Bab 3 Atap padang Mahsyar

"Sayang, abang berangkat kerja ya! "

"Iya, hati-hati bang, "

Cup...

Satu kecupan Andrian daratkan pada kening sang istri. Sudah itu Andrian langsung masuk kedalam mobil. Asma masih diam mematung di ambang pintu sambil melambaikan tangannya ke arah sang suami.

Mobil yang Andrian tumpangi sudah menghilang dari pandangan Asma dan baru Asma masuk kedalam.

Entah apa yang harus Asma lakukan untuk mengurangi rasa bosannya. Asma memang bosan tapi Asma bukan istri yang pembangkang. Yang akan melakukan apa saja ketika sang suami sudah tidak ada di rumah. Karena Asma tahu, walau sang suamu tidak melihat apa yang dia lakukan tapi Allah selalu melihatnya. Apalagi ada cctv mata para bibi dan tukang kebun.

Keluarga Al-muzaky memang tak mendatangkan seorang pembantu, karena pekerjaan rumah dan semuanya para istri yang melakukannya. Padahal mereka mampuh untuk menggaji dua puluh orang pembantu tapi mereka tidak melakukannya. Karena mereka ingin mendapatkan pahala dari apa yang mereka kerjakan. Hanya bagian tukang kebun saja yang di datangkan, karena para istri tak sempat untuk mengurus tanaman mereka karena mereka harus keluar untuk mengecek usahanya.

Asma selalu menghabiskan waktunya membaca berbagai buku sejarah islam dan peradabannya. Atau Asma membaca beberapa kisah para nabi dan Rosul atau para shahabatnya.

Terkadang Asma sampai ketiduran dengan posisi masih memegang buku.

"Nak, lagi apa? "

"Lagi baca buku sejarah, Bi! "

"Gak bosan setiap hari baca buku mulu, gimana kalau kita nonton saja. Kebetulan bibi gak ke butiq,"

Tawar bibi Melati sambil duduk di samping Asma dan meletakan buku yang Asma pegang.

"Boleh bi, tapi nonton apa?"

"Terserah kamu, biasanya Asma yang suka milih Filmnya! "

Asma langsung menyalakan tv mencari film apa yang ramai, Asma suka sekali tontonan yang banyak nilai-nilai kebaikannya.

"Nah, bibi suka gak film ini?"

"Atap Padang Mahsyar!"

"Iya, bik. Dari judulnya Asma penasaran bagai mana kisahnya! "

"Ya sudah, ini saja. Bibi juga penasaran, sepertinya seru dan banyak pelajaran yang kita ambil,"

Asma dan bibi Melati memutuskan menonton Film Atap Padang Mahsyar.

Dua wanita beda generasi itu begitu serius melihat film yang mereka tonton dari awal saja sudah membuat hati bergetar seakan mengetuk hati yang terkunci.

"Matahari di atas kepala. Orang yang kurang beramal akan tenggelam oleh keringatnya sendiri,"

Air mata Asma dan bibi Melati menetes keluar mendengar bait kata yang sang ustadz sampaikan dalam film Atap Padang Mahsyar.

Hati kedua wanita berbeda generasi itu bergetar hebat mendengarnya.

Siapa yang tidak akan menangis mendengar tentang padang Mahsyar. Dimana di kumpulkannya seluruh makhluk Allah dari mulai nabi Adam sampai umat Rasulullah untuk mempertanggungjawabkan amal ibadahnya selama hidup di dunia.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 48 mengenai Padang Mahsyar: "(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka (manusia) berkumpul (di Padang Mahsyar) menghadap Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa.

Amal apa yang akan kita bawa menjadi naungan kita di sana, sedang ketika Matahari berada di atas kepala kita. Tak bisa kita bayangkan betapa panasnya.

Matahari yang ada di dunia saya terkadang membuat kita mengeluh yang jaraknya ribuan, meliaran bahkan jutaan jarak kilo meter, sangat jauh.

Lalu apa kabar matahari ketika ada di padang Mahsyar, Allah perintahkan supaya turun hingga tepat berada di atas kepala kita. Bagi orang yang beramal sholeh dan kebajikan dia akan selamat dan tak akan merasa panasnya Lalu Amal apa yang akan menjadi penolong kita kelak di padang Mahsyar jika kita saja sering bermaksiat di atas bumi ini.

Tak henti-hentinya Asma, bibi Melati menangis melihat Film Atap padang Mahsyar yang di sutradarai oleh M Dedy Vansohopi.

Di mana Film itu menceritakan tentang keutamaan sedekah.

"Sayang, kamu menangis? "

"Hiks.. iya. Bibi juga menangis,"

Lilir Asma sangat tersentuh dengan film yang dia tonton barusan bersama sang bibi.

"Sungguh mengerikan sayang, jika kita mati tak membawa amal baik."

"Iya, bibi. Semoga Asma dan keluarga kita bisa selamat dari panasnya matahari padang mahsyar."

"Amin,"

Bibi Melati langsung mematikan tv dan menaruh remot di tempatnya. Lalu duduk kembali di samping keponakan tercintanya.

"Sudah jangan menangis mulu, kasihan babynya bisa ikutan sedih. Sebentar lagi magrib pasti suami kamu pulang. Jangan sampai dia melihat kamu menangis bisa-bisa rumah ini jadi heboh karenanya."

"He.. he.., bibi bisa saja, "

Bukannya sedih Asma jadi terkekeh mendengar candaan bibi Melati. Andrian memang begitu posesif sekali pada dirinya.

Pernah satu kali Asma melanggar ucapan sang suami. Karena Asma bosan Asma menyiram tanaman. Dan, itu ketahuan sama Andrian yang kebetulan ada berkas yang tertinggal. Andrian begitu panik dan terus menceramahi Asma tak henti-hentinya bak emak-emak rempong.

Semenjak Asma hamil memang Andrian begitu posesif tingkat tinggi. Sampai Asma juga di buat kesal dan merajuk karena bagi Asma sang suami sangat berlebihan.

"Ya sudah, bibi Asma ke kamar dulu ya mau mandi gerah, "

"Iya, Nak. Awas jalannya pelan-pelan,"

"Baik bos, "

Bibi Melati terkekeh melihat tingkah keponakannya yang sangat menggemaskan dengan perut buncitnya.

Seketika wajah berbinar itu menjadi sendu ketika bibi Melati mengingat penyakit yang keponakannya derita. Sungguh ujian yang sangat berat.

"Kamu gadis baik dan penurut sama suami mu sayang, bahkan kalaupun kamu mengeluh tetap saja kamu selalu melaksanakan perintah suamimu. Kamu memang keponakan bibi yang sholehah. Andai bibi yang melahirkan kamu, bibi akan menjadi ibu yang sangat bahagia bisa memiliki putri setabah dan sekuat dirimu. Walau tak ada darah sama yang mengalir antara kita tapi bibi bangga menjadi bibi kamu. Semoga apa yang kamu lakukan menjadi pahala bagi kedua orang tua kamu."

Huh...

Bibi Melati menarik nafas dalam dan membuangnya secara perlahan.

"Kapan Bagas menikah, anak itu sulit sekali dekat dengan perempuan. Apa aku jodohkan saja ya, "

Monolog bibi Melati yang tak sabar ingin cepat menggendong cucu. Bibi Melati tersenyum sendiri membayangkan kalau dia menggendong seorang cucu pasti akan sangat bahagia.

"Kakak ifar, kenapa senyam-senyum sendiri! "

"Astagfirullah.., "

Pekik bibi Melati terkejut akan suara bibi Aisyah.

"Kau ini dek, ngagetin kakak saja. Harusnya masuk rumah ucapkan salam."

"Idih si kakak, dari tadi Aisyah sudah ucap salam. Tapi, kakak yang asik melamun sampai senyum-senyum sendiri. Kenapa?"

"Kakak cuma kepikiran Bagas, anak itu usianya sudah menginjak dua puluh tujuh tahun. Masa kalah sama Fatimah sih, "

"Bukan kalah sama Fatimah kak, wong Aisyah belum mengizinkan Fatimah menikah sebelum lulus dulu kuliah. Mungkin sekitar dua bulanan lagi he.. he.. "

"Kau ini sama saja! Fatimah bentar lagi menikah. Bahkan yang melamar juga seorang pengacara muda hebat. Apalagi garis keturunannya yang tak di ragukan lagi. Bagas kapan, masa kalah sama adiknya! "

"Gimana kalau kita jodohin saja, "

"Kakak juga sempat kepikiran kesana, tapi kakak bingung mau di jodohin sama siapa! "

Bibi Aisyah tersenyum penuh arti ketika mengingat pada sosok gadis yang tak jauh seperti keponakannya walau sedikit ceplas-ceplos omongannya.

"Ada, Aisyah yakin kakak suka sama pilihan Aisyah! "

"Siapa! "

"Nanti, Aisyah kasih tahu. Sekarang Aisyah mau mandi dulu takut mas Bayu keburu pulang."

Bibi Melati melotot melihat adik ifarnya malah nyelonong pergi. Kemudian bibi Melati juga bersiap menyambut kepulangan sang suami tercinta, Fahmi.

Pada akhirnya ketiga wanita berbeda generasi itu sedang sibuk mempersiapkan diri menyambut para suami mereka.

Bersambung...

Jangan lupa Like dan Vote...

Terpopuler

Comments

Uneng 98

Uneng 98

kira2 siapa ya jodoh bagas

2022-09-28

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!