Rasa dan Nafsu

Rasa dan Nafsu

Bab 1

Hendry Mapolo pria tampan yang masih berusia 17 tahun, saat ini Hendry tengah menduduki bangku kelas 2 SMA, namum ia telah mengenal dunia luar. Setiap malam minggu Hendry selalu berada di club bersama dengan ketiga sahabatnya yaitu Abian, Chan dan Dafa.

Meskipun mereka masih berusia 17 tahun, bagi keempat pria muda itu masuk kedalam club bukanlah hal yang susah.

Bahkan mereka sudah sangat sering tidur bersama dengan wanita cantik dan seksi, tetapi soal kesehatan. Mereka selalu mengutamakannya dengan memeriksa mereka terlebih dahulu.

Meski demikian, kedua orang tua Hendry sama sekali tidak mengetahui kelakuan anak tunggalnya itu di luaran sana, mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga Hendry bebas pergi kapan pun ia mau. Awalnya Abbas papa Hendry pernah mempekerjakan seseorang untuk menjaga putranya itu, namun tidak beberapa lama ia mengundurkan diri dari pekerjaannya dengan alasan istrinya di kampung menyuruhnya pulang.

Padahal itu semua ulah kotor Hendry yang tidak suka selalu di pantau oleh suruhan orang tuannya, sehingga ia rela mengeluarkan uang banyak agar ia pergi meninggalkan kediaman Mapolo.

Dan pada akhirnya Hendry dibiarkan bebas tampa suruhan orang tuannya asalkan ia bersama dengan ketiga sahabatnya yang terlihat sangat baik di depan kedua orangnya.

"Hallo tante om" salim ketiga orang itu ditangan Abbas dan Dina.

"Hallo sayang, ayo duduk. Bi, tolong panggilin Hendry di kamar yah".

"Tante, kami langsung ke kamar Hendry saja ya tan. Soalnya tugas kita lagi numpuk nih, minggu depan sudah ujian penaikan".

"Oohh.. Ya sudah, kalian boleh naik" senyum Dina.

"Iya tan" mereka bertiga segera naik kelantai atas. Didalam kamar, Hendry tengah menunggu mereka di balik pintu.

Tok.. Tok..

"Hend" ketuk Dafa.

Ceklek!

"Masuk" Suruhnya melihat samping kiri kanan tidak ada orang disana. Lalu Hendry menutupnya kembali, ia melihat teman-temannya sudah berada di sofa. "Kalian membawanya?".

"Tentu saja" tawa Chan.

"Ok" senang Hendry membuka kanton kresek yang Chan selipkan didalam kanton plastik cemilan yang ia beli di supermarket. "Wah, kamu tau saja kalau aku menyukai rokok ini akhir-akhir ini".

"Aku juga menyukainya" ucap Abian mengambil satu batang begitu juga dengan Chan dan Dafa. "Oohh iya Hend, kapan kita ke club lagi? sudah hampir 1 bulan kita puasa".

"Tahan dulu, minggu depan kita sudah selesai ujian" senyum Hendry membayangkan wanita cantik berada di atas tubuhnya dengan goyangan yang sangat panas sambil menyebut namanya. "Aahh, membayangkannya saja aku sudah ingin ke kamar mandi".

Mereka tersenyum ikut membayangkan apa yang sedang Hendry bayangkan, "Lalu bagaimana dengan bocoran ujian, apa kamu berhasil mendapatkannya Chan?" tanya Dafa.

"Besok, mereka akan memberinya".

Setelah rokok itu habis, baru mereka membuka materi pelajaran mereka. Namun Hendry yang tidak bisa berkonsentrasi ia lebih memilih menonton film dewasa yang selalu ia simpan di dalam ponselnya.

"Hend, tidak bisakah kamu mengecilkan suara ponsel mu?" ujar Dafa.

"Kenapa? apa kamu tidak bisa konsentrasi".

"Mmmmmmm".

"Baiklah, aku akan mengecilkannya. Kalian tidak ingin sesuatu? kalau kalian mau aku akan mengambilnya di bawah".

"Aku mau susu" ucap Chan.

"Kalian?".

"Samakan saja" jawab Abian.

"Kalau gitu aku akan mengambilnya" Hendry keluar dari dalam kamar, ia melihat beberapa pelayan sedang melakukan kebersihan di sekitar kamarnya. "Sedang apa mereka disini? inikan sudah jam 8 malam" Hendry mendekati mereka.

"Tuan" tunduk mereka.

"Sedang apa kalian disini?".

"Maaf?".

"Sedang apa kalian disini?".

"Ka-kami..

"Kami apa?" bentak Hendry menatap mereka dengan tajam. "Siapa yang menyuruh kalian? papa? mama?".

"Maafkan kami tuan, kami hanya ingin memastikan tuan muda sedang belajar".

"Maaf.. maaf.. maaf.. Saya bertanya siapa yang sudah menyuruh kalian, bukan maaf?" semakin kesal Hendry ingin melenyapkan mereka.

Ceklek!

"Ada apa Hend?" tanya Abian keluar dari dalam kamar.

"Tidak apa-apa" jawabnya. "Masuklah, aku akan membawanya".

"Mmmmmm".

Hendry menyuruh mereka pergi dari sana, setelah itu ia langsung menuruni anak tangga. Di ruang keluarga, ia melihat Abbas dan Dina sedang menonton tv, "Apa itu papa?".

Abbas mengerutkan keningnya, ia melihat wajah Hendry yang sedang marah. "Ada apa?".

"Atau itu mama?".

Dina menyuruhnya tenang, "Iya, itu mama. Tadi mama menyuruh mereka untuk memastikan kamu lagi belajar sayang, maafin mama yah. Sepertinya mama malah menganggu mu".

Hendry mendengus melihat wajah lembut Dina yang malah meminta maaf kepadanya, "Hendry juga minta maaf ma. Tapi tolonglah ma, berhenti memperlakukan Hendry seperti anak kecil lagi".

"Iya sayang, mama menyuruh mereka karna Abian tadi memberitahu mama kalau minggu depan kalian sudah ujian. Mama khawatir kamu malah bermain-main sayang".

"Ck" setelah itu Hendry menuju dapur.

Kemudian Abbas melihat Dina, "Sudahlah ma, benar kata Hendry kalau dia bukan lagi anak kecil yang selalu harus kita pantau 24 jam".

"Mama juga menyesal pa".

Selesai sipelayan itu membuatkan susu yang tadi ketiga sahabatnya pesan, ia pun segera membawanya kedalam kamar dan juga beberapa cemilan buah.

Ceklek!

"Kenapa kamu lama sekali Hend?" tanya Dafa melihatnya.

"Sorry" jawabnya meletakkan diatas meja. "Minumlah".

"Thank you Hend" senang Chan menyambar miliknya dan juga Dafa dan Abian. "Hend, dimana ponsel mu? Sinta tadi mencari mu".

"Kenapa dia mencari ku?" tanya Hendry menyambar ponselnya.

"Tidak tau".

Hendry segera menghubungi nomor Sinta kembali, namun bukannya di jawab. Ia pun mengirim pesan kepada Sinta alasan Sinta mencari dirinya, setelah itu Hendry melanjutkan menonton film dewasa lagi.

Sekarang sudah menunjukkan pukul 10 malam, Abian Chan dan Dafa pun akhirnya pulang dari rumahnya. "Hati-hati bro" ucap Hendry.

"Ok bro, kami balik".

"Mmmmmm".

Seperginya mobil mereka, Hendry kembali masuk kedalam rumah.

DDDDRRRRTTTT.. DDDRRRRTTTT...

"Ada apa Sinta?".

"Kamu lagi dimana Hend?".

"Dirumah".

"Kamu enggak lagi diluar?".

"Tidak, kenapa?".

"Aku pikir kamu sedang diluar, tadinya aku ingin meminta mu datang menjemput ku, soalnya aku lagi di luar, ketepatan disini hujan sangat dera..

"Kamu dimana? aku akan datang menjemput mu" potong Hendry berlari kearah garasi mobil.

"Loh, kamu mau kemana sayang buru-buru seperti itu?" tanya Dina yang baru dari luar bersama dengan Abbas.

"Hendry keluar sebentar ma" jawabnya memasuki mobilnya.

"Bawa mobilnya hati-hati sayang, diluar lagi mau hujan".

"Iya ma" Hendry melajukan mobil sportnya menuju tempat Sinta berada saat ini. Tidak membutuhkan waktu yang bagi Hendry untuk tiba disana, ia pun

langsung melihat Sinta berdiri di depan swalayan.

Dengan senyum mengembang diwajah Hendry, ia segera membawakan payung kepada Sinta. "Sepertinya kamu kedinginan".

"Hhhmmm.. Akhirnya kamu datang juga" senyum Sinta dengan lebar.

"Tentu saja aku akan datang, wanita cantik seperti mu tidak baik berada di luar, apalagi hujan-hujan seperti ini".

"Kamu bisa ajah Hend, terima kasih ya sudah datang menjemput ku".

"Sama-sama, ayo" ajaknya membawa Sinta kedalam mobil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!