Dear Captain

Dear Captain

1. Masih dengan Langit yang Sama

Langit 17 Agustus memecahkan keheningan dan kekhidmatan pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih. Aku terdiam menatap dan melihatnya menapakkan kaki sebagai penjuru barisan. Tak terasa butiran-butiran air mata sudah membasahi pipi ku. Aku hanya seorang sahabat baginya. Sahabat dekat dan selalu siap mendukungnya. Seorang sahabat yang ikut bangga melihatnya kesuksesannya menjadi pasukan pengibar bendera di Istana Kepresidenan. Ketika melihat Dia berada di barisan para paskibraka terpilih membuat ku tak bisa menahan haru.

"Sil, Aku terpilih mewakili daerah kita untuk berangkat ke Jakarta." Isi pesan singkat Dia ketika hendak berangkat untuk dikarantina.

"Selamat... Selamat... Selamat."

Aku hanya bisa menuliskan kata 'Selamat' kepada Dia. Karena aku sangat bahagia Dia telah mewujudkan impiannya. Sebelumnya Dia sempat ragu. Hampir saja Dia tidak mau berangkat karena pacarnya waktu itu melarang untuk berangkat, alasannya karena takut kehilangan dia. Aku yang mendengar ceritanya jadi sangat kesal karena dia menghambat karir seseorang.

"Aku akan berangkat minggu depan. Aku langsung dikarantina selama 3 bulan tanpa boleh menggunakan alat komunikasi apapun."

"Bagus dong. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Terus kamu mikir apa lagi coba?!"

"Dia gak memberikan izin kepada ku untuk berangkat ke Jakarta."

"Siapa? Pacar mu! Duh... Gila ya tuh anak. Ngapain juga kamu goyah karena dia. Berangkat saja, jangan nurutin apa kata dia. Kamu mau gitu saja melepaskan kesempatan keren ini." Kesal ku dengan berapi-api.

"Berangkat! Jadi aku berangkat ya, Sil. Aku harus berangkat ya."

"Iya, kamu harus berangkat Andika Perkasa. Udah berangkat saja. Jangan hiraukan dia. Kamu tidak akan mendapatkan kesempatan ini berkali-kali. Lagian di sana kamu bakalan ketemu cewek-cewek cantik, bahkan lebih cantik dari dia."

"Nah, itu yang ditakutkan dia. Dia takut aku bakalan cinlok sama peserta lain."

"Hahaha." Tawaku meledak gemas.

"Kamu itu ya... Serius nih." Kesal Andika sambil memalingkan wajahnya dari ku.

"Masa depan ada ditangan mu. Tapi Jodoh ada ditangan Tuhan." Aku mencoba memberinya semangat dan motivasi.

"Siap. Aku sudah sejauh ini, jadi aku gak bisa berhenti begitu saja. Makasih ya."

Andika memeluk ku erat. Bahkan sangat erat sampai aku susah bernapas karena dada bidang Andika membuat wajah mungil ku terbenam. Aku sepertinya akan merindukan Andika.

Andika akhirnya menjalani masa karantina tanpa bisa dihubungi sama sekali. Beberapa kali aku mencoba untuk mengirim pesan kepada Andika, tapi pesan itu tidak terbaca. Aku tidak sabar untuk melihatnya nanti di televisi. Pasti dia akan terlihat sangat keren.

Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba. Aku sangat bersemangat duduk di depan televisi. Aku menantikan proses demi proses upacara Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Biasanya aku tidak sesemangat ini, tapi kali ini aku sangat menantikannya, karena ada Andika.

Prosesi pengibaran bendera telah dimulai. Aku melihatnya berdiri tegap sebagai penjuru. Entah tanpa aku sadari, air mata ini mengalir lembut di pipi ku. Andika sangat keren. Sahabat ku telah meraih impiannya. Dia terlihat kurus tapi sangat keren. Aku tidak sabar untuk bertemu dengan Andika dan memberikan ucapan selamat. Ponsel ku tiba-tiba berdering. Aku mengambil ponsel ku yang berada di meja.

"Halo... Siapa ini?" Jawab ku agak enggan karena nomor ponselnya tidak tersimpan di kontak telfon.

"Sil, ini Aku."

Suaranya tidak asing. Tapi aku tidak yakin kalau suara ini adalah Andika. Dia masih di karantina jelas masih tidak boleh berkomunikasi dengan siapa pun. Lagian nomor ini juga bukan milik Andika.

"Siapa?"

"Gitu ya. Tiga bulan gak ketemu sudah lupa sama suara ku."

"Andika kah?!"

"Iya. Ini aku, Andika. Maaf aku pakai nomor baru. Nomor lama ku sudah tidak aktif. Sil, apa kabar?"

"Aku, aku Baik Dik. Kamu apa kabar?" Jawab ku sedikit terbata-bata. Namun aku tidak bisa tangis ku.

"Kok nangis?"

"Kangen."

"Aku juga."

Kami terdiam beberapa saat. Terdengar senyum kecil Andika di seberang sana. Aku sangat merindukan Andika sampai aku tidak tau harus berkata apa. Hanya tangis menggambarkan rasa rindu ku kepadanya.

"Udahan nangisnya, jangan cengeng. Oh iya, seleksi masuk PTN sudah keluar kan hasilnya. Gimana hasilnya?"

"Aku lolos, Dik."

"Selamat ya, calon mahasiswi."

"Terima kasih."

Tiba-tiba obrolan kami terputus. Tut... Tut... Tut... Suara ponsel terputus. Aku hanya bisa tersenyum dan masih merasa haru. Dia, Andika. Sahabatku akhirnya meraih impian yang tidak pernah disangkanya.

+6285733xxxxxx

"Kegiatanku padat banget setelah upacara selesai. Aku jadi Duta Pariwisata. Aku jadi model iklan. Hmmm aku jadi orang sibuk sekarang."

Isi pesan singkat yang dikirimkannya ke aku setelah obrolan kita yang terputus tiba-tiba. Aku hanya bisa tersenyum bahagia membacanya.

+6285733xxxxxx

"Kamu sudah mulai sibuk kuliah ya? Pasti kamu sedang mulai OSPEK. SEMANGAT YA."

Dia selalu menyempatkan berkirim pesan singkat denganku. Entah mengapa pesan singkat darinya membuatku bersemangat. Padahal hanya kata-kata receh seperti itu.

+6285733xxxxxx

"Besok aku sudah take away pulang ke rumah. Kamu kapan pulang? Ketemu yuk. Aku sudah kangen sama kamu. Nanti kita main basket yok."

Kita memang sering main basket bersama. Kita bisa nyambung kayak gini karena hobby kita sama, yaitu main basket. Berawal dari hobby yang sama. Kita jadi sering berkomunikasi. Kita juga sering bekerja sama dalam kegiatan OSIS di sekolah. Dia termasuk anak yang manja dan kekanak-kanakan. Mungkin karena aku lebih tua dari dia, jadi dia sering bertukar cerita dan pendapat dengan ku.

~Andika Bawel~

"Aku ke rumah mu sekarang!"

Aku terperanjat dari kasur. Sebenarnya Aku masih belum mau beranjak dari kasur empuk ku. Tapi melihat pesan singkat dari Andika yang tiba-tiba. Aku bergegas mengambil handuk dan berlari menuju kamar mandi. Aku secepat mungkin menyelesaikan ritual mandi ku, kemudian bergegas berganti pakaian juga sedikit memoleskan bedak serta lip blam dibibir ku. Aku gak mau kena omelannya. Pas, waktu yang tepat. Dia datang dan aku sudah selesai mandi.

"Permisi."

Terdengar suara teriakan Andika di depan pintu gerbang rumah. Aku bergegas berlari untuk membukakan pintu. Saat aku bukakan pintu, terlihat Andika yang berdiri tegap di depan pintu sambil tersenyum manis. Spontan Andika langsung memeluk ku tanpa permisi.

"Sil, kangen."

Andika melepaskan pelukannya. Kemudian dia mengambil paper bag yang berada di lantai, kemudian menyerahkannya kepada ku.

"Nih... Buat kamu."

"Apaan?"

"Buka saja." Perintahnya. Aku bergegas membuka paper bag dari Andika karena penasaran.

"Wah... Dika... Kamu beneran bawain jaket ini buat ku."

"Kamu dari dulu kan kepingin punya jaket ini. Anggap saja jaket ini kado karena kamu sudah berhasil masuk PTN."

"Makasih. Ya Andika Perkasa."

"Hah... Makasih doang. Cium dong." Menyodorkan pipinya.

"Harus ya?" Bantah ku sambil mengerutkan dahi.

"Hahahaha, bercanda Sil. Kamu gak berubah ya... Tetep menggemaskan." Andika menarik wajahnya kemudian mengacak rambutku gemas.

"Bodoh amat, yang jelas makasih ole-ole nya."

Aku tersenyum kecil dan menatap Andika. Dia masih Andika yang aku kenal, tidak ada yang berubah.

Terpopuler

Comments

Taraline🦋 | hiat 1 abad

Taraline🦋 | hiat 1 abad

bener itu berangkat aja, nnti pas kamu tolak pemberangkatan dia malah mutusin km lg. Yg bener ajah rugi dong/Hey/💅🏻

2024-05-24

1

piyo lika pelicia

piyo lika pelicia

cerita kamu bagus semangat ya, dan jangan lupa mampir di novel KK plus mawar nya juga

2024-05-06

0

Bilqies

Bilqies

Hadir support ya Thor
Salam kenal aku pemula niih
mampir yaa di karyaku "Mencintaimu dalam DIAM"
Jangan lupa like, komen dan subscribe nya🙏

2024-04-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!