Bab 4 Masih tentang,( Atap Padang Mahsyar. )

Hari ini Andrian begitu sibuk bahkan Andrian terjun kedapur langsung menyiapkan berbagai macam makanan dengan resep baru.

Andrian merasa bahgia dengan kehidupannya, selepas memnyerahkan perusahaannya pada orang-orang kepercayaan Andrian di perusahaan. Andrian kini pokus pada restoran peninggalan sang mama. Bahkan dalam enam bulan ini Andrian sudah membuat cabang di Bandung dimana tempat pertama kali Andrian bertemu dengan sang istri di sana.

Kini Andrian juga berencana akan membuat cabang lestoran yang ketiga di Bekasi. Tadinya Andrian akan buat cabangnya di Bogor tapi Andrian tidak jadi karena di Bogor ada cabang lestoran sang istri dimana sedang di kelola oleh Bagas. Sedang lestoran yang ada di Jakarta selatan itu masih di pegang Wina, sahabat Asma.

Asma sekarang hanya ingin pokus saja pada urusan rumah tangganya yang terpenting uang setiap bulan masuk kerekiningnya. Apalagi di tambah uang dari sang suami semakin menumpuk saja angka di rekening Asma.

Rencananya hari ini Andrian akan memberi tahu sang istri dan ingin mendapat saran dari sang istri tentang rencana membuka cabang lestorannya di Bekasi.

Andrian tersenyum melihat buket bunga yang baru saja Andrian beli, Semoga sang istri menyukainya. Tak lupa Andrian juga membeli jus Alvucado kesukaan Asma dan beberapa makanan lain. Karena Andrian tahu sang istri selalu bangun malam karena lapar, Andrian tidak mau jika harus sang istri pergi ke dapur makanya Andrian membeli makanan kesukaan sang istri. Jika Asma bangun makan Asma bisa langsung memakannya.

"Eh, Pak Andrian beli martabrak juga? "

Andrian mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara yang menyapanya.

"Hm, "

Andrian hanya berdehem saja sebagai jawaban atas pertanyaan Lida, koki di lestorannya. Lalu Andrian langsung pergi begitu saja ketika sudah membayar pesanannya.

Lida mencebikkan bibirnya kesal melihat bosnya begitu dingin. Lida pikir bos bersikap dingin di tempat kerja saja padahal di luar kerja saja Andrian tetap dingin dan cuek.

"Kasihan si bos, punya istri hanya kerjaannya duduk saja tanpa mau membantu. Cek, apa istimewahnya di bandingkan aku. "

Dengan pedenya Lida berkata seperti itu membuat penjual martabrak hanya menggeleng saja.

"Bak jadi pesan gak? "

"Gak jadi!"

"Astagfirullah.., "

Penjual martabrak hanya beristigfar sambil mengelus dada melihat kelakuan wanita sombong tadi.

"Pantas saja orang tadi tak merespon, wong perempuan kaya gitu!"

Monolog penjual martabrak menggelengkan kepala melihat Lida Marah-marah karena ada anak kecil tak sengaja menumpahkan minumannya pada sepatu yang dia pakai.

"Dasar gadis gila, jika saja kinerjanya gak bagus sudah dari dulu aku pecat,"

Geram Andrian menatap tak suka pada Lida yang memarahi anak kecil yang tak sengaja menumpahkan minuman. Andrian memang sudah mau melajukan mobilnya, tapi Andrian menghentikan kembali ketika ada seorang pengemis.

Andrian langsung melajukan mobilnya karena Andrian tak perlu turun untuk membantu anak kecil itu karena sudah ada beberapa orang yang membantunya bahkan Lida di buat malu sama kelakuannya sendiri.

Karena insident itu Andrian jadi sedikit telat pulang.

"Assalamualaikum.., "

Andrian mengucapkan salam, lalu langsung bergegas menuju kamar sang istri karena waktu magrib sampai isya keluarga Al-muzaky gak akan keluar kamar. Jadi ketika Andrian datang, ruang tengah kosong, mungkin akan ramai ketika sudah sholat isya semua keluar untuk menyiapkan makan malam.

"Assalamualaikum sayang, "

Ucap Andrian lembut masuk kedalam kamar, sayup-sayup suara tangisan terdengar membuat Andrian panik takut terjadi sesuatu pada sang istri.

Andrian langsung meletakan buket bunga dan martabrak di atas meja lalu mencari keberadaan sang istri.

Andrian mematung dengan hati bergetar melihat sang istri menangis di atas sejadahnya.

"Sayang.., "

Andrian mendekat dengan hati was-was, apa yang membuat sang istri menangis.

Asma yang mendengar suara lembut sang suami langsung mendongkak dengan mata sembabnya.

Hati Andrian tercubit melihat air mata sang istri yang keluar deras dari pelupuk matanya.

Asma mencium punggung tangan Andrian dengan khidmah. Andrian bisa merasakan bahwa air mata sang istri menetes pada tangannya.

"Maaf, Asma gak dengar abang datang. Maaf juga gak nyambut kedatangan abang, "

Ucap Asma dengan suara paru, karena khusu bermunajat hingga Asma tak mendengar kedatangan sang suami.

"Tidak apa, apa yang membuat sayang menangis seperti ini. Apa karena abang telat pulang?"

Asma menggelengkan kepala tanda tangisannya bukan karena sang suami.

"Terus kenapa! coba ceritakan jangan buat abang bingung dan takut? "

Ucap Andrian berusaha bersikap tenang walau hatinya begitu was-was takut terjadi sesuatu. Andrian dengan lembut menghapus air mata sang istri dengan penuh cinta.

"Asma hanya takut akan siksa Allah! "

"Maksudnya? "

Andrian menautkan kedua alisnya tak mengerti dengan apa yang sang istri katakan. Asma menarik nafas lalu membuangnya perlahan berusaha mengatur debaran hatinya.

"Asma sama bibi Melati tadi sore nonton Film! "

"Terus! "

"Judul Filmnya Atap Padang Mahsyar. Dalam Film itu menceritakan tentang bagaimana nanti kita di alam mahsyar menahan panasnya matahari yang Allah turunkan tepat di atas kepala kita. Amal apa yang akan menjadi naungan kita nanti disana. Sedang pada hari itu tak ada naungan kecuali naungan Allah Subhanahu Wataala. Asma takut takut jika Asma tak mendapat naungan Allah. Asma tak bisa membayangkan bagaimana panasnya matahari padang mahsyar. Sedang matahari dunia saja sering membuat Asma kepanasan dan mengeluh bagaimana nanti di akhirat, "

Hati Andrian tercubit dan tersyayat-sayat mendengar ucapan sang istri yang bergetar. Andrian baru tahu akan hal semengerikan itu.

Jadi yang membuat sang istri menangis seperti ini karena hal itu. Sungguh lembutnya hati istri Andrian.

Ada rasa lega dalam hati Andrian jika apa yang dia takutkan salah. Tapi ada rasa takut juga mendengar penuturan sang istri akan padang Mahsyar.

"Terus siapa yang dapat naungan Allah? "

Tanya Andrian karena Andrian juga merasa merinding mendengarnya takut dirinya juga tak dapat naungan Allah. Dengan bibir gemetar Asma mencoba menjelaskan.

"Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah Saw, sesungguhnya beliau bersada : ”Ada tujuh golongan yang akan  dinaungi Allah di bawah naungan-Nya pada hari yang tiada naungan lain selain naungan-Nya, yaitu : (1). Pemimpin yang adil dan jujur, (2). Seorang lelaki betemu seorang perempuan cantik dan berpangkat lalu perempuan itu menawarkan dirinya kepada laki-laki tersebut dan laki-laki tersebut  mengatakan : “Sesungguhya aku takut kepada Allah rabbul alamin”, (3).Seseorang yang hatinya tertambat di masjid-masjid, (4). Seseorang yang mempelajari al-Qur’an sejak muda dan terus dibacanya sampai tua, (5). Seseorang  yang merahasiakan sedekahnya sehingga apa yang diberikan oleh tangan kanannya tidak diketahui oleh tangan kirinya, (6). Seseorang yang ingat kepada Alah (dzikrullah) di tengah-tengah orang banyak sambil melelehkan air matanya karena takut kepada Allah, (7). Seseorang bertemu orang lain lalu dia mengatakan : Aku mencintaimu karena Allah, yang disambut oleh temannya itu : Akupun mencintaimu karena Allah”. (HR Baihaqi, dalam Syu’abul Iman)."

"Sayang apa aku masuk dalam tujuh golongan itu?"

"Wallahu Alam, semoga abang jadi pemingpin yang adil dalam mengelola lestoran dan semoga sedekah yang abang berikan pada rebuan karyawan semoga itu menjadi ladang pahala abang. Lalu, Asma adalah istri abang, maka Asma mohon ridho abang jika Asma belum jadi istri yang berbakti hiks... Asma takut takut akan murka Allah hiks..,"

"Insyaallah sayang abang meridhoi kamu,"

Cup...

Bersambung....

Jangan lupa Like dan Vote...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!