Andika beneran datang ke rumah ku, sesuai yang dia ucapkan kemarin. Sebenarnya hati kecil ku sangat senang bisa bertemu dengannya lagi, tapi entah mengapa ada rasa mengganjal dalam hati.
"Kenapa kamu belum siap sih, Sil?"
"Emang kita mau ke mana!"
"Udah sana ganti baju." Perintah Andika yang tidak bisa aku bantah.
"Iya... Iya... bawel banget deh." Aku bergegas masuk dan mengganti pakaianku.
Andika membonceng ku dengan motor moge kesayangannya. Aroma tubuh Andika masih sama. Wangi parfum yang harumnya menyejukkan jiwa. Aku suka banget wangi parfumnya selalu bisa membuatku meleleh dan ingin berlama-lama dalam pelukannya. Andika menghentikan laju motornya.
"Sudah lama aku ingin mengajakmu ke tempat ini. Baru kesampaian sekarang. Bagus banget kan!"
Aku lihat ke sekeliling. Pemandangan pegunungan yang indah dan membuat mata kembali segar dengan kehijauannya. Aku menghela napas. Memang sudah lama sekali aku tidak memanjakan mataku dengan suasana seperti ini. Aku merebahkan tubuh ku di sebuah panggung kayu. Cantik sekali awan yang sedang berarakkan seolah saling mengejar satu sama lain.
"Langitnya cerah. Nyaman sekali."
Aku memejamkan mata. Menikmati udara segar yang ada di sekitarku. Rasanya semua beban menghilang begitu saja. Aku mendengar ada suara lembut yang berbisik di telingaku. Suara lembut itu jelas punya Andika. Aku membuka mata ku yang sempat terpejam.
"Kamu malah tidur."
Andika menatap ku sambil tersenyum kecil, kemudian ikut merebahkan badannya di sebelahku. Kami berdua memandang ke langit. Angin sepoi-sepoi menambah syahdunya suasana.
"Sil, kenapa kamu sering mengabaikan pesan dan telfon ku?"
Andika tiba-tiba bertanya kepadaku dengan nada serius. Aku seketika menolehkan wajah ku dan menatapnya. Kemudian Mencoba melemparkan senyuman termanis untuknya. Aku sebenarnya ingin menutupi rasa salting ku karena jantung ku sedang berdetak kencang karena bingung harus menjawab apa.
"Tugas kuliah ku banyak banget. Maaf."
"Jadi anak kuliahan itu sibuk banget ya. Sampai balas pesan dan angkat telfon aja gak sempet."
"Maaf."
"Gak apa, lagian siapa aku harus jadi prioritas buat kamu."
Aku hanya terdiam dan mengalihkan pandangan ku. Kita terdiam lagi beberapa saat tanpa berbicara atau memandang satu sama lain. Sebenarnya Aku sangat merindukan Andika. Tapi aku, sudahlah lupakan perasaan ini. Jujur aku ingin sekali menggenggam jemarinya seperti dulu. Tapi aku harus bisa menepis perasaan ku. Lupakan lupakan. Waktu sudah berlalu, semua sudah berbeda. Ponselku bergetar dan membuyarkan lamunanku. Andika memandang ke arah ku.
"Sebentar ya."
Aku bangun kemudian berjalan sedikit menjauh. Aku Mengeluarkan ponsel ku dari dalam tas. Ternyata kak Arya. Orang yang sedang menjalani hubungan spesial dengan ku. Dari kejauhan aku melihat Andika memandang ku. Aku mencoba mengalihkan pandangan ku untuk menghindari sorot matanya yang tajam tapi meneduhkan itu.
Aku melangkahkan kaki kembali ke tempat duduk kami. Andika melihat ke arah ku dengan tidak melepaskan pandangannya, sorot matanya seperti menyuruh ku untuk memberinya penjelasan. Tapi aku melihatnya menahan rasa ingin tahunya. Dia seolah mencoba tidak peduli.
"Kamu... Masih sama dia? Anak itu!" Andika tiba-tiba membuka percakapan yang membuat jantungku berhenti.
"Siapa?"
"Siapa lagi. Kakak berwajah oriental itu."
"Kak Arya!"
"Iya. Kamu masih sama dia?"
"Em..." Jawab ku yang hanya berdahem.
Andika tidak melanjutkan pertanyaannya lagi. Dia mengajak ku untuk kembali. Selama perjalanan pulang, Andika terdiam. Tepatnya memang sengaja mendiamkan ku. Dada ku sebenarnya terasa sesak karena harus menghadapi situasi seperti ini. Aku juga memilih untuk diam dan bersikap masa bodoh. Semua akan baik-baik saja. Seharusnya seperti itu. Baik-baik saja. Aku hanya ingin menjaga. Ah... Entahlah ingin menjaga apa! Apa memangnya yang harus dijaga, kalau harus saling menyakiti begini. Harusnya cerita kita tidak seperti ini. Bukan ini yang aku inginkan. Skenarionya berubah. Salah alur apa malah salah plotnya. Aku. Entahlah sesak rasanya.
"Tetaplah jadi Sesil yang aku kenal. Jangan mencoba menjadi orang lain di depan ku."
Kata-kata Andika membuat jantung ku hampir tak bisa berdetak. Aku menahan bulir-bulir air mata yang hampir saja menetes di hadapannya.
"Aku pulang ya. Jaga diri baik-baik."
Aku hanya terdiam melihat Andika berlalu semakin menjauh dan menjauh hingga menghilang. Tangisku pecah. Pecah sejadi-jadinya. Aku kira aku baik-baik saja, tapi ternyata aku tidak baik-baik saja. Hanya saja aku akan menyesali semuanya suatu saat nanti. Bahkan aku akan sangat menyesal karena aku telah membohongi diri ku sendiri. Menahan rasa yang seharusnya aku ungkapkan. Membiarkan rasa yang seharusnya bisa terbang bebas bersamanya. Tapi aku. Iya aku. Aku yang sengaja mengurungnya. Mengurung semua sel sel tubuhku untuk tidak memilihnya.
"Maaf. Aku. Sebenarnya aku sangat menyukaimu. Bahkan, aku sudah menempatkan mu dalam hatiku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Bilqies
bikin nyesek kaak bacanya 🥺
2024-04-18
1