Meraih Keridhoan bersamamu
Andrian dan Asma tersenyum sambil menghirup dalam udara negara kelahiran mereka. Sudah lima bulan Andrian dan Asma tinggal di Makkah, belajar memperdalam ilmu agama dan memperbaiki diri.
Kini sepasang suami istri itu memutuskan kembali ketanah air karena sang istri, Asma menginginkan acara empat bulanannya di Indonesia. Berkumpul bersama keluarganya.
Acara empat bulanan di laksanakan dengan meriah. Asma meminta sang suami untuk melakukannya di tanah air. Apalagi ini adalah acara empat bulanan cucu pertama di keluarga Al-muzaky.
Rasa syukur dan kebahagiaan terukir indah di wajah Asma, walau wajahnya sedikit pucat. Dengan sigap Andrian selalu berusaha menjadi suami siaga.
Andrian begitu posesif akan sang istri, Andrian tidak mau sang istri kelelahan. Begitupun keluarga besar Al-muzaky sangat menjaga Asma dengan ektra. Apapun Asma tak boleh melakukan hal-hal berat.
Keposesifan keluarga dan sang suami membuat Asma sangat bahagia, tapi ada kalanya Asma jenuh dan bosan jika tak mengerjakan pekerjaan apapun.
Selama masa kehamilan pertama, Andrian yang selalu melakukan ini itu, bahkan segala macam makanan sehat dan bergizi hingga Obat-obatan selalu Andrian yang menyiapkan. Kadang Asma tidak enak hati melihat suaminya yang melakukan hal itu. Mengurusi semua keperluan Asma. Padahal Asma juga ingin membantu sang suami bukan hanya duduk saja, tapi Andrian selalu melarangnya. Apalagi memang kehamilan Asma sangat lemah bahkan rasa mual dan pusing kerap kali menjalar membuat Asma tak berdaya. Tapi, Asma bersyukur bisa merasakan apa yang namanya ngidam. Tak pernah sekalipun Asma mengeluh akan semuanya.
Walau terkadang Asma ingin melakukan kewajibannya sebagai seorang istri membantu sang suami. Tapi, kondisi Asma yang hamil membuat Asma kesulitan apalagi ngidamnya tidak menghilang-hilang.
Asma terkadang berpikir, apa seorang ibu hamil yang mengidam akan lemah seperti dirinya. Bahkan makanpun jarang ada yang masuk ke mulut Asma hingga Asma jatuh sakit dan harus di rawat.
"Bang..,"
"Iya, sayang? "
Andrian mendekat ketika sang istri memanggilnya.
Setelah selesai acara empat bulanan memang Andrian langsung menyuruh Asma istirahat, karena Andrian tidak mau melihat sang istri kelelahan. Apalagi ada anak di dalam kandungan Asma yang harus Asma jaga.
"Kenapa abang ingin kita tinggal di kediaman Al-muzaky? dulu abang ingin kita pindah rumah dan hidup mandiri? "
Andrian tersenyum mendengar pertanyaan sang istri. Andrian menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang lalu meraih kepala sang istri supaya bersandar di dada bidangnya dengan kaki selonjoran.
"Keadaannya sekarang berbeda sayang, dulu kamu belum hamil. Kalau abang tinggal abang tidak takut. Tapi sekarang kamu hamil, kata dokterkan ibu hamil itu harus extra di jaga, soalnya kadang emosinya naik turun. Jika abang meninggalkan sayang di rumah sendiriaan siapa nanti yang akan menjaga sayang jika sayang ingin sesuatu. Apalagi abang tak mau loh kamu harus turun naik tangga dalam kondisi kamu seperti ini, "
"Tapi kan Asma bosan.., di sini Asma di larang melakukan pekerjaan apapun. Asma kangen masakin abang buat sarapan, kengen siapkan keperluan abang mau berangkat ke lestoran, kang... "
Cup...
Asma membelalakan kedua matanya ketika bang Andrian membungkam bibirnya. Andrian tersenyum di balik kecupannya melihat sang istri terkejut akan apa yang dia lakukan.
"Sudah jangan bawel nurut sama suami!"
"Ta.., "
"Sayang, jika dulu kamu yang selalu menyiapkan segala keperluan abang, maka sekarang giliran abang yang menyiapkan segala keperluan kamu. Mungkin Allah sedang menginginkan kita untuk saling membantu sama lain biar hubungan kita tetap romantis, "
"Ha.. ha.. "
Andrian bahagia melihat tawa lepas sang istri, Andrian hanya berharap tawa itu akan selalu menghiasi bibir sang istri.
"Ha.., tapi kadang Asma jenuh bang. Hm, besok Asma boleh gak ikut bibi ke panti? "
"Gak boleh! "
"Ayolah bang, Asma jenuh. Masa pekerjaan apapun Asma gak boleh lakukan Asma nurut, Asma jenuh, boleh ya bang, sayang, ganteng deh.. uluh mana senyumnya..,"
Jika sudah begini apa yang harus Andrian lakukan. Sebenarnya Andrian kasihan pada sang istri tapi Andrian harus egois demi kebaikan sang istri juga calon anaknya.
"Boleh, tapi abang akan ikut!"
"Yah, abang gak seru.., "
"Sudah jangan protes, "
Asma mengerucutkan bibirnya kesal, Asma inginnya sang suami jangan ikut. Kalau ikut Asma pasti akan di larang ini itu. Asma terdiam sambil mengeratkan pelukannya, satu tangan Asma Asma mengelus perutnya yang sudah membuncit.
Kadang Asma heran sendiri pada dirinya, kenapa dirinya ngidam beda dengan orang lain. Harusnya sudah empat bulan begini Asma tak merasakan mual dan pusing tapi kenapa Asma masih saja merasakannya.
Asma sering tanya kedokter waktu di Makkah, karena Asma takut terjadi apa-apa pada calon anaknya. Tapi semua dokter yang Asma dan Andrian datangi mengatakan hal yang sama. Itu wajar bagi ibu hamil apalagi ini kehamilan pertama.
"Udah jangan cemberut, Asma kan tahu, abang cuma gak mau terjadi sesuatu pada kalian. Kata dokter Abang harus jaga extra kalian, "
Asma semakin mengerucutkan bibirnya tetkala sang suami mengatakan itu lagi itu lagi. Andrian pasti akan menggunakan senjata kata dokter dan itu membuat Asma tak berkutik dan tak membantah. Karena Asma juga merasa takut dalam kondisinya yang lemah takut terjadi sesuatu pada cabang babynya.
Huh...
Asma membuang nafas pelan lalu mendongkak menatap wajah tampan sang suami.
"Bang.., "
"Hm, "
"Kenapa abang menyuruh Laila menggunakan panggilan Asma. Lailakan sudah terbiasa menyebut diri dengan panggilan itu?"
"Hm, apa ya. Abang juga gak tahu, abang hanya suka saja panggilan itu. Laila! artinya malam kan, kalau Asma! artinya sebuah nama, nama yang akan selalu ada di hati abang, "
"Gombal.., "
"Serius sayang..., "
Andrian begitu gemes melihat sang istri yang tersipu. Sikapnya selalu berubah-ubah, kadang merajuk, manja, kesal dan Marah-marah jika keinginannya tak di penuhi.
Tapi, Andrian sungguh bersyukur karena sang istri selalu menurut apa yang dia katakan.
Semoga Allah selalu melindungi kalian, abang tidak bisa membayangkan jika kalian pergi dari hidup abang. Apakah abang akan sanggup dan ikhlas suatu hari nanti melepas kepergian salah satu di antara kalian. Maafkan abang sayang, menyembunyikan pakta ini. Abang hanya tidak mau membuat kamu sedih dan setres memikirkan beban ini. Biarlah abang yang berasaha semampuh abang untuk kebailkan kalian.
Jerit batin Andrian sakit dan sesak setiap hari harus berbohong pada sang istri akan keadaannya.
Andrian pernah satu kali bertanya pada sang istri. Ada seorang ibu hamil tapi dia mengidam penyakit yang mematikan, dokter menyuruh sang ibu untuk mengugurkannya katena itu akan membahayakan dirinya. Tapi sang ibu terus mempertahankan cabang babynya dan tak mau mengugurkan walau dia harus mengorbankan nyawanya.
"*Sayang sikap si ibu itu menurut sayang bagaimana? "
"Bang, seorang ibu akan melakukan apapun demi anaknya. Mungkin Asma juga akan melakukan hal seperti itu jika Asma dalam posisi seperti itu. Apalagi baby ini baby yang sudah tujuh tahun Asma tunggu. Kenapa abang bicara seperti itu*?
Andrian mengeratkan pelukannya ketika mengingat percakapan itu waktu di Makkah. Hingga Andrian memutuskan menyembunyikan semuanya. Andrian tidak sanggup jika harus membuat harapan sang istri hancur.
Jika suatu saat nanti kamu tahu paktanya, abang mohon jangan marah.
Cup...
Andrian mengecup puncak kepala sang istri yang sudah memejamkan kedua matanya. Pelahan Andrian membaringkan sang istri lalu menyelimutinya.
Bersambung....
Jangan lupa Like dan Vote...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Uneng 98
semangat thor..
2022-09-27
0
Ni.Mar
vote pertamaku buat otor
2022-08-26
0
Ni.Mar
aku mampir Thor kata-katanya menghipnotis penuh cinta bgt. semangat thor ada kopi buat nemenin otor
2022-08-26
0