Malam hari tepat pukul tujuh, Luna sudah bersiap untuk turun makan malam. Sebelum ke ruang makan tujuannya adalah ke kamar Angel.
Senyuman itu mengembang di bibirnya ketika ia mendapati sosok putrinya yang kini berusia enam tahun itu sedang melamun sembari memandangi sebuah boneka pemberian ulang tahunnya satu minggu yang lalu.
"Sayang, lamuni apa sih? kok serius amat," ucap luna di ambang pintu kamar yang sengaja dibuka setengahnya saja.
Angel menoleh, seakan lamunannya tadi membuyar ketika mendengar suara yang amat dikenalnya itu. "Mom sini," ucap Angel sembari melambaikan tangan, memberi kode agar Luna mendekat. Dengan patuh Luna menurut, berjalan ikut duduk di sebelah Angel.
"Ada apa?" tanya Luna seperti ada yang disembunyikan oleh putrinya itu.
"Angel lagi kesal, Mom," adu nya dengan wajah cemberut sembari melibatkan kedua tangannya.
Dahi Luna mengerut mendengar aduan itu. "Kesal kenapa? Apa Mom, ada buat salah?" tanya Luna dengan serius, bahkan ia menangkup wajah Angel yang masih cemberut.
Angel menggeleng perlahan.
"Terus ada apa sayang? jangan buat, Mom--"
"Daddy, Mom. Dad, sudah tidak sayang Angel lagi, sangat sibuk dengan pekerjaannya. Tadi pulang sekolah Angel ke kantor Daddy," adu Angel seperti rel kereta api ucapannya.
Sekali lagi membuat dahi Luna mengerut mendengar apa yang dikatakan Angel. Ada apa sebenarnya sampai Angel ke kantor suaminya. Bahkan dia tidak tahu tentang itu.
"Kenapa Angel menemui, Dad?"
"Angel hanya ingin mengajak, Dad jalan-jalan malam ini karena semua teman-teman sekelas Angel menonton Nikulin Circus," kata Angel.
Luna hanya bisa menghela nafas panjang setelah mendengar penuturan Angel. Sungguh pria itu tidak punya perasaan, lebih mengutamakan kepentingannya sendiri.
"Dad tidak bisa, Mom. Dad memang tidak sayang Angel lagi, hanya Mom, dan Opa, Oma yang menyayangi Angel," cicitnya sembari menangis.
Cup cup
"Jangan menangis sayang, kasian tuh air mata Angel, nanti marah loh." Luna mengusap air mata itu sembari mencium seluruh wajah cantik itu. Dia menganggap Angel adalah anak kandungnya sendiri. Sosok Angel adalah semangatnya untuk bertahan di sisi Scoot.
"Angel, sangat marah sama Dad. Pokoknya Angel tidak mau bicara dengan Dad," liriknya saat ini berada di dalam pelukan Luna.
"Ssst tidak boleh begitu sayang, mungkin Dad lagi banyak pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan. Contohnya sampai sekarang Dad, belum pulang," terang Luna memberi pengertian halus kepada Angel. Begitulah cara Luna mendidik Angel selama dua tahun belakangan ini.
Luna terdiam, ingatannya tadi pagi dimana ia membicarakan bahwa hari ini adalah hati anniversary mereka yang ke dua tahun tetapi jawaban pedas dari pria itu membuatnya ciut dan sesak.
"Sayang kita makan dulu. Hmm bagaimana jika kita saja yang nonton?" ucap Luna tidak ingin mengecewakan Angel. Ia benar-benar tidak tega jika anak itu sedih dan kecewa.
"Benar Mom?" seketika mata Angel berbinar mendengar ajakan sangat Mommy.
Luna mengangguk sembari mengigit halus lengan Angel karena geram.
"Hore," seru Angel dengan girang.
"Ciumnya mana?"
Cup cup
Seluruh wajah cantik Luna di kecup oleh Angel dengan penuh kasih sayang. Merekapun turun ke bawah untuk makan malam terlebih dahulu, karena pertunjukan sircus mulai pukul delapan.
Di meja makan hanya ada Luna bersama Angel. Mereka makan saling bercerita, seperti biasanya Angel menceritakan kegiatannya di sekolah. Anak ini memang tidak bisa diam, ada-ada saja cerita yang diceritakan mengenai sesuatu di sekolah. Itulah poin utama yang bisa menghibur Luna ketika hatinya sedang bersedih.
Hmm
Tiba-tiba disela makan serta obrolan mereka kedatangan sosok yang tak ingin dijumpai Angel, itu adalah Scoot Daddy-nya.
"Mom, Angel tunggu di mobil," ucap Angel spontan turun dari kursi tempatnya duduk ketika melihat kedatangan Scoot.
"Baiklah sayang, Aunty Fan sudah menunggu di mobil," sahut Luna sembari memberitahukan bahwa pengaruh Angel sudah menunggu di mobil.
Angel berjalan tanpa berniat menyapa Daddy-nya, bahkan berlalu begitu saja. Hal itu membuat Luna menghela nafas.
"Angel!" panggil Scoot ingin protes tetapi panggilan itu tak membuat langkah Angel berhenti. Scoot mendesis melihat perilaku Angel yang tidak sopan menurutnya. Kini pandangannya berganti kepada Luna uang masih duduk di kursinya. "Apa itu hasil didikan kau selama ini?" ujar Scoot memberi sindiran bahwa sikap Angel hasil didikan Luna.
"Jangan suka berprasangka buruk!" sahut Luna dengan tegas. Jujur saja hatinya panas mendengar tuduhan tidak benar itu.
"Buktinya--"
"Angel, bersikap seperti itu karena kecewa. Kecewa karena Daddy-nya tidak bisa memenuhi keinginannya. Keinginan yang tidak setiap hari dia minta." Sindir Luna membalas, sungguh jika menyangkut Angel dia berani untuk berperang mulut.
Scoot terdiam, seakan lidahnya keluh untuk menjawab perkataan Luna. Sementara Luna tersenyum sumbing melihat diamnya suaminya itu.
"Apa ini rencana kau? Kau memperalat Angel!"
Mata Luna membulat mendengar tuduhan pedas itu.
"Ingat kau hanya sebagai peran--"
"Peran pengganti! Tidak perlu kau ungkit itu semua karena aku sadar dan tidak pernah melupakan siapa sosok ku di sini! Setidaknya aku berusaha membuat Angel bahagia!" usai mengatakan itu Luna bangkit dari kursi duduknya. Berlalu begitu saja meninggalkan Scoot yang masih dengan posisi berdiri.
Luna berjalan dengan dada sesak. Setiap kali mereka berdebat, pada ujungnya Scoot melontarkan kalimat tersebut. Dulu ia tidak merasakan apa-apa, entah kenapa beberapa bulan belakangan ini hati dan perasaannya terasa sakit.
Scoot mengusap wajahnya. Menyeret langkahnya untuk duduk di kursi meja makan. Kebetulan ia belum makan malam.
*
Dengan wajah berseri-seri Angel menyaksikan aksi yang dipersembahkan. Tetapi tidak dengan Luna. Sejak tadi hanya diam saja, sesekali tersenyum terpaksa karena tidak ingin membuat kebahagiaan Angel membuyar.
Waktu menunjukan pukul 11 malam. Luna membujuk halus Angel untuk segera pulang. Dengan nurut Angel mengangguk karena beberapa temannya juga sudah pulang.
Tiba diparkiran
"Luna!" langkah Luna terhenti ketika mendengar seseorang menyerukan namanya. "Luna!" Panggilnya sekali lagi hingga membuat Luna memutar kepalanya ke belakang.
Deg!
Luna kaget dengan sosok yang sejak tadi memanggilnya.
"Wil," gumam Luna dengan tubuh membeku. Begitu juga dengan sosok pria itu ternyata ia tidak salah orang.
Pria itu mendekat dengan raut wajah penuh rindu. Ingin sekali ia memeluk Luna tapi tidak mungkin berani ia melakukan hal itu karena status Luna adalah istri orang.
"Lun bagaimana kabarmu?" tanyanya dengan tatapan sendu.
"Seperti yang kau lihat, Wil," sahut Luna dengan wajah menunduk.
"Baguslah. Kau semakin cantik."
Luna mendongak hingga tatapan mereka kembali beradu dalam.
"Aku, aku minta maaf," lirih Luna dengan mata berkaca-kaca sembari mengepalkan kedua tangannya.
"Atas dasar apa?"
"Aku minta maaf Wil," lirihnya kembali dengan berlinang air mata.
Wilis memejamkan mata. Luna mengkhianati dirinya dengan menikahi orang lain. Padahal hanya tinggal beberapa bulan lagi mereka merencanakan pertunangan mereka. Tanpa ada ucapan putus Luna mengakhiri begitu saja. Bahkan ini pertama kalinya mereka bertemu kembali setelah dua tahun berlalu.
Wilis melangkah maju dengan kedua tangan terulur. "Angel sudah tidur, kasian dia!" tiba-tiba suara bariton ditengah mereka mengurungkan niat Wilis untuk mendekap Luna.
Deg!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
gia gigin
Kasihan Wilis di tinggal begitu saja dan Scoot sangat tdk tahu berterimakasih 😠
2023-01-23
1
Thressia Gwatiny Tan
sombong amat jd orng,,,hewan aja gk sombong sm orng bsik
2022-12-02
1
Anonymous
lanjuuuuuuut
2022-08-27
0