Bab 4

Sinta sangat menikmati eskrimnya, lalu Hendry melihat tetesan eskrim Sinta yang mencair mengalir ditangan kanannya. Dengan cepat Hendry langsung menjil*atnya sampai membuat Sinta menghentikan eskrimnya.

Kedua pipi Sinta merah tomat, ia merasa sesuatu sedang bergejolak di dalam tubuhnya yang membuat ia ingin sekali melakukan hal yang tidak seharusnya ia lakukan. "Rasanya sangat manis" senyum Hendry.

"Benarkah?".

"Mmmmmm".

Dengan senyum manis Sinta menarik wajahnya Hendry lalu mencium bibirnya cukup dalam. Tidak ingin tinggal diam, Hendry pun membalas ciuman Sinta dan juga kedua tangan Hendry yang bergerak sana sini. "Hentikan Hend" tahan Sinta di kedua tangan Hendry yang kini berada di **** *************.

"Kenapa?" bisik Hendry dengan suara menggoda.

"Jangan lakukan disini".

Hendry tersenyum, "Kenapa? di mobil jauh lebih menyenangkan".

Sinta menggeleng.

"Baiklah, kalau gitu aku akan mengantar mu pulang" Hendry memperbaiki pakaiannya, lalu ia melihat Sinta yang berantakan. "Maafkan aku" senyum Hendry, setelah itu ia menjalankan mobilnya.

Dengan senyum mengembang diwajah Sinta, ia mencoba menggenggam tangan tangan kiri Hendry. "Hend, aku mau kita melanjutkannya di rumah. Soalnya papa dan mama ku sedang berada di luar kota".

Tidak ingin menolak rejeki, Hendry pun semakin mempercepat laju mobilnya.

.

Sedangkan ketiga sahabat Hendry kini berada di lapangan basket tempat mereka latihan, "Dafa, Hendry belum balik?" tanya Abian.

"Belum, 1 jam lagi kata Hendry dia akan tiba disini".

"Kenapa dia lama sekali? nanti keburu sore".

"Entahlah".

"Kalau gitu, katakan padanya jangan lupa bawa rokok".

"Mmmmmm" Dafa segera mengirim pesan kepada Hendry yang kini berada di dalam rumah Sinta.

Ting..

"Kamu mau minum apa Hend?".

"Air putih saja Sin" jawab Hendry membuka pesan masuk dari Dafa. Lalu ia membalasnya, "Ok, sebentar lagi aku otw".

Melihat Sinta yang masih berdiri disana membuat Hendry menaikkan sebelah alisnya, "Siapa?" tanya Sinta.

"Hhhmmm?".

"Tidak, lupakan saja" Sinta segera membawakan ia air putih.

Sambil menunggu Sinta membawakan segelas air putih untuknya, ia tiba-tiba melihat seorang gadis muda yang baru pulang sekolah berjalan kearah belakang. "Kenapa aku merasa pernah melihatnya?" gumam Hendry.

Dengan rasa penasaran, Hendry pun bangkit berdiri dari atas kursinya. Tetapi saat itu juga Sinta langsung muncul, "Aku enggak tau kamu suka buah ini atau tidak, tapi aku harap kamu menyukainya".

"Terima kasih, tapi maaf aku harus pergi Sin".

"Kenapa buru-buru sekali Hend" tahan Sinta.

"Lian kali saja" Hendry pun segera meninggalkan rumahnya begitu ia meminum air putih yang baru saja Sinta bawakan untuknya.

"Hend tunggu.." teriak Sinta mengejarnya, namun Hendry telah pergi dari sana bersama dengan mobil sportnya. "Aahh.. Bagaimana ini? apa yang harus aku lakukan?".

Saat sedang perjalan menuju lapangan tempat Abian, Dafa dan Chan menunggunya, tiba-tiba Hendry merasa pusing dan juga panas di sekujur tubuhnya. "Aahhh.. Sial, ada apa dengan ku?" Hendry menghubungi nomor Chan.

"Iya bro, ada apa?".

"Chan, tolong aku".

"Apa?" kaget Chan begitu juga dengan Abian dan Dafa yang baru saja mendengar suaranya. "Sekarang kamu dimana?".

"Aku berada di jalan xx".

"Baiklah, kami akan kesana".

"Mmmm.. Cepatlah".

"Ok" melihat kekhawatiran diwajah Chan membuat Abian dan Dafa penasaran, Chan pun segera memberitahu mereka kalau Hendry sedang membutuhkan pertolongan mereka.

Tidak ingin berlama-lama, mereka bertiga langsung berangkat ketempat Hendry saat ini berada.

Sesampainya disana, Dafa langsung mengenali mobil Hendry. Abian pun segera menepikan mobilnya. "Ayo buruan Chan" ujar Dafa.

"Iya duluan" ikutnya dari belakang.

Mendengar suara Hendry dari dalam mobilnya membuat ketiga sahabatnya semakin khawatir.

Tok.. Tok.. Tok..

"Hend, buka pintu ya Hend ini kami".

Mendengar suara ketiga sahabatnya, Hendry segera membuka pintu mobilnya. "Tolong aku".

"Apa yang terjadi Hend? bagaimana bisa wajah mu seperti ini dan juga tangan mu bermerah semua" tanya Dafa melihat wajah Hendry.

"Aku juga tidak tau" jawabnya.

"Ayo buruan bawa kerumah sakit" ujar Abian dari belakang Dafa.

Chan segera membuka pintu mobil sebelah Hendry, kemudian mereka membawa Hendry kerumah sakit terdekat.

.

Sambil menunggu Hendry siuman akibat obat tidur yang dokter berikan, ketiga sahabatnya dengan setia menunggunya disana. "Aahh iya, bagaimana dengan mobil Hendry? apa tidak sebaik.. Aahh aku melupakannya" ucap Chan.

"Mobil Hendry pasti sudah di derek" balas Dafa.

Dengan nafas berat Abian memandangi wajar Hendry yang masih terlelap dalam tidurnya, ia juga memandangi bintik-bintik merah yang di penuhi di sekujur tubuhnya.

Tok.. Tok..

Ceklek!

"Dokter" senyum Chan melihat sang dokter.

"Tidak usah khawatir, dia hanya alergi saja".

"Benarkah dok Hendry tidak akan kenapa-kenapa?" tanya Chan.

"Mmmm.. Paling 1 minggu kemudian dia akan sembuh".

"1 minggu dok?" kaget mereka.

"Iya".

"Sebenarnya dia alergi apa dok? kenapa dokter tidak memberitahu kami saja" kesal Abian.

"Tunggu pasien sadar dulu, setelah itu kalian bebas bertanya kepada dia".

"Sekarang saja dok, sepertinya Hendry masih lama siuman" desak Abian lagi.

"Iya dok, kami bertiga sangat penasaran penyebab dia seperti ini".

Sang dokter tersenyum, "Baiklah, saya akan memberitahu kalian" angguknya melihat mereka satu persatu. "Dia alergi dengan obat perang*sang".

"Apa?" kaget mereka melihat Hendry.

"Iya, saya tidak tau pasien menggunakannya dengan sengaja atau tidak. Kalian bisa bertanya dengan langsung. Tapi saya harap, kalian yang masih menempuh pendidikan tingkat SMA, saya harap kalian baik-baiklah di sekolah supaya masa depan kalian cerah".

"Iya dok" angguk Dafa.

"Ya sudah, tidak lama lagi dia akan siuman. Saya permisi dulu".

"Iya dok, terima kasih banyak".

"Mmmmm" Angguknya keluar dari sana.

Kemudian mereka memandangi wajah Hendry kembali, dengan rasa penasaran mereka bertiga langsung tebak menebak apa yang sebenarnya terjadi, tetapi mereka malah di buat pusing. "Hhhmmsss.. Aku sangat lapar, kalian berdua tidak berencana untuk membelikan kita makanan?" tanya Abian.

"Aku juga sangat lapar, biar aku saja yang membelinya, kamu disini saja Chan".

"Mmmmmm".

Menunggu Dafa kembali keruangan mereka, hari pun semakin sore dan ponsel Hendry yang sedari tadi berdering membuat Abian dan Chan baru tersadar dengan suara getar ponselnya. "Siapa Chan?".

"Nomor tidak dikenal".

"Aahh.. Syukurlah, aku pikir kedua orang tuanya. Ayo angkat saja".

Chan langsung menggeser tombol hijau, "Hallo".

"Apa benar ini dengan saudara Hendry pemilik dari mobil plak xxxx?".

"Iya pak".

"Kami ingin memberitahu saudara kalau mobil xx telah berada di kantor polisi akibat parkir sembarangan. Silahkan saudara menjemputnya ke kantor polisi".

"Siap pak" Chan mematikan ponsel Hendry. Lalu ia memberitahu Abian kalau mobil Hendry kini berada dikantor polisi.

"Baguslah, akan lebih aman mobilnya berada disana dari pada di tempat itu".

"Mmmmm" Chan mendekati Hendry. "Ini sudah hampir jam 6 sore, kenapa Hendry belum bangun-bangun juga yah?".

"Aku juga tidak tau, sepertinya dia membutuhkan istirahat yang panjang. Sekarang kirim pesan kepada orang tuanya kalau kita sedang belajar bersama dan akan menginap di rumah mu malam ini. Sebagai bukti, kamu kirim ini" Abian mengeluarkan latihan-latihan soal ujian mereka minggu ini.

"Ok" Chan mengambil gambar tersebut dan mengirimnya kepada Abbas dan Dina menggunakan ponsel Hendry. "Pesan terkirim".

Tidak lama kemudian, orang tua Hendry pun langsung membalasnya, "Iya sayang, asalkan kamu sedang belajar mama tidak akan melarang mu menginap di rumah Chan" Begitu juga balasan dari Abbas.

"Bagaimana?".

"Beres" Jempol Chan.

"Bagus" senyum Abian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!