Pagi di Cafe X
"Jadi lo udah balikin cek itu?" Sista menghentikan aktivitasnya setelah mendengar cerita Eylina.
"Iya ... gue sebel banget tau nggak. Nih ya gara - gara si sekertaris sialan itu gue kehilangan ponsel kesayangan gue. Gue jadi nggak bisa hubungin siapa pun kan sekarang?" Eylina menatap lurus ke arah jendela kaca yang memperlihatkan pemandangan jalan.
"Kalau lo mau padahal lo bisa beli ponsel baru dengan duit itu." Sista mengatakan dengan sangat hati - hati agar sahabatnya tidak tersinggung.
"Lo gila ya, nggak mungkin lah gue pakai duit dari orang sialan kayak gitu." Eylina membanting sebuah lap meja yang ia pegang.
"Iya ... iya sorry, gitu amat sih lo. Jangan terlalu benci sama orang Lin." Sista mengelus bahu sahabatnya.
"Lo tau gue kan, gue nggak pernah benci sama orang. Cuma orang ini tuh ngeselin banget tau nggak. Dan satu lagi, itu tuh si Tuan Muda yang lo elu - elukan. Dia juga sama nyebelinnya kayak sekertarisnya. Emangnya gue cewek apaan." Eylina meraih kursi dan duduk.
"Iya, yaudah sabar Lin. Gue yang harusnya minta maaf, kan gue yang nyuruh lo buat ikutan seleksi itu. Sorry ya ... gara - gara gue. Lo jadi kehilangan pekerjaan lo di klub itu." Sista dengan penuh rasa bersalah menggenggam tangan Eylina.
"Ya nggak dong Sis, lo nggak perlu minta maaf. Lagian nih ya, umur gue bakalan pendek kalau harus kerja disitu terus - terusan. Nih lo lihat mata gue, baru satu bulan aja mata gue udah hitam kayak gini." Eylina memajukan wajahnya. Memperlihatkan matanya yang menghitam.
Di saat mereka tengah sibuk mengobrol, seseorang membuka pintu cafe tempat mereka bekerja.
Membuat Sista membulatkan matanya ketika melihat siapa yang datang.
Sementara Eylina masih mengumpati dua orang yang kini ada dibelakangnya.
"Jadi seperti itu?" Morgan berkata dengan melipat tangannya di depan dadanya.
Rupanya kau memang sangat berani. Morgan.
Deg ....
Jantung Eylina seakan berhenti berdetak.
Ia menoleh dengan perlahan - lahan.
Tuan Muda? Kapan dia datang?
Tidak ... bagaimana dia bisa tau kalau aku bekerja disini?
Aku bahkan tidak menyebutkan tempat ini saat interview waktu itu.
Eylina meremas seragam kerjanya. Wajahnya pias, pelipisnya tiba - tiba mengeluarkan keringat dingin.
Ya Tuhan, semoga bukan hal buruk yang akan terjadi. Sista.
"Tu ... Tuan Muda? Bagaimana anda bisa sampai berada disini?" Eylina mencoba tersenyum, meski dengan wajah yang sedikit pucat.
"Tentu saja karena aku ingin menemui mu." Morgan duduk di kursi setelah sekertaris Rey menarikkan kursi itu untuknya.
"A ... apa maksud Tuan?" perasaannya semakin tidak enak, Eylina meremaskan tangannya.
Aku kan sudah menolak perjanjian itu. Apa sekertaris bodoh itu tidak mengatakannya pada tuan mudanya ini? Eylina.
"Bagaimana kau mengumpati ku tadi? Calon istriku." Morgan menekankan nada di akhir kalimatnya.
Anda mungkin tidak bisa lari semudah itu Nona. Tuan Muda sudah memilihmu. Rey.
"Ti ... tidak Tuan, mana mungkin saya seberani itu." Eylina tersenyum lagi. Wajahnya semakin pucat.
"Hahaha ... kau lihat itu Rey, gadis ini mencoba berbohong padaku." Morgan berdiri di belakang Eylina. Membelai rambut hitam Eylina.
Membuat gadis itu terasa tercekik. Meski Morgan tak menyentuh kulit lehernya sedikitpun.
Eylina menunduk, ia berpikir keras. Bagaimana caranya ia bisa lepas dari Morgan.
"Kau tidak akan bisa lari dariku." Morgan menghembuskan nafas di telinga Eylina.
Hembusan nafas yang terasa mencekam seperti angin kematian yang seolah - olah akan menjemputnya.
Lawan Eylin, ayo lawan. Kau harus berani. Lagipula diantara kau dan dia bahkan belum ada ikatan atau perjanjian apapun kan? Eylina meyakinkan dirinya.
"Hey Tuan Muda, apa hak anda menindas saya seperti ini? Dan kau, sekertaris sialan. Apa kau tidak cukup pintar untuk mengerti ucapan ku semalam hah? Bukankah aku sudah mengatakan padamu bahwa aku menolak perjanjian itu! Apa kau tidak mengatakannya pada Tuan mu ini hah?" Eylina mengerahkan segala keberaniannya.
Diluar sana bahkan banyak wanita yang dengan suka rela berlutut padamu hanya untuk bisa bersanding sejajar denganmu. Lalu kenapa kau harus repot - repot datang padaku. Eylina.
Duh Eylin ... apa yang lo lakuin. Lo nggak tau betapa berkuasanya keluarga tuan Morgan itu. Sista membatu di tempatnya sembari meremas tangannya.
"Hahahaha ... kau lihat dia Rey. Dia berani sekali berkata panjang lebar seperti itu." Morgan tertawa, suaranya terdengar membahana memenuhi ruangan itu.
"Bagaimana jika aku menawarkan kesembuhan untuk ibumu, dan juga jaminan pendidikan untuk adikmu?" Morgan membelai wajah Eylina.
"Cukup Tuan, anda mungkin adalah orang yang cukup berkuasa. Bisa mendapatkan apapun yang anda mau. Tapi tidak untuk harga diriku." Eylina menepis tangan Morgan.
Bagaimana dia bisa tau tentang ibu dan juga Dara? Mungkinkah Sista yang menceritakannya? Ahh tidak ... Sista tidak mungkin melakukannya. Apa sekertaris sialan itu? Ya, pasti dia mengikuti ku setelah mengantarkan ku malam itu. Kurang ajar kau ya. Eylina.
Morgan mengepalkan tangannya. Bagaimana gadis dihadapannya bisa berkata sekasar itu padanya. Sementara semua orang bahkan tidak ada yang berani walau hanya untuk saling bertatap mata dengannya.
Triiing ... triiing ....
Ponsel Sista berdering. Ia lalu pergi sedikit menjauh dari tiga orang tersebut untuk mengangkat telponnya.
Morgan mendekati Eylina, meraih dagunya dengan kasar.
"Hati - hati dengan perkataan mu." Ia memberi tatapan membunuh pada Eylina dan melepaskan cengkeramannya di dagu gadis itu.
Di saat bersamaan tiba - tiba Sista datang tergopoh - gopoh setelah menerima telepon.
"Eylin ... Lin gawat Lin!" Nafasnya tersengal - sengal.
"Ada apaan Sis?" Eylina pun panik melihat ekspresi sahabatnya.
"Ibu lo ... ibu lo nggak sadarkan diri Lin. Tadi Dara telepon gue, sekarang mereka ada di klinik dekat rumah lo. Lo buruan kesana sekarang!" Sista menyerahkan kunci sepeda motornya.
Eylina hendak menerima kunci motor tersebut, namun tangan Morgan lebih dulu menepisnya hingga kunci itu terjatuh dilantai.
Membuat mata Eylina melirik tajam ke arahnya.
"Apa maksud anda, Tuan?" Dengan keadaan yang darurat seperti ini keberanian Eylina meningkat berkali - kali lipat.
"Ikut aku!" Tangan Morgan menyeret gadis itu.
"Rey, buka pintunya!"
"Baik Tuan." Sekertaris Rey dengan sigap melaksanakan perintah tuan mudanya. Ia membuka pintu cafe tersebut lalu membukakan pintu mobil.
Tak menghiraukan gadis yang sedang meronta itu.
Sorry ya Lin, gue nggak bisa berbuat apa - apa kali ini. Sista meneteskan air mata melihat sahabatnya meronta - ronta. Ia menyesali karena memaksa Eylina mengikuti seleksi itu. Andai waktu bisa diputar kembali, ia tentu tidak akan mendorong sahabatnya ke dalam lubang buaya. Dan semuanya tidak akan menjadi kacau seperti ini.
"Lepaskan tanganku!" Berkali - kali Eylina memukul tangan Morgan yang kekar namun pria itu tak sedikitpun mengaduh.
"Diam, dan menurut lah!" Morgan mendorong tubuh Eylina untuk masuk ke dalam mobilnya.
Tanpa menunggu lama setelah itu sekertaris Rey pun melajukan mobilnya.
"Katakan di mana klinik yang di maksud temanmu itu!" Morgan berkata tanpa melihat ataupun melirik gadis yang duduk disampingnya.
Apa? Dia mengantarku? Baiklah. Akan ku terima permainanmu Tuan. Kau pikir aku takut padamu hah?
💗💗💗💗💗💗
Happy reading ya😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
TR1V3N4
wah keren n 👍🏻👍🏻👍🏻 Eylina punya nyali
2022-11-16
0
𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕
𝓫𝓪𝓰𝓾𝓼 𝓔𝔂𝓵𝓲𝓷𝓪 𝓴𝓪𝓶𝓾 𝓱𝓻𝓼 𝓴𝓾𝓪𝓽💪💪💪💪
2022-11-13
0
Hiii Iam
suka banget sama novel nya, nikah kontrak awalnya tapi akhirnya bakal happy ending, nggak bosan" bacanya
2022-02-24
1