Kami tidak kembali ke Batavia. Memang dari udara aku tidak bisa merasa yakin bahwa kami tidak berada di Batavia , tapi ini bukanlah tempat yang sama seperti yang ku tinggalkan sebelumnya . Karena tidak meminum pilku , aku hanya menutup mata saat kami mendarat , kemudian perjalanan dilanjutkan dengan mengendarai mobil. Bahkan , sekalipun aku masih memiliki pil itu , aku memutuskan untuk tidak lagi meminumnya . Gregor tidak bisa menarikku dari mimpi kecuali aku membantunya, dan aku yakin tidak akan melakukannya lagi . Lagi pula , aku bertanya-tanya apakah pil itu membuatku sakit , karena seperti yang dikatakan oleh Vlad , aku merasa tidak enak badan. Aku harus menelpon Don dan bertanya apakah ada efek samping dari pilnya . Sammy adalah orang yang pertama kulihat saat aku membuka mata, setelah Vlad membawaku masuk kerumah. Ia berdiri di ruang depan dengan lengan di silangkan di dada ,memasang ekspresi pasrah .
" Seharusnya kau tidak pergi. " Dimana Alex ?" Aku tidak mau berdebat dengan Sammy . Hanya ada satu orang yang berhak menegurku. Tapi Alex tidak keluar, meskipun ia mendengarku berbicara dengan suara keras. Alex pasti sangat marah . Sammy menoleh ke sebelah kiri.
" Ikuti suara musiknya." Alunan piano terdengar dari arah yang ditunjuk oleh Sammy. Mungkin Alex sedang mendengarkan CD yang menenangkan. Aku hanya bisa berharap itu bisa meredakan kemarahannya . " Terimakasih." aku melewati beberapa ruangan menuju ke arah suara . Saat aku masuk keruangan yang sepertinya merupakan perpustakaan yang besar, aku melihat alunan musik berasal dari piano, bukan CD . Alex menunduk di atasnya , dengan memunggungi ku jari pucatnya menari dengan lihai di atas tuts piano. " Hai," sapaku setelah berdiri diam selama beberapa detik, tapi Alex bahkan tidak berbalik. Alex mengabaikanku? Tidak , jika aku bisa mencegahnya. Aku suka menyelesaikan sekarang ketimbang menundanya.
" Aku tidak tahu kau bisa bermain piano." aku mencoba lagi sambil berjalan mendekat. Saat aku berada cukup dekat untuk bisa merasakan getaran tubuhnya, aku berhenti. Alex terasa seperti akan meledak , meskipun alunan musik yang dihasilkan terdengar sendu . " Kenapa kau disini?" Alex menanyakan dengan ketus , bahkan tanpa mengangkat kepalanya. Pertanyaan itu mengejutkan aku.
" Karena kau ada disini ," kataku .
Alex masih tidak mengangkat kepala.
" Jika kau datang untuk mengucapkan selamat tinggal, kau tidak perlu repot-repot melakukannya. Aku tidak membutuhkan penjelasan sambil berlinang air mata. Keluarlah ke arah yang sama seperti saat kau masuk kesini." Gumpalan menyumbat tenggorokan ku . " Alex , itu tidak.... "
" Jangan sentuh aku!" Aku baru hendak membelai punggungnya saat Alex menepis tanganku dengan sangat kuat, hingga membuatku berputar. " Tidak . Kau tidak bisa berjalan masuk ke sini dengan bau Gregor di sekujur tubuhmu kemudian menyentuh ku ."
" Aku muak menjadi orang yang dilindungi. Kau memperlakukan aku seperti orang cacat dan lemah yang tidak bisa bertahan hidup tanpa bantuan mu , tapi aku adalah master vampir."
Bagian akhir itu diucapkan dengan teriak . Kemudian, ia berbicara lagi dengan gigi yang di gemertakkan .
" Jika aku mau, aku bisa mengoyakmu dengan tangan kosong . Iya kau kuat , kau cepat , tapi tidak cukup kuat atau cukup cepat sehingga tidak bisa kubunuh jika memang aku bertekad melakukannya. Tapi kau terus saja memperlakukan aku dengan sikap yang biasa kau tunjukkan pada orang yang lebih lemah darimu . Aku sudah berusaha mengabaikan, aku mengatakan pada diriku sendiri bahwa itu bukan masalah , tapi sekarang tidak lagi . Kemarin kau lebih mempercayai Gregor daripada aku . Kau meninggalkanku untuk pergi padanya , dan itu fakta jadi aku tanya lagi padamu , kenapa kau disini ?" Aku disini karena aku mencintaimu dan kita sudah...", aku hendak mengatakan Kita sudah menikah , tapi kata-kata itu tersangkut di tenggorokanku . Tidak aku sudah membuktikan sendiri bahwa pernikahan kami tidak sah menurut undang-undang Vampir. " Aku tidak tahan dengan ini . Aku tidak akan memelukmu di dalam dekapan ku dan bertanya-tanya apakah aku yang sedang kau pikirkan. " Alex kau itu tidak benar!" aku marah dengan tuduhan Alex .
" Aku mencintaimu, kau tahu itu. Dan jika kau tidak mengetahuinya , kau bisa melihatnya sendiri di dalam pikiranku."
" Hanya bayangan." potong Alex dengan kasar . " Bayangan sekilas saat tameng mentalku diturunkan, saat dinding yang kau sembunyikan di belakang tidak memblokir ku . Aku sudah membuka diriku secara utuh padamu , bahkan bagian diriku yang terburuk Karena aku pikir kau tidak pantas mendapatkan dengan cara yang sama . Tidak, kau justru memberikan semua itu pada Gregor. Kau lebih mempercayai Gregor, sehingga kau langsung pergi menerima ajakannya . Yah , ku terima kekalahan ku dan Gregor sudah mengalahkan aku dengan telak . " Kau meninggalkan aku ?" Alex duduk di kursi piano . Jari tangannya kembali berdansa di atas piano . " Aku bisa menerima beragam hal ." Suara Alex terdengar kasar, aku bergidik selama sedetik. " Banyak hal ," lanjut Alex . " Aku bisa menerima kasih sayang yang kau berikan pada tete , meskipun aku sangat membencinya.
Kecemburuan yang berulang kali kau tunjukkan pada wanita lain , meskipun aku tidak memberi mu alasan untuk cemburu, karena aku pun bersikap sama jika berada di posisi mu . Aku bisa menerima keras kepala mu untuk berpartisipasi dalam situasi berbahaya, yang mungkin melebihi batas kemampuan mu . Semua itu membuatku tersiksa, tapi dirimu, aku memilih untuk menerimanya ." Sekarang Alex berdiri. Suara yang tenang dan apatis sudah lenyap dan suaranya semakin meninggi dengan setiap kata yang diucapkan. " Aku juga memilih untuk menerima hal-hal yang tidak kau akui , misalnya saat diam-diam kau penasaran apakah Gregor bisa membuat mu lebih bahagia daripada aku. Aku bahkan bisa menoleransi alasan sebenarnya kau tidak mau menjadi vampir, alasan sesungguhnya kau tetap bertahan dengan detak jantungmu . Aku bisa menerima bahwa ada sebagian dari dirimu yang masih percaya bahwa semua vampir adalah iblis!" Sekarang Alex berteriak. Aku melangkah mundur, karena tidak pernah melihat Alex seperti ini. Matanya seperti aliran listrik berwarna biru dan emosi di dalam dirinya membuat tubuhnya bergetar. " Kau pikir aku tidak mengetahui. Kau pikir aku tidak akan selalu mengetahuinya! Dan aku masih bisa menerimanya , sekali pun aku tahu apa alasan lain di balik keraguanmu itu . Di balik ungkapan cintamu padaku ....
dan aku memang merasa kau mencintaiku.... kau tidak mau berubah menjadi vampir karena kau pikir hubungan kita tidak bisa bertahan lama.
Kau meyakini bahwa hubungan kita hanya sementara, dan menjadi vampir akan menjadikannya permanen, iya kan? Iya , aku mengetahuinya . Aku terus mengatakan pada diriku bahwa suatu hari nanti, kau tidak akan menatapku dengan mata waspada. Bahwa suatu hari nanti akan mencintai ku sebesar aku mencintaimu..."
Piano terlempar ke dinding di seberang ruangan. Benturannya menghasilkan suara yang mengerikan, seolah piano itu memekik kesakitan karena telah dihancurkan. Tanganku kutekankan ke mulut, sementara kekosongan di perutku menjalar ke sekujur tubuhku.
" Aku memang bodoh ." Kalimat sederhana Alex menghancurkan aku lebih dahsyat , aku sedih di abaikan Alex . " Tapi ini , adalah satu hal yang tidak bisa kuterima .... kau meninggalkanku. Aku lebih baik mati daripada melihat pesan yang kau tinggalkan untukku. Aku akan dengan senang hati masuk kuburan, ketimbang melihat secarik kertas yang kotor itu!"
" Aku tidak meninggalkan mu . Aku hanya mencoba untuk membantu dan aku sudah mengatakan aku akan kembali...."
" Semua perkataan mu tidak ada gunanya." Pernyataan itu seolah menamparku . "Alex tunggu..."
" Tidak . Apakah ada yang akan berubah? Apakah itu mampu memutar balik waktu sehingga kau tidak pernah pergi meninggalkan aku? Tidak , jadi jangan mengatakan apa-apa. Kau hanya tahu satu jalan . Hanya satu , dan seharusnya aku mengingatnya . Mungkin akhirnya ini bisa menembus tameng yang tidak pernah berhenti kau poles hingga mengkilap." Alex berbalik dan mulai berjalan pergi . Aku melongo seperti orang bodoh , lalu mengejarnya dan berhasil menyusulnya saat ia mendekati ruang depan yang sekarang kosong . " Tunggu! Ayo kita bicarakan masalah ini . Kita selesaikan dengan cara baik-baik aku janji . Kau tidak bisa pergi begitu saja!" Air mata itu membutakan mataku , tapi aku bisa merasakan tangan Alex terulur dengan lembut. " Katty ." suara Alex kental dengan sesuatu yang tidak kukenal.
" Ini adalah bagian.... dimana kau tidak punya pilihan." Pintu terbanting dibelakang Alex dan membuat ku jatuh terkulai di lantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments