Bab 2 Kondisi memburuk!

Asma tersenyum melihat anak-anak panti yang tersenyum bahagia mendapatkan makanan dan mainan yang bibi Melati bagikan.

Tak lekasnya bibir Asma terus tersenyum melihat anak-anak panti yang lain yang sedang mengadakan acara tujuh belas Agustus. Tepatnya merayakan HUT ke 77 Indonesia merdeka.

Berbagai macam lomba anak-anak mainkan. Dari mulai lomba makan kerupuk, balap karung, bakiak, lomba menari, baca puisi, dan banyak lagi.

Rasanya hari ini Asma benar-benar bahagia dan terus tertawa, walau Asma setiap detik selalu di peringati sama sang suami agar jangan banyak bergerak dan berjingkrak-jingkrak karena terlalu senang.

"Sayang, jangan terlalu semangat. Ingat ada baby yang harus di jaga! "

"Iya abangku sayang.., "

Kesal Asma karena sendari tadi sang suami terus mengingatkannya. Andrian hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan sang istri.

Andrian hanya bisa siaga memantau pergerakan sang istri supaya tak membahayakan kandungannya.

"Terimakasih buk, atas donasi yang selalu ibu berikan pada panti ini. Semoga Allah membalas kebaikan ibu yang jauh lebih baik dan semoga kehamilan keponakan ibu sehat selalu, "

"Amin, terimakasih atas doanya."

Balas bibi Melati dengan senyum yang mengembang.

"Kalau begitu, saya pamit pulang."

"Mari, buk. "

Buk Aminah, selaku pemilik Panti Asuhan Kasih Ummi mengantar bibi Melati keluar. Bibi Melati menghentikan langkahnya ketika melihat keponakannya tertawa lepas dengan Andrian yang selalu sigap menjaga Asma.

"Semoga Allah menunjukan Kun Fayakunnya..,"

Lilir bibi Melati membuat buk Aminah menyerngit bingung akan ucapan bibi Melati. Tapi buk Aminah tak berani untuk bertanya kepada siapa ucapan itu mengarah.

"Nak, "

Panggil bibi Melati mendekati keponakan tercintanya yang sedang duduk menyaksikan pembagian hadiah perlombaan.

"Bibi udah selesai?"

"Iya sayang, ayo pulang sudah sore bibi takut pamanmu keburu pulang! "

"Huh, sebenarnya Asma masih mau di sini, "

"Sayang.., "

"Iya.. iya abang, Asma pulang! "

Buk Aminah tersenyum simpul melihat interaksi suami istri itu terlihat lucu dan menggemaskan. Tapi, buk Aminah sedikit heran melihat wajah tak biasa Asma. Namun, buk Aminah tak berani bertanya.

"Semoga sehat selalu ibu dan babynya, dan semoga Allah melancarkan persalinannya nanti, "

"Amin tabarakallah, terimakasih buk. Kapan-kapan Asma boleh ya main ke sini? "

"Boleh, Nak."

"Yasudah, kami pamit buk. "

"Iya, hati-hati di jalan.. "

Buk Aminah tersenyum sambil melambaikan tangan ketika melihat dua mobil yang meninggalkan pekarang panti Kasih Ummi.

Andrian pokus mengemudi dengan Asma duduk manis di sampingnya. Sedangkan bibi Melati duduk di belakang seorang diri. Mobil satunya sang supir yang membawa makanan dan mainan tadi hingga Bibi Melati memutuskan satu mobil dengan mantu keponakannya.

Sesekali Asma menguap membuat Andrian menghentikan mobilnya sebentar.

"Tidur saja sayang, perjalanan lumayan jauh. Nanti kalau sudah sampai abang bangunkan, "

Ucap Andrian lembut sambil membenarkan kursi supaya sang istri nyaman.

"Terimakasih, Bang."

Andrian hanya tersenyum sambil mengelus kepala sang istri lalu melajukan mobilnya lagi. Bibi Melati menatap sendu keponakannya yang setiap hari wajahnya semakin pucat.

Ada rasa takut di hatinya, namun bibi Melati dengan cepat menepis semuanya. Bibi Melati yakin, pasti ada keajaiban suatu saat nanti dari Allah.

"An, apa kamu sudah memeriksa kondisi Asma?"

Andrian menghela nafas kasar sambil melirik sang istri yang nampak terlelap dalam tidurnya.

"Semakin hari kondisi Asma semakin memburuk. Andrian takut jika suatu hari nanti Asma menyadari tentang sakitnya. Mungkin sekarang Asma masih percaya bahwa rasa pusing yang dia keluhkan itu bawaan hamil. Tapi, Andrian tidak tahu apa reaksi jika Asma mengetahui kalau sekarang rambutnya mulai rontok."

Bibi Melati membekam mulutnya tak percaya, mendengar kondisi keponakannya sangat menyayat hati.

Asma memang sampai sekarang belum menyadari tentang dirinya sendiri. Asma masih menyangka kalau keluhan yang sering membuat tubuhnya sakit adalah bawaan hamil.

Masalah hamil memang Asma belum mengenal lebih apalagi ini kehamilan pertama. Asma mempercayainya saja apalagi dokter yang mengatakan itu. Membuat Asma bernapas lega jika itu keluhan hal biasa. Tapi Asma tidak menyadari bahwa obat yang setiap hari dia konsumsi itu bukan obat penguat kandungan atau semacam vitamin menjaga kesehatan tubuh dan perkembangan calon anaknya.

Semua itu Andrian tutup rapat begitu juga keluarganya. Andrian memang memberi tahu tentang kondisi Asma pada seluruh keluarganya, kecuali Asma.

Andrian hanya ingin keluarga sang istri juga membantu dia menjaga Asma. Apalagi Andrian tahu betul bagaimana keluarga ini menyayangi sang istri.

Bahkan Andrian membungkam semua dokter yang menangani sang istri supaya para dokter mengatakan yang baik-baik saja supaya sang istri percaya. Andrian hanya tidak mau membuat kondisi sang istri menjadi drop karena memikirkan penyakitkan.

Andrian juga tidak sanggup jika harus melihat sang istri kesakitan setiap hari. Tapi, sekuat tenaga Andrian tetap tersenyum dan mensuport sang istri.

Andai saja, rasa sakit itu Andrian yang merasakannya. Mungkin Andrian tidak akan selemah ini.

Kenapa harus sang istri yang di berikan cobaan seberat ini. Sang istri terlalu baik jika harus merasakan ujian yang menyakitkan ini. Kenapa bukan Andrian yang seorang pendosa, kenapa harus sang istri.

Andrian tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya sang istri jika mengetahui kebohongannya. Tapi Andrian tidak sanggup mengatakannya, jika itu akan membuat sang istri kesakitan.

Perlahan Andrian membaringkan sang istri dengan hati-hati takut membuat sang istri terbangun. Andrian mengelus perut buncit sang istri dengan lembut.

"Sayang, jaga ummi baik-baik ya. Doakan ummi supaya cepat sehat agar ketika kamu lahir kamu masih bisa melihat ummi. Kamu adalah anugrah yang Allah beri. Apa kamu tahu, Ummi tujuh tahun menunggu kehadiranmu. Abi mohon, kuatkan ummi dari rasa sakitnya. Abi menginginkan kalian berdua selamat, apapun akan abi lakukan untuk menyelamatkan kalian berdua. Kamu adalah buah penantian ummi dan ummi adalah pondasi keyakinan abi. Tanpanya abi gak bisa sekuat ini untuk selalu yakin atas Kun Fayakunnya Allah. Titip doa abi, katakan pada Allah supaya menyembuhkan penyakit umi agar kelak ketika kamu lahir kamu masih bisa melihatnya. Kamu akan bangga mempunyai ibu seperti istri abi. Dia wanita tangguh, kuat dan baik hati. Abi sayang kalian, "

Cup...

Bulir bening keluar membasahi pipi Andrian sampai menetes ke perut sang istri yang nampak terlelap dalam tidurnya.

Andrian menarik selimut guna menyelimuti tubuh sang istri. Sudah mengajak bicara bacang babynya Andrian langsung melangkah ke arah kamar mandi guna membersihkan badannya.

Sudah selesai mandi, Andrian langsung merangkak naik ke atas ranjang. Membaringkan tubuhnya di dekat sang istri.

Andrian menarik kepala sang istri supaya tidur dalam dekapan hangatnya.

Cup...

Sudah memberi kecupan sayang di bibir sang istri Andrian memejamkan kedua matanya guna menyusul tidur sang istri.

"Semoga mimpi indah, sayang! "

Bersambung...

Jangan lupa Like dan Vote...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!