2. Canggung

Aku sudah mulai sibuk dengan kegiatan di kampus. Menjadi mahasiswi ternyata sangat menyenangkan. Banyak hal baru yang aku temukan mulai dari teman baru, suasana baru, dan tempat baru. Meskipun aku sudah menjadi mahasiswi dan hidup di rumah kos. Aku masih sering bolak-balik pulang. Maklum masih anak mama hehehe. Setiap kali aku pulang, Andika selalu mengajak ku bertemu. Bahkan dia bisa seharian berada di rumah ku. Seperti saat ini ketika aku pulang, dia langsung meluncur ke rumah ku sepulang dari sekolah.

"Weekend gini kamu gak ke rumah pacar mu kah?"

"Udah putus." Jawab Andika enteng sambil rebahan di gazebo taman.

"Kok putus? Jangan bercanda. Kalian kan pasangan ter famous di sekolah."

Aku mendekati Andika yang sedang asik merebahkan badannya. Aku sangat penasaran dengan jawaban Andika yang ngajak bercanda itu. Pacarnya termasuk sangat posesif, aku sangat mengenal pacarnya. Pacarnya juga sangat manja, bahkan bisa dibilang cengeng. Kemana pun Andika pergi, jelas ada pacarnya juga.

Andika membuka matanya dan melihat ke arah ku dengan tajam. Aku paham Andika gak akan mau menjelaskan kepada ku kenapa dia putus. Aku juga tidak meneruskan pertanyaan ku. Andika tiba-tiba bangun dan duduk di sebelah ku.

"Sil, pacaran yuk!"

Aku menghentikan menggigit buah apel yang tadinya asik ku makan. Mata ku yang tadinya asik menikmati awan berarak di langit, segera aku alihkan ke arah Andika. Karena Bercandaan Andika gak lucu. Andika juga berbalik melihat ke arah ku. Kini posisi kita salin menatap satu sama lain.

"Jangan bercanda, Dik."

"Kamu lihat aku bercanda apa?"

Terlihat tatapan mata Andika memang sedang tidak bercanda. Aku menarik pandangan ku dari Andika dan sedikit menjauh darinya. Harus ya kita dalam posisi secanggung ini. Kenapa Andika tiba-tiba mengutarakan hal sebodoh ini.

"Dika... Sepertinya kita lebih asik seperti ini aja deh." Aku merangkul pundak Andika yang lebar itu dan melemparkan senyum manisku.

"Terserah lah apa katamu." Cemberut Andika sambil melepaskan rangkulanku.

Entah kenapa setelah perbincangan itu, kita jadi semakin jauh. Entah hanya perasaan ku saja atau memang sengaja Andika menjauh dan tidak seperti biasanya kepadaku. Andika yang super cerewet, tiba-tiba diam seribu bahasa. Andika biasanya hampir setiap hari mengirimi ku pesan, sekarang hampir tidak pernah. Aku sih tidak terlalu memikirkan hal itu, karena aku terlalu sibuk dengan urusan kuliahku.

~Tika~

"Mbak, kamu pulang gak?"

Ada pesan masuk dari Tika. Tika ini sepupunya Andika. Aku jadi berteman dekat dengan Tika karena Andika sering ajak Tika keluar bersama kami. Terkadang Kami juga sering jalan bareng meskipun tanpa Andika.

"Iya nih, aku lagi di rumah. Kenapa Tik?"

~Tika~

"Main ke rumah dong. Lama banget gak pernah main ke rumah. Jalan yuk, mbak. Gak kangen aku kah?"

"Maaf, akhir-akhir ini aku sibuk banget, Tik. Oke lah, aku meluncur ke rumah mu ya."

~Tika~

"Siap, ditunggu ya. Baik banget deh kamu mbak. Miss you."

Aku bergegas menuju rumah Tika. Rumah Tika gak jauh dari rumahku hanya sekitar 15 menit lamanya. Tapi yang jelas ketika Aku ke rumah Tika, pastinya akan melewati rumah Andika. Semoga saja dia gak ada di rumah. Entah kenapa aku tidak ingin bertemu dengan Andika untuk saat ini. Rasanya hati ini masih berat untuk bertemu dengannya setelah kejadian waktu dulu.

"Tika... Tika..." Aku memencet bel rumah Tika sambil memanggil namanya.

"Iya... Sebentar." Terdengar suara Tika yang sedang berlari menuju pintu rumahnya dan membukakan pintu untuk ku.

"Masuk mbak. Kangen aku." Sambil menggeret ku masuk dan memintaku duduk di kursi empuknya di ruang tamu.

"Tumben rumahmu sepi, Tik."

"Mama lagi keluar kota mbak. Makanya aku cari temen. Sepi banget di rumah."

"Adik kesayangan mu kemana?"

"Andika? Dia sibuk lha sama para fans-nya. Hmmm ngomong-ngomong soal Andika, tumben kok kalian gak pernah ketemuan mbak!"

"Iya aku lama sih gak pernah ketemu dia. Sekarang pacarnya pasti makin banyak ya dia."

"Banget, Mbak. Aku kadang kena imbasnya. Aku disuruh cari alasan buat nolak cewek-ceweknya itu. Kenapa kalian gak pacaran aja sih, Mbak?"

"Aku sama Andika!! Oh, tidak Bisa. Nanti bisa-bisa aku jantungan tiap hari. Lha Andika pacarnya banyak, pacarnya high class juga. Lha aku siapa hanya remahan rempeyek, Bestie."

"Hahaha bisa aja kamu mbak. Aku ganti baju dulu ya, Mbak. Jangan kabur lho. Sebentar ya." Tika seketika meninggalkan ruang tamu dan berlari ke kamarnya.

Aku merebahkan punggungku dan menyandarkan kepalaku di sofa yang ku duduki. Sambil ku hela napas sesekali. Merasakan nyamannya sofa ini, hingga mataku tidak terasa sedikit terlelap. Tiba-tiba pundakku terasa berat. Betapa kagetnya aku, ada cowok tinggi besar berparas tampan yang menyandarkan kepalanya di pundakku. Aku spontan kaget dan mendorong wajahnya keras-keras.

"Eh... Kamu..."

"Aduh... sakit Sil."

Ternyata Andika. Aku lihat Andika mengelus-elus jidatnya karena aku mendorongnya sangat keras. Tapi setelah itu Andika malah tersenyum manis ke arahku.

"Astaga, Dika. Kamu..."

"Kangen sekali sama kamu, Sil."

Andika memeluk ku erat hingga tulang ku terasa ingin remuk. Aku mau melawan, tapi aku tidak kuasa untuk menguras tenaga ku dan melawannya. Aku membiarkannya memeluk ku erat selama beberapa menit.

"Hai... Kalian ya..." Teriak Tika mengagetkan kita yang sedang terhanyut dalam kerinduan.

"Kak Tika.... Ganggu aja sih kamu. Sana balik sana ke dalam." Gerutu Andika dengan nada agak sebal.

"Enak aja. Ini Mbak Sesil aku yang undang lho. Kamu ngapain ke sini, hah!!." Tika duduk menengahi kami.

"Oh, iya. Kak, kamu dicariin mamaku tuh. Aku ke sini tadi disuruh manggil kamu. Katanya mama ada perlu sebentar sama kamu. Sudah sana ke mama ku dulu. Ntar kamu diomelin lho kalo gak buru-buru nemuin mama."

"Astaga, iya aku lupa tadi mau anterin tante ke rumah budhe Santi! Mbak, sebentar ya. Wait me 30 menit saja."

"Iya udah pergi sana, biar Sesil sama aku."

Tika bergegas keluar untuk menemui mamanya Andika. Suasana agak canggung mulai terasa. Kami terdiam dan tidak ada yang memulai obrolan. Kita hanya sesekali saling memandang dan itu pun tidak sengaja.

"Kamu libur lama atau kembali besok?" Dika mencoba mencairkan suasana.

"Belum ada libur panjang. Mungkin besok sore aku udah balik."

"Besok pagi jalan yok. Aku jemput ya. Pokoknya besok pagi aku ke rumah mu."

Tanpa menunggu ku jawab. Andika berdiri, mendekatiku, kemudian mencium kening ku. Aku terdiam dan mematung. Aku melihat Andika pergi dari hadapanku sambil melambaikan tangannya. Andika, dia masih saja bersikap seenaknya. Tapi dia terlalu manis dan hangat. Padahal kami sudah lama tidak bertemu. Kami juga hampir tidak pernah berkomunikasi. Bagaimana bisa aku tidak menyukai Andika. Sikap manis dan hangatnya itu membuat ku selalu meleleh. Apalagi ketika dia mulai bersikap manja, semakin membuat ku merindukannya.

Aku takut menyukainya lebih dalam lagi. Aku selama ini sudah mencoba melepaskan rasa suka ku pada Andika. Karena Aku sadar. Aku hanya seorang gadis yang biasa saja. Kalau pun aku bisa bersamanya. Aku yakin, aku tidak akan mampu untuk menahan rasa cemburu ku karena dia mempunyai banyak teman cewek. Akan ada banyak mata, suara, dan hati yang akan mencemooh. Maka dari itu, aku takut suatu saat akan kehilanganmu jika memilih bersamamu. Mencintai mu adalah beban.

Terpopuler

Comments

Susi Putri

Susi Putri

Selalu semangat ☺️🙏

2024-05-28

0

S. M yanie

S. M yanie

semangat

2024-05-28

1

Ai

Ai

Mampir, Thor.
Ceritanya bagus, hanya saja mataku kurang nyaman bacanya, karena letak tulisan di tengah. Maaf ya, ini opini pribadiku saja 🙏🏻

2024-04-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!