"Tuan Muda." Rey masuk ke kamar Morgan.
"Bagaimana Rey?" Morgan dengan wajah datar menatap mata sekertarisnya.
"Tadi ada kabar dari Robin, Tuan ...." dengan panjang lebar Rey menceritakan laporan dari Robin dengan detail.
"Tahan gadis itu! Suruh dia menemuiku nanti malam!" Morgan mengambil ponselnya.
"Baik Tuan." Rey lalu menghubungi Robin agar menahan Eylina.
Berani - beraninya dia!! siapa gadis itu? Morgan.
****
Sementara di ruang seleksi, di gedung utama Globalindo Group Eylina sedang meremas gaun yang dipakainya.
Tuhan, apa riwayatku akan tamat hari ini? Tatapan orang itu serasa mencekik leherku. Membuatku susah bernafas. Sista ... tolong hiks. Eylina
"Nona Eylina! Ini adalah alamat Restoran X. Tuan Morgan mengundang anda untuk makan malam disana nanti malam. Bersikaplah dengan baik Nona!" Robin menyerahkan selembar kertas.
Dengan tangan bergetar Eylina menerima kertas tersebut.
Apa? Dia mengundangku makan malam? Nanti malam? Apa yang harus kulakukan? Seribu pertanyaan mengusik batin Eylina.
"Ma ... makan malam? Maksudnya?" Eylina mengernyit.
"Datanglah nanti malam dan jangan banyak bertanya Nona." Robin berbicara dengan sorot mata tajam.
Ikuti saja perintah Tuan Morgan, Nona. Batin Robin.
****
Eylin kenapa lama sekali, semoga lo lolos. Jantung gue deg - degan.
Sista yang sejak tadi menunggu di loby itu menggosokkan - gosokkan kedua tangannya. Udara terasa sangat dingin di dalam ruangan itu.
Tak ... tak ... tak ....
Suara derap langkah kaki dengan sepatu hak tinggi itu memecah keheningan.
Sista menoleh ke arah suara tersebut.
"Eylin? Apa yang terjadi? Bagaimana hasilnya? Lo nggak bikin kesalahan kan?" Dengan wajah panik Sista berusaha mencari tahu.
Bukan lagi kesalahan Sis, gue udah melakukan hal yang mungkin membuat tuan muda itu murka. Hiks ... mungkin ini adalah akhir dari riwayatku. Lalu ibu dan Dara bagaimana? Jika nanti aku akan di adili oleh tuan muda. Eylina hanyut dalam pikirannya.
"Eylin ... Lin? Gimana? Lo pucat banget?" Sista menuntun agar sahabatnya itu duduk di sofa.
"Gue kayaknya dalam bahaya Sis, tadi seseorang yang menginterview gue kayak marah gitu. Emang seberapa berkuasanya sih orang yang sedang mencari jodoh itu? Gue merinding nih". Eylina menatap dengan takut pada sahabatnya.
"Emang apa yang lo katakan sama mereka?" Wajah Sista yang sudah panik kini semakin bertambah khawatir karena keterangan dari sahabatnya.
"Gue nggak sengaja Sis, tadi itu gue ...." Eylina menceritakan dengan detail apa yang terjadi di dalam ruangan yang mencekam bagi para peserta seleksi.
Tapi ekspresi yang ditunjukkan oleh Sista justru membuat Eylina bingung.
"Aaaaa ... itu berarti ada sesuatu yang membuat para staf dan tuan muda terkesan sama lo Lin". Gadis dengan rambut agak kriting itu memukul bahu sahabatnya dengan keras hingga membuatnya mengaduh.
"Maksud lo?" Eylina masih memasang wajah bingung melihat tingkah sahabatnya yang sudah seperti seorang yang sedang menang lotre.
"Ya ampuunnn ... Eylin lo nggak peka banget sih. Makanya belajar pacaran." Sista ingin tertawa tapi takut karena beberapa penjaga yang ada di sudut ruangan sudah melirik ke arah mereka sejak tadi.
"Eh kita pulang aja yuk, nanti kita bahas di jalan aja." Merinding melihat lirikan para penjaga gedung, Sista menggamit lengan Eylina dan membantunya berdiri.
Kedua gadis itu berjalan tergesa - gesa.
****
Karena uang di dompet Sista yang sudah menipis, mereka pun pulang dengan naik angkot. Sepatu hak tinggi yang tadi menghiasi kaki Eylina pun kini sudah diganti dengan sepatu flat miliknya.
Orang - orang yang berada di dalam angkot menatap heran ke arah Eylina.
Pakaian dan dandanan bak putri raja tapi naik angkot? Mungkin begitulah yang ada di pikiran mereka.
"Hahaha ... lo masih tegang aja Lin?" Sista menepuk bahu sahabat karibnya.
"Lo kenapa sih, dari tadi ketawa terus perasaan? Nyebelin tau nggak?" Wajah yang tadinya tegang pun kini berubah menjadi kesal karena melihat ulah sahabatnya.
"Hahaha ... habisnya lo sih nggak peka banget jadi orang. Gini ya Lin, tuan muda itu udah terkesan sama lo. Percaya deh sama gue!" Sista mengatakan dengan penuh keyakinan.
"Ngaco lo, mimpi jangan ketinggian Sis. Kalau jatuh, sakit lho. Heran gue, kurang - kurangin mengkhayalnya! Gue aja nggak berani walaupun cuma bermimpi. Apalagi mengharapkan dia. Cacing aja juga bakal ngetawain gue kalau gue berani bermimpi sejauh itu."
Eylina memang selalu seperti itu. Dia merasa tidak percaya diri, walaupun sebenarnya dia punya modal untuk membuat hati para lelaki takluk padanya.
Tubuhnya yang tinggi, pinggangnya yang ramping, dadanya yang membusung serta wajahnya yang manis dengan rambut hitam legam sebahu. Dan juga kulitnya yang putih sudah cukup untuk menjadi modal menaklukan banyak pria di negri ini.
Tapi ia tidak se-percaya diri itu untuk memamerkan segala keindahan yang ada dalam dirinya. Mungkin jika dirinya berani dan sedikit lebih agresif, Eylina bahkan bisa dengan mudah masuk ke sebuah agensi dan menjadi model.
Sayangnya itu bukan sifat dari Eylina, ia memilih menyembunyikan kecantikan dan kemolekan tubuhnya dengan pakaian - pakaian yang kurang modis. Ya, hal itu karena dia juga tidak punya modal untuk berpakaian modis tentunya. Uangnya habis untuk kebutuhan sehari - hari dan kebutuhan hidupnya yang lain.
Penampilannya benar - benar apa adanya. Celana kolor dan kaos oblong sudah menjadi pakaian sehari - harinya.
Dia bahkan baru satu kali memakai dress, itupun karena dipinjami oleh sahabatnya.
****
Angkot yang membawa Sista dan Eylina berhenti tepat di gang kecil yang merupakan akses satu - satunya menuju rumah Sista.
Mereka berdua lalu turun dan berjalan menyusuri gang sempit tersebut. Keduanya berhenti di sebuah rumah dengan cat warna biru.
"Sis, lo nanti malam bisa temenin gue kan? Please. Gue nggak punya nyali buat ketemu sama orang itu." Dengan wajah memelas dan menyatukan kedua tangannya di depan dada, Eylina memohon pada sahabatnya.
"Nggak bisa dong Lin, gue kan harus kerja ntar," jawab Sista seraya menyiapkan tas kerjanya.
"Gini deh, lo ntar gue anterin ke salon yang tadi. Masalah bayarnya bisa gue atur. Lo pakai aja baju gue. Pokoknya lo malam ini harus tampil maksimal. Yang lo temuin anak konglomerat lho Lin. Pokoknya lo harus jaga sikap ... bla bla bla ...." panjang lebar Sista menjelaskan protokol - protokol kencan ala dirinya.
Sista menyiapkan baju dan juga segala yang akan diperlukan sahabatnya dengan baik. Dia bahkan kadang terlihat seperti seorang ibu yang sedang mengurus putrinya.
"Nah udah siap semua." Gadis kriwil itu berkacak pinggang setelah menyelesaikan pekerjaannya.
"Lo nggak salah? Baju segini banyak mau lo bawa kerumah gue?" Eylina menggelengkan kepala melihat ulah sahabat kriwilnya.
"Eylin ... Eylin. Ini tuh termasuk perjuangan gue sebagai sahabat lo tau? Gue bentar lagi mau nikah. Gue nggak mau bahagia sendirian. Dan sekarang ini, setelah sekian lama lo sendirian. Ada seorang tuan muda yang ngajak lo makan malam. Jadi gue harus berusaha bikin lo tampil maksimal malam ini. Gue harap lo juga berjuang ya Lin."
Mereka lalu saling memeluk.
"Thanks ya Sis, lo emang sahabat terbaik gue." Tiba - tiba air mata Eylina bagai banjir yang tidak bisa dibendung.
Betapa tidak, ia sangat terharu atas usaha keras sahabatnya. Ia tidak tahu, jika tidak ada Sista, entah siapa yang akan bisa ia andalkan.
Bukan hanya hari ini, tapi sejak mereka masih sama - sama duduk di bangku SMA. Sista seperti malaikat penolong yang selalu hadir saat Eylina dalam kesusahan. Begitu pula sebaliknya, Eylina selalu menjadi sandaran yang kokoh saat Sista terpuruk.
💗💗💗💗💗💗
Semoga suka ya sama ceritanya🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
TR1V3N4
novel ini menarik alurnya...👍🏻👍🏻
2022-11-16
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓼𝓪𝓵𝓾𝓽 𝓼𝓪𝓶𝓪 𝓹𝓮𝓻𝓼𝓪𝓱𝓪𝓫𝓪𝓽𝓪𝓷 𝓶𝓮𝓻𝓮𝓴𝓪👍👍👍👍👍👍👍
2022-11-13
0
Windy Lyana
q jg punya tmn susah senang bersama dia dari Bali.wkt ke jakarta uang q kecopetan dia yg nolong aq .persahabatan kami langgeng sejak thn 2000 sampai saat ini.wl pun asal n agama kami beda kami saling bantu.
2022-02-16
0