unit Gawat Darurat dokter."
Dokter Dean langsung menganggukkan kepalanya dan bergegas untuk menuju ke ruang Unit Gawat Darurat.
"Pergi, aku benci kamu!"
Terdengar satu teriakan dari dalam kamar Unit Gawat Darurat saat dokter Dean berada di depan pintu.
"Nah dokter inilah yang terjadi dengan wanita itu."
Sang perawat mengatakan kembali hal tersebut untuk memberikan peringatan terakhir kepada dokter Dean.
"Ayo suster, kita tetap mencobanya."
Dokter Dean sama sekali tidak gentar untuk tetap masuk ke dalam ruangan tersebut.
Dan benar saat dokter Dean masuk, Silvi langsung melemparkan satu vas bunga yang tergeletak di meja kecil di sudut ruangan, dengan cepat dokter Dean menghindar dari lemparan vas bunga tersebut.
"Kalian jahat, kalian jahat kepada ku!"
Isak tangis bersamaan dengan teriakan kembali Silvi berikan kepada dokter Dean dan juga sang suster.
"Mbak, tenang dulu ya, saya datang kemari untuk memeriksa keadaan mbak."
"Pergi!"
Satu kata yang terus Silvi katakan kepada dokter Dean.
"Kenapa kalian melakukan hal itu kepada ku? apa aku terlalu jelek? apa aku memang tak pantas untuk bahagia? kenapa semua orang di dunia ini jahat!"
Silvi mengatakan hal tersebut dengan histeris dan terus menangis.
"Suster sepertinya kita harus menggunakan cara itu, siapkan saja obat penenang untuk pasien ini."
"Baik dokter Dean."
Setelah dokter Dean mengatakan hal tersebut kepada sang suster, dengan cepat dokter Dean menghampiri Silvi memegang tubuh Silvi dan mendekapnya.
"Suster ayo cepat."
Silvi yang mendapatkan perlakuan seperti itu memberontak berkali - kali, namun apalah daya kekuatan Silvi yang tidak akan sebanding dengan kekuatan laki - laki tampan berbadan kekar seperti dokter Dean.
Dengan cepat sang suster menyuntikkan obat penenang kepada Silvi dan dengan perlahan Silvi pada akhirnya berhenti untuk memberontak dan kehilangan semua tenaga nya.
"Kalian jahat, kalian jahat."
Di dalam ketidaksadaran nya yang mulai terasa, Silvi mengatakan hal tersebut dengan sangat pelan.
Dengan cepat dokter Dean mengangkat Silvi ke atas tempat tidur.
"Untuk sementara ikat tangan dan kakinya suster, aku akan menghubungi dokter Lusi untuk menerima wanita ini di Rumah Sakit Jiwa."
"Keluarga dokter Lusi memiliki satu Rumah Sakit Jiwa yang bisa memberikan pelayanan gratis untuk korban pemerkosaan seperti ini."
"Baik dokter Dean."
Sang perawat pada akhirnya mengikuti semua yang diperintahkan oleh dokter Dean.
Dokter Dean keluar dari dalam ruangan, dokter Dean menghubungi dokter Lusi untuk menanyakan apakah masih ada kamar untuk membawa Silvi ke Rumah Sakit Jiwa milik keluarganya.
"Baik Lusi terima kasih sekali kau mau untuk membantu ku."
Selesai melakukan pembicaraan dengan dokter Lusi, dokter Dean segera menutup kembali ponselnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments