5. Tak Bisa Menghindar

Jantungku berdetak kencang. Ada rasa panik. Ada rasa bingung. Terutama ada rasa takut. Karena ada hati dan perasaan seseorang yang harus aku jaga saat ini. Kenapa ada Andika sih.

"Oh iya. Ini Andika kak, teman SMA ku."

"Teman SMA? Kok aku gak pernah melihatnya?"

"Saat Andika masuk, Kak Arya lulus dari SMA kita."

"Iya, salam kenal kak. Aku Andika."

Andika mengulurkan tangannya ke arah Kak Arya. Kak Arya menyambut uluran tangan Andika dengan senyum manisnya. Rasanya saat ini perasaan ku campur aduk gak karuan. Ada Andika yang tidak ingin aku temui tiba-tiba muncul begitu saja. Bahkan ketika aku sedang bersama kak Arya. Entah bagaimana alurnya nanti. Pasrah.

"Berarti Andika masih kelas 12 ya sekarang?"

"Iya Kak. Sesil sama kak Arya mau makan?" Tanya Andika seolah ingin mengajak kami masuk dan makan bareng.

"Kami baru selesai makan. Kamu sendirian?" Tanyaku.

"Enggak sih, tadi aku ngantar mama ke rumah temannya. Karena mama masih lama ya udah aku tinggal jalan-jalan saja."

"Oiya, kapan-kapan kita sambung lagi ya ngobrolnya. Maaf ya kita harus pulang, karena ada hal yang mendesak. Gak apa-apa kan sayang." Ajak Kak Arya kepada ku dan memotong percakapan kami.

Kami pun berpamitan kepada Andika. Aku melihat raut wajah Andika yang terlihat banget kalau sedang berpura-pura tersenyum. Sebenarnya aku senang sekali bisa bertemu dengan Andika seperti ini. Meskipun hanya sebentar, rasanya hatiku sangat berdebar. Ternyata aku sangat merindukan Andika.

"Sudah sampai." Suara Kak Arya membuyarkan lamunanku.

"Ah, iya. Kak." Aku melepas sabuk pengaman yang melingkar ditubuh ku.

"Kamu baik-baik saja dek?" Tanya Kak Arya tiba-tiba karena melihat ku agak gugup dan gak fokus.

"Iya, Kak. Aku baik-baik saja. Kenapa kak?"

"Gak apa-apa. Aku langsung balik ya. Sampau bertemu weekend selanjutnya." Kak Arya mendekatkan wajahnya ke arahku kemudian mencium keningku lembut.

Aku hanya mengangguk. Aku tau, kak Arya masih tidak percaya dengan jawaban yang aku berikan atas pertanyaannya. Kak Arya tidak akan terlalu jauh bertanya kalau aku sudah bilang tidak apa-apa.

Kak Arya sudah melajukan mobilnya dan meninggalkan halaman rumah ku. Aku melangkahkan kaki perlahan memasuki rumah. Langkah ku menunduk sambil ku hitung langkah kaki ku, gabut banget kan. Semua itu ku lakukan kalau aku sedang tidak baik-baik saja.

"Ma... Sesil pulang." Ucapku sambil menutup pintu ruang tamu.

"Arya gak mampir? Eh, Sil. Ada tamu buat kamu Nak."

"Siapa ma?"

"Andika. Mama suruh dia menunggu du taman samping. Temui sana. Mama mau beres-beres dapur dulu."

Aku bergegas berjalan menuju teras samping. Aku melihat Andika yang tengah duduk sambil memandangi lampu-lampu yang ada di taman rumahku. Andika memang memiliki pesona yang luar biasa. Terlihat dari belakang saja aura ketampanannya sangat terpancar. Bagaimana aku tidak sangat menyukai anak itu. Dia begitu menyihir ku dengan segala hal yang dia miliki.

"Kenapa kamu ke sini?"

Suara ku mengalihkan pandangan Andika dan berbalik memandang ke arah ku. Andika berdiri dari tempat duduknya dan tersenyum manis padaku.

"Hai, Sil."

"Ada apa malam-malam ke rumah?"

Andika tiba-tiba memelukku. Gila. Tiba-tiba saja dia memelukku. Aku mendorongnya. Sebenarnya aku mendorongnya bukan karena aku gak suka, tapi aku takut detak jantungku tak bisa menyembunyikan rasanya. Aku yakin jantungku akan menunjukkan rasa sukanya berlebihan.

"Kamu masih marah sama aku, Sil? Kamu sangat membenci ku kah? Harusnya aku yang membenci mu." Sorot mata Andika berkaca-kaca. Aku tak kuasa membalas tatapan mata Andika. Mata itu selalu bisa meluluhkan ku.

"Harusnya kamu melakukan itu. Membenci ku."

"Gak Bisa. Setiap kali aku mencoba membenci mu. Aku semakin merindukan mu."

Aku hanya menundukkan kepalaku. Aku tidak mau dia tau, kalau aku sebenarnya juga sangat merindukannya. Tiba-tiba Andika memeluk ku lagi. Memeluk ku sangat erat. Bahkan terasa hangat tubuhnya saat dia memeluk ku. Wangi tubuhnya yang selalu bisa membius ku.

"Sebentar saja, jangan mencoba melepaskannya. Aku sangat merindukan mu. Merindukan semua tentang mu." Bisiknya.

Aku hanya terdiam membatu. Aku tidak bisa melawan rasa ini. Ingin rasanya aku juga mengatakan hal yang sama, tapi aku tidak bisa. Maafkan aku. Andika melepaskan pelukannya, dia berpamitan pulang. Aku mengantarnya sampai depan.

"Terima kasih sudah mau bertemu dengan ku." Pamit Andika yang kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan halaman rumah ku. Saat aku berbalik untuk masuk lagi ke dalam rumah. Betapa Aku sangat terkejut ketika ada Kak Arya yang sedang duduk di teras depan rumah ku tanpa ku sadari dari tadi.

"Kak Arya."

Terpopuler

Comments

Bilqies

Bilqies

waahh bakalan ada perang dunia ini 😱😱

2024-04-18

1

𝕸𝘂𝗍i𝝰r𝝰 𝕾e𝗻𝗷𝝰🌅

𝕸𝘂𝗍i𝝰r𝝰 𝕾e𝗻𝗷𝝰🌅

Model penulisan kk beda sm yg lain, knp bisa berinisiatif menulis sprti ini?😌

2023-05-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!