PERAN PENGGANTI

PERAN PENGGANTI

Part 1. PERAN PENGGANTI

"Lucy.....!" Seru panjang dari sosok pria yang kini terkulai lemas setelah melakukan kewajiban sebagai pasangan suami-istri.

Disampingnya wanita cantik hanya bisa tersenyum kecut sembari menutup tubuhnya dengan sebuah selimut. Ia beringsut menepi di atas ranjang masih dengan senyuman miris.

"Aku akan menyiapkan air hangat. Sebaiknya jangan tidur lagi karena sudah pukul enam," ucapnya sebelum berjalan menuju kamar mandi.

Sekali lagi membuat wanita itu kembali tersenyum kecil tepat di ambang pintu kamar mandi. Pria gagah yang baru saja bergulat dengannya itu memang irit bicara, bahkan dapat dihitung saking iritnya.

Wanita itu hanya bisa menghela nafas kasar. Dan akhirnya masuk, menyelesaikan ritual mandinya. Ia tidak ingin terlambat untuk mengurus keperluan suami dan putri mereka yang akan berangkat ke sekolah.

Sembari menyiapkan air hangat wanita tersebut termenung, mengingat semua perlakuan sang suami. Setiap kali mereka bergulat hati dan perasaannya hancur, tidak ada kenikmatan sama sekali. Setiap kali ingin mencapai puncak sang suami berteriak menyerukan nama seseorang, bukan dirinya. Hati istri mana yang tidak tergores penuh luka menerima kenyataan pahit seperti itu.

"Apa yang kau lakukan? Apakah kamar mandi tempat untuk melamun?" Suara bariton penuh penegasan itu membuat lamunan wanita tersebut buyar, bahkan air dalam bathub telah meluber penuh. Dengan cepat ia mematikan kran, lalu memundurkan tubuhnya.

"A-aku--"

"Keluarlah! Segera persiapkan perlengkapan ku!" titahnya tak terbantahkan, tidak ada kelembutan sedikitpun sebagai seorang suami kepada istri sebagai mana mestinya.

Wanita itu hanya bisa mengangguk dengan raut wajah kecut. Ia pun segera keluar dari kamar mandi karena dadanya begitu sesak jika satu ruangan dengan pria gagah yang kini tengah berendam dalam bathub tanpa sedikitpun menoleh kepadanya. Seakan habis manis sepah dibuang, itulah kalimat yang pantas disematkan untuk dirinya.

Seperti biasa setiap bangun tidur ia menyiapkan setelan baju kantor, tas kerja, sepatu, dasi yang diletakkan di atas sofa. Setelah semuanya beres baru ia keluar dari kamar, menuju lantai dua ke kamar bocah kecil berusia enam tahun.

Klek!

"Selamat pagi, Cantik."

"Mommy! Kenapa pagi ini Mommy tidak temani Angel mandi?" cicit bocah cantik serta mengemaskan itu dengan bibir mengerucut.

"Ini ulah Daddy-mu sayang," keluhannya dalam hati.

"Mommy, tidak sayang Angel lagi ya?" Sambungnya masih dengan bibir mengerucut.

"Maaf, Sayang. Mommy kesiangan bangun jadi telat deh. Mommy janji besok-besok akan bangun pagi agar bisa memandikan putri Mommy yang cerewet ini," ucapnya sembari memeluk penuh kasih tubuh berisi tersebut. "Siapa bilang jika Mommy tidak sayang Angel? Asal Angel tahu jika Mommy sangat menyayangi Angel!" imbuhnya sembari mengecup pucuk kepala Angel.

"Angel juga sangat menyayangi Mommy, melebihi menyayangi Daddy," ucapnya begitu polos, bahkan membanding-bandingkan rasa sayangnya diantara kedua orang tuanya.

"Ssst.....jangan bicara begitu. Angel tidak boleh membeda-bedakan kasih sayang Angel kepada Mommy dan Daddy. Sebagai anak yang baik dan berbakti tidak boleh begi--?"

"Begitu....." Angel menyambung ucapan sang Mommy sembari mengecup pipi wanita yang sedang mendekapnya tersebut.

"Anak pintar!" Sembari mengusap rambut panjang milik Angel. Perkataan Angel membuat ia terharu, dimana anak sekecil itu mengungkapkan perasaannya.

Mereka keluar kamar menuju lantai dasar sembari bercanda gurau. Berjalan ke arah ruang makan, dari kejauhan sudah duduk sesosok pria tampan dan gagah sedang menyesap kopi ginseng kesukaannya.

"Selamat pagi, Daddy," sapa Angel penuh ceria, sembari memberi kecupan di salah satu pipi pria tersebut.

"Pagi juga, Sayang." balasnya penuh kelembutan. Jangan salah sangka, pria itu hanya bersikap manis kepada Angel, selain itu jangan ditanyakan.

Kini meja makan sudah ditempati oleh penghuni Mansion. Hanya tiga orang dan selebihnya pelayan.

"Sayang, mau makan apa? Maaf ya pagi ini Mommy tidak sempat mempersiapkan sarapan," ucapnya dengan raut wajah bersalah karena ia tahu bahwa Angel tidak begitu menyukai masakan para pelayan.

Angel tak menjawab. Bocah itu hanya menatap beberapa hidangan sarapan yang tertata rapi di atas meja.

Kedua orang tuanya saling memandang dan tak lama beralih menatap Angel yang tengah terdiam tapi tatapannya kepada menu sarapan.

"Lain kali jangan abaikan. Kau tahu sendiri bahwa Angel tidak menyukai makanan yang disajikan oleh para pelayan!" Suara bariton di sebelahnya membuat wanita itu mengepalkan tangan di bawah meja sana. Bukankah karena ulahnya tersebut ia bangun kesiangan, bahkan tidak sempat mempersiapkan sarapan.

"Sayang, Mommy minta maaf," ucapnya dengan nada penuh dikasihani, ia terpaksa melakukan hal itu agar bisa meluluhkan hati Angel.

"Iya, Mom, tidak apa-apa. Daddy, jangan marah sama Mommy. Mommy juga manusia yang tidak luput dari kesalahan," celotehnya seperti orang yang sudah dewasa saja.

Kedua orang tuanya saling memandang dengan sorot mata penuh arti.

"Sayang....."

"Kata guru agama Angel, Mommy. Hahaha...." Gelak tawa Angel sembari menutup mulutnya. Angel bukan hanya cantik tapi dia juga memiliki kecerdasan hingga selalu meraih juara kelas selama PAUD-TK dan kini menduduki sekolah dasar di usianya menginjak enam tahun.

Wanita tersebut tersenyum senang. Melihat dan mendengar tawa dan keceriaan Angel membuat hatinya menghangat. Kehadiran Angel membuat dirinya mampu bertahan, hidup menjadi pasangan pria dingin tersebut.

Usai sarapan Angel berpamitan kepada kedua orang tuanya. Angel di antar jemput oleh supir pribadi dan juga seorang pengasuh.

"Tunggu aku ingin bicara," ucap wanita itu hingga pria di sebelahnya mengurungkan niatnya untuk bangkit dari kursi makan.

Dengan dahi mengerut pria itu melirik sekilas. "Ingin bicara apa? Aku tidak punya waktu, ini sudah terlambat!" ujarnya penuh penegasan.

Wanita itu menarik nafas, mengumpulkan keberanian untuk mengatakan sesuatu yang mungkin dianggap begitu konyol, mengingat hubungan mereka begitu dingin.

"Hari ini adalah anniversary kita yang ke dua tahun, maksudku ingin--"

"Kau hanya peran pengganti!" usai melontarkan kalimat pedas dan menyesakan dada dan hati itu ia beranjak dari kursi makan tanpa perasaan bersalah, menuju ruang keluarga untuk mengambil tas kerjanya tanpa memperdulikan sosok yang kini menunduk diam menerima kenyataan yang sebenarnya.

Dengan air mata berlinang wanita itu memandang tubuh gagah itu hingga menghilang dari pandangannya.

"Luna, sadarlah. Terimalah kenyataan yang sesungguhnya. Jangan banyak berharap karena kamu hanya sebagai peran pengganti, hanya peran pengganti, tidak lebih dari itu!" gumamnya sembari mengusap air mata yang tak bisa dibendung lagi.

Entah kenapa satu bulan belakangan ini hatinya mulai terperangkap oleh sosok pria yang berstatus suaminya itu.

Selama dua tahun usia pernikahan mereka hanya ada kehambaran yang dirasakan ketika melakukan kewajiban hubungan suami istri. Tidak ada kenikmatan sama sekali karena tidak ada cinta dari keduanya.

Terpopuler

Comments

gia gigin

gia gigin

Aku nyimak Thor

2023-01-22

0

Esih Kurniasih

Esih Kurniasih

semua akan indah pada waktunya

2022-10-15

1

Esih Kurniasih

Esih Kurniasih

semangat Luna...

2022-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!