Part 5

Luna tersentak kaget dengan sosok tegap dengan sorot mata tajam berdiri ditengah mereka. Kapan pria itu datang? Bukankah dia tidak bisa datang? banyak pertanyaan yang muncul dibenak Luna.

"Wil, duluan ya?" ucap Luna sembari mengusap air mata yang masih menganak di pelupuk matanya.

Wilis tidak bisa menjawab. Tatapan sendu tidak dapat terbendung di raut wajahnya. Ia baru tahu jika mantan kekasihnya ternyata menikah dengan keluarga Brylee.

Wilis tersenyum kecut memandangi dua sosok yang tengah melangkah meninggalkan dirinya yang hanya bisa berdiri mematung.

"Pantas saja kau memilih mengakhiri hubungan ini. Aku sudah salah menilai," gumam Wilis menduga jika Luna lebih memilih pria yang kini menjadi suaminya itu karena materi.

Didalam mobil

"Mana Angel?" tanya Luna baru menyadari bahwa putri mereka tidak berada di mobil yang kini mereka tumpangi.

"Siapa pria itu?" bukannya menjawab Scoot malah melemparkan pertanyaan yang tak ingin Luna jawab.

Luna ingin membuka pintu mobil tetapi dengan cepat dihentikan oleh Scoot. "Jawab aku siapa pria itu?" bentak Scoot dengan tatapan tajam.

"Bukan urusanmu! Sejak kapan kau--"

"Apakah dia mantan kekasih mu? Sadarkah kau sekarang punya suami!" Scoot terbawa perasaan karena mendapati Luna tadi meneteskan air mata demi pria itu. Perasaan tentu saja perasaan marah.

Luna terkekeh mendengar pernyataan Scoot yang mengatakan bahwa dirinya adalah suaminya. "Hanya peran pengganti!" sindir Luna seperti yang sering dilontarkan Scoot kepadanya. "Karena keegoisan mu kebahagiaanku, masa depan dan lain sebagainya sirna!" teriak Luna dengan berani meluapkan amarahnya yang selama ini hanya bisa dipendam. "Kau merenggut kebahagiaan ku! Kau kira kemewahan yang kau berikan selama ini bisa menukar segalanya? Tidak Scoot Brylee! Kau salah!"

Plak!

Luna melengkungkan senyuman sembari mengusap pipi sebelah kirinya, yang mungkin saat ini memerah akibat kerasnya tamparan itu. Jangan mengira Luna menangis hanya sebuah tamparan, wanita itu tidak pernah mengeluarkan air mata di hadapan Scoot.

"Belum cukup? Tampar sepuas hatimu!" seru Luna sembari menunjukan wajahnya terus-menerus tanpa merasa takut sama sekali.

"Keluar!" seru Scoot karena sudah terbawa amarah, hingga hal yang tak ingin diucapkannya terlontar begitu saja.

"Dengan senang hati," serkas Luna sembari tersenyum sumbing, keluar dari mobil dan menutup pintu dengan kasar hingga menimbulkan dentuman keras. "Dasar tak punya hati!" umpat Luna dalam hati tanpa mengarahkan pandangannya kepada Scoot.

Luna berjalan melewati mobil itu, berjalan menuju jalan raya. Mencari taksi tetapi satupun taksi tidak ada yang melewati area itu hingga ia bertekad untuk berjalan kaki. Karena hati sudah diselimuti marah apapun akan dilakukan tanpa memperdulikan lagi keadaannya.

Jarak tempat itu dengan Mansion memakan waktu tempuh satu jam untuk berjalan kaki. Bukankah itu sangat jauh sekali? tetapi tidak menyurutkan tekad Luna.

Dari kaca mobilnya Scoot melihat apa yang dilakukan Luna. Tetapi pria itu tak melakukan sesuatu. Menyalakan mesin mobil dan mengendarainya tanpa memperdulikan Luna.

Luna tersenyum miris ketika mobil yang sangat ia kenali itu melewatinya begitu saja. Tapi Luna tidak mempermasalahkannya karena saat ini ia benar-benar marah dengan suaminya itu. Bahkan jika ditawarkan lagi untuk masuk maka ia tidak akan menerima tawaran itu.

Tiba-tiba rintik hujan mulai turun, entah kenapa bumi ini ikut merasakan kesedihan hatinya. Atau ikut menertawakan dirinya saat ini.

Dengan langkah panjang Luna berjalan menyusuri malamnya kota. Untung saja masih ramai yang berjalan kaki. Maklum malam ini bertepatan malam minggu. Banyak muda mudi yang berkencan, beda dengan dirinya yang dicampakkan seperti sampah.

Malam anniversary yang seharusnya dirayakan dengan kebahagiaan tapi kenyataan dirayakan dengan ribuan duri yang menusuk hatinya.

Hujan yang awalnya hanya berupa rintikan, semakin membesar tapi tidak menghentikan langkah Luna. Sementara orang-orang memilih untuk berteduh.

Dengan berlinang air mata Luna menembus derasnya hujan tanpa memperdulikan tubuhnya yang sudah basah kuyup. Hanya satu tujuannya yaitu segera tiba di Mansion, bertemu dengan Angel. Luna memilih memotong jalan agar lebih dekat.

*

Di Mansion

Sejak tadi Scoot mondar mandir di ruang utama, tepat di depan pintu utama. Hujan diluar begitu lebat, sementara Luna belum juga menampakkan dirinya.

"Tuan, Nona Angel menangis mencari Nyonya," ucap Fanny pengasuh Angel.

Scoot menghela nafas kasar karena sudah dua kali ia diberitahu kalau putrinya itu terbangun dan mencari Luna.

"Katakan jika Mommy-nya sudah tidur," ujar Scoot agar Angel bisa mengerti.

"Baik Tuan," sahut Fanny. Fanny juga penasaran apa yang terjadi, dia tahu bahwa Nyonya nya itu belum kembali. Banyak pertanyaan di benaknya tapi hanya bisa disimpan.

Scoot melangkah keluar, melihat masih derasnya hujan. Sementara belum ada tanda-tanda kembalinya Luna. Hingga membuatnya kembali menghubungi anak buahnya.

Tiba-tiba ingatan Scoot kepada lelaki tak kalah tampannya yang dapat dipastikan mantan kekasih Luna. Dengan geram ia mengepalkan kedua tangannya. Pikiran negatif pun menyelimuti hatinya hingga aura tidak baik terdapat pada dua bola mata tajam itu.

Scoot memutuskan pergi ke kamar. Tiba di kamar dia kembali menghubungi anak buahnya. Seketika matanya tajam mendengar laporan dari seberang telepon.

"Bawa pulang!"

Prang!

Usai mengatakan itu smartphone itu berakhir di dinding kamar tanpa berbentuk lagi, bantingan itu begitu keras. Rahang bagaikan dipahat itu mengeras, menandakan sangat empunya sedang murka. Siapapun yang melihatnya pasti ketakutan, aura seperti seorang yang ingin menelan hidup-hidup.

10 menit berlalu

Klek!

Prok prok

Bunyi tepuk tangan menyambut kedatangan Luna. Baru saja kakinya melangkah tetapi dihentikan ketika mendapati sosok yang tengah tajam menatapnya, bahkan bertepuk tangan, itu tandanya seseorang itu mengejek dirinya.

Luna tidak memperdulikan itu bahkan engan untuk menatap Scoot. Ia harus segera berganti pakaian karena tubuhnya benar-benar kedinginan, semalaman di guyur hujan.

"Lepas!" lirih Luna ketika tangannya dicekal oleh Scoot hingga langkahnya ingin ke kamar mandi terpaksa berhenti.

"Benar-benar wanita tidak tahu--"

"Diri? Pela cuur? Peran pengganti? Itu maksudmu? Tidak perlu mulutmu melontarkan kalimat tersebut karena buang-buang waktu!" serkas Luna sembari tersenyum mengejek tetapi hatinya begitu perih. Hati siapa yang Terima jika dikatai seperti kalimat yang ia lontarkan.

Scoot mencengkram wajah Luna dengan bola mata memerah. "Kau semakin berani melawan! Kau sadar dengan siapa kau berhadapan?"

Ck, Luna menepis cengkraman itu tetapi tentunya tak berhasil karena pria itu tenaganya lebih besar dibandingkan dirinya.

"Apa pria brengsek itu yang mencuci otakmu?" tuduh Scoot tak berdasar.

Luna terkekeh-kekeh, mengejek tuduhan itu tanpa merasa takut sama sekali. Sudah cukup untuknya menyimpan bertubi-tubi beban hidupnya dan kini waktunya untuk meluapkan semuanya. Luna tidak peduli lagi dengan siapa dia berhadapan. Selama dua tahun ini dia hanya penurut tanpa berani membantah.

Terpopuler

Comments

gia gigin

gia gigin

Ihhh Scoot😡

2023-01-23

0

Audrey Chanel

Audrey Chanel

seruuuuu

2022-12-04

1

Santi Nopianti2185

Santi Nopianti2185

lanjut...

2022-09-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!