NovelToon NovelToon

Rasa dan Nafsu

Bab 1

Hendry Mapolo pria tampan yang masih berusia 17 tahun, saat ini Hendry tengah menduduki bangku kelas 2 SMA, namum ia telah mengenal dunia luar. Setiap malam minggu Hendry selalu berada di club bersama dengan ketiga sahabatnya yaitu Abian, Chan dan Dafa.

Meskipun mereka masih berusia 17 tahun, bagi keempat pria muda itu masuk kedalam club bukanlah hal yang susah.

Bahkan mereka sudah sangat sering tidur bersama dengan wanita cantik dan seksi, tetapi soal kesehatan. Mereka selalu mengutamakannya dengan memeriksa mereka terlebih dahulu.

Meski demikian, kedua orang tua Hendry sama sekali tidak mengetahui kelakuan anak tunggalnya itu di luaran sana, mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga Hendry bebas pergi kapan pun ia mau. Awalnya Abbas papa Hendry pernah mempekerjakan seseorang untuk menjaga putranya itu, namun tidak beberapa lama ia mengundurkan diri dari pekerjaannya dengan alasan istrinya di kampung menyuruhnya pulang.

Padahal itu semua ulah kotor Hendry yang tidak suka selalu di pantau oleh suruhan orang tuannya, sehingga ia rela mengeluarkan uang banyak agar ia pergi meninggalkan kediaman Mapolo.

Dan pada akhirnya Hendry dibiarkan bebas tampa suruhan orang tuannya asalkan ia bersama dengan ketiga sahabatnya yang terlihat sangat baik di depan kedua orangnya.

"Hallo tante om" salim ketiga orang itu ditangan Abbas dan Dina.

"Hallo sayang, ayo duduk. Bi, tolong panggilin Hendry di kamar yah".

"Tante, kami langsung ke kamar Hendry saja ya tan. Soalnya tugas kita lagi numpuk nih, minggu depan sudah ujian penaikan".

"Oohh.. Ya sudah, kalian boleh naik" senyum Dina.

"Iya tan" mereka bertiga segera naik kelantai atas. Didalam kamar, Hendry tengah menunggu mereka di balik pintu.

Tok.. Tok..

"Hend" ketuk Dafa.

Ceklek!

"Masuk" Suruhnya melihat samping kiri kanan tidak ada orang disana. Lalu Hendry menutupnya kembali, ia melihat teman-temannya sudah berada di sofa. "Kalian membawanya?".

"Tentu saja" tawa Chan.

"Ok" senang Hendry membuka kanton kresek yang Chan selipkan didalam kanton plastik cemilan yang ia beli di supermarket. "Wah, kamu tau saja kalau aku menyukai rokok ini akhir-akhir ini".

"Aku juga menyukainya" ucap Abian mengambil satu batang begitu juga dengan Chan dan Dafa. "Oohh iya Hend, kapan kita ke club lagi? sudah hampir 1 bulan kita puasa".

"Tahan dulu, minggu depan kita sudah selesai ujian" senyum Hendry membayangkan wanita cantik berada di atas tubuhnya dengan goyangan yang sangat panas sambil menyebut namanya. "Aahh, membayangkannya saja aku sudah ingin ke kamar mandi".

Mereka tersenyum ikut membayangkan apa yang sedang Hendry bayangkan, "Lalu bagaimana dengan bocoran ujian, apa kamu berhasil mendapatkannya Chan?" tanya Dafa.

"Besok, mereka akan memberinya".

Setelah rokok itu habis, baru mereka membuka materi pelajaran mereka. Namun Hendry yang tidak bisa berkonsentrasi ia lebih memilih menonton film dewasa yang selalu ia simpan di dalam ponselnya.

"Hend, tidak bisakah kamu mengecilkan suara ponsel mu?" ujar Dafa.

"Kenapa? apa kamu tidak bisa konsentrasi".

"Mmmmmmm".

"Baiklah, aku akan mengecilkannya. Kalian tidak ingin sesuatu? kalau kalian mau aku akan mengambilnya di bawah".

"Aku mau susu" ucap Chan.

"Kalian?".

"Samakan saja" jawab Abian.

"Kalau gitu aku akan mengambilnya" Hendry keluar dari dalam kamar, ia melihat beberapa pelayan sedang melakukan kebersihan di sekitar kamarnya. "Sedang apa mereka disini? inikan sudah jam 8 malam" Hendry mendekati mereka.

"Tuan" tunduk mereka.

"Sedang apa kalian disini?".

"Maaf?".

"Sedang apa kalian disini?".

"Ka-kami..

"Kami apa?" bentak Hendry menatap mereka dengan tajam. "Siapa yang menyuruh kalian? papa? mama?".

"Maafkan kami tuan, kami hanya ingin memastikan tuan muda sedang belajar".

"Maaf.. maaf.. maaf.. Saya bertanya siapa yang sudah menyuruh kalian, bukan maaf?" semakin kesal Hendry ingin melenyapkan mereka.

Ceklek!

"Ada apa Hend?" tanya Abian keluar dari dalam kamar.

"Tidak apa-apa" jawabnya. "Masuklah, aku akan membawanya".

"Mmmmmm".

Hendry menyuruh mereka pergi dari sana, setelah itu ia langsung menuruni anak tangga. Di ruang keluarga, ia melihat Abbas dan Dina sedang menonton tv, "Apa itu papa?".

Abbas mengerutkan keningnya, ia melihat wajah Hendry yang sedang marah. "Ada apa?".

"Atau itu mama?".

Dina menyuruhnya tenang, "Iya, itu mama. Tadi mama menyuruh mereka untuk memastikan kamu lagi belajar sayang, maafin mama yah. Sepertinya mama malah menganggu mu".

Hendry mendengus melihat wajah lembut Dina yang malah meminta maaf kepadanya, "Hendry juga minta maaf ma. Tapi tolonglah ma, berhenti memperlakukan Hendry seperti anak kecil lagi".

"Iya sayang, mama menyuruh mereka karna Abian tadi memberitahu mama kalau minggu depan kalian sudah ujian. Mama khawatir kamu malah bermain-main sayang".

"Ck" setelah itu Hendry menuju dapur.

Kemudian Abbas melihat Dina, "Sudahlah ma, benar kata Hendry kalau dia bukan lagi anak kecil yang selalu harus kita pantau 24 jam".

"Mama juga menyesal pa".

Selesai sipelayan itu membuatkan susu yang tadi ketiga sahabatnya pesan, ia pun segera membawanya kedalam kamar dan juga beberapa cemilan buah.

Ceklek!

"Kenapa kamu lama sekali Hend?" tanya Dafa melihatnya.

"Sorry" jawabnya meletakkan diatas meja. "Minumlah".

"Thank you Hend" senang Chan menyambar miliknya dan juga Dafa dan Abian. "Hend, dimana ponsel mu? Sinta tadi mencari mu".

"Kenapa dia mencari ku?" tanya Hendry menyambar ponselnya.

"Tidak tau".

Hendry segera menghubungi nomor Sinta kembali, namun bukannya di jawab. Ia pun mengirim pesan kepada Sinta alasan Sinta mencari dirinya, setelah itu Hendry melanjutkan menonton film dewasa lagi.

Sekarang sudah menunjukkan pukul 10 malam, Abian Chan dan Dafa pun akhirnya pulang dari rumahnya. "Hati-hati bro" ucap Hendry.

"Ok bro, kami balik".

"Mmmmmm".

Seperginya mobil mereka, Hendry kembali masuk kedalam rumah.

DDDDRRRRTTTT.. DDDRRRRTTTT...

"Ada apa Sinta?".

"Kamu lagi dimana Hend?".

"Dirumah".

"Kamu enggak lagi diluar?".

"Tidak, kenapa?".

"Aku pikir kamu sedang diluar, tadinya aku ingin meminta mu datang menjemput ku, soalnya aku lagi di luar, ketepatan disini hujan sangat dera..

"Kamu dimana? aku akan datang menjemput mu" potong Hendry berlari kearah garasi mobil.

"Loh, kamu mau kemana sayang buru-buru seperti itu?" tanya Dina yang baru dari luar bersama dengan Abbas.

"Hendry keluar sebentar ma" jawabnya memasuki mobilnya.

"Bawa mobilnya hati-hati sayang, diluar lagi mau hujan".

"Iya ma" Hendry melajukan mobil sportnya menuju tempat Sinta berada saat ini. Tidak membutuhkan waktu yang bagi Hendry untuk tiba disana, ia pun

langsung melihat Sinta berdiri di depan swalayan.

Dengan senyum mengembang diwajah Hendry, ia segera membawakan payung kepada Sinta. "Sepertinya kamu kedinginan".

"Hhhmmm.. Akhirnya kamu datang juga" senyum Sinta dengan lebar.

"Tentu saja aku akan datang, wanita cantik seperti mu tidak baik berada di luar, apalagi hujan-hujan seperti ini".

"Kamu bisa ajah Hend, terima kasih ya sudah datang menjemput ku".

"Sama-sama, ayo" ajaknya membawa Sinta kedalam mobil.

Bab 2

Di dalam mobil, Sinta tak henti-hentinya memandangi wajah tampan Hendry yang membuat hatinya berdetak. "Ada apa Sinta? dari tadi kamu melihat ku terus seperti itu?".

"Hhhmmm?" kaget Sinta memalingkan wajahnya. Hendry tersenyum, kemudian ia menepikan mobil sportnya. "Kenapa Hend?".

"Sepertinya kamu ingin bicara kepada ku, jadi aku menepikannya dulu. Sekarang katakan, apa yang membuat mu sedari tadi melihat ku terus?".

"Aahh.." bingung Sinta ingin menjawab apa. "Hend".

"Iya" senyumnya.

"Kamu sudah punya pacar belum?" tanya Sinta dengan malu.

Hendry langsung tertawa, ia tidak nyangka kalau Sinta sedari tadi melihatnya hanya untuk menayangkan hal bodoh itu bagi seorang Hendry, "Kenapa kamu bertanya itu Sin? bukankah selama ini kamu tau kalau aku..

"Aku tau" potong Sinta. "Sebenarnya aku menyukai mu Hend".

Hendry menaikan sebelah alisnya, "Lalu, bagaimana dengan Tio? bukankah dia pacar mu?".

"Mmmmm.. Dia pacar ku, tapi akhir-akhir ini aku sudah mulai bosan kepadanya".

"Kenapa? dia tampan dan juga pintar. Bahkan dia ketua kelas, apa yang membuat mu bosan kepadanya?".

"Dia tipikal laki-laki yang membosankan Hend, dari awal juga aku sudah merasakannya. Tapi teman-teman ku selalu membujukku supaya aku tidak meninggalkan Tio".

"Jadi, sejak kapan kamu mulai menyukai ku?".

"Sejak pertama kali kamu datang ke sekolah kita" jawab Sinta mengigit bibirnya.

"Sial" umpat Hendry dalam hati, melihat Sinta menggigit bibir bawahnya. Lalu ia menyentuh pipi mulus Sinta, "Pipi kamu bermerah Sin" bisiknya.

Sinta sangat malu, rasanya ia sangat ingin sekali menghilang dari hadapan Hendry saat ini juga. Namun, Hendry yang tiba-tiba mencium bibirnya membuat ia terkejut dengan mata membulat. "Hendry".

"Bibir mu manis sekali" semakin goda Hendry.

Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu, Sinta yang sangat menyukai Hendry langsung menarik wajah Hendry. "Aku tau aku salah, tapi hati ini tidak bisa berbohong Hendry" Sinta menciumnya.

Begitu juga dengan Hendry yang tidak perduli Sinta adalah pacar Tio, ia pun membalas ciuman Sinta.

Setelah hujan redah, Hendry menyudahi aksi mereka di dalam mobil. Lalu ia tersenyum sambil memperbaiki anak rambut Sinta, "Jangan meninggalkan pria yang tulus mencintai mu, kesempatan tidak akan datang dua kali".

"Maksud kamu?".

"Aku akan mengantar mu pulang" Hendry segera menyalakan mesin mobilnya. Setelah itu, ia langsung menjalankannya.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, mereka telah tiba di depan rumah Sinta yang berbentuk sangat elegan. "Kamu enggak mau mampir dulu Hend?".

"Tidak usah, ini sudah jam 12 malam. Nanti papa kamu memakan ku" Senyum Hendry.

"Kamu..!!" Balasnya tersenyum.

"Ayo masuk. Jangan lupa mimpi indah".

"Mmmmm.. Kamu hati-hati dijalan yah, dan terima kasih banyak sudah mengantar ku pulang".

"Sama-sama" Hendry pergi meninggalkannya. Dalam hati Hendry saat ini, ia berkata kalau jaman sekarang wanita tidak ada yang bisa di percayai lagi. "Dasar" geleng Hendry melihat seorang wanita tiba-tiba berdiri di depan mobilnya.

DDRRREETTTT...

"Aaiisss.." kesal Hendry begitu ia menginjak rem mobilnya secara mendadak. Lalu ia turun menghampiri si wanita itu, ia melihat wanita yang berada di hadapannya itu sedang menangis sambil memohon agar dia menyelamatkan dirinya. "Yah.. Kamu tau enggak kesalahan apa yang telah kamu lakukan?" Bentak Hendry sangat marah.

"Hiks.. Tolong maafkan saya. Saya mohon, tolong selamatkan saya" ulanginya lagi.

"Kamu pikir saya bodoh haahh?".

"Please.. Kumohon...

"Afia...!!" Mendengar namanya dipanggil, Fia pun langsung berlari dari hadapan Hendry dengan kaki telanjang. "Afia..! kamu jangan lari, kamu mau kemana hahhh?".

Hendry tidak ingin ikut campur, ia kembali masuk kedalam mobil, lalu menjalankan mobilnya pergi dari sana, namun saat ia lewat, ia melihat Afia sedang di pukuli oleh pria yang tadi mengejarnya dengan ikat pinggang.

"Kamu tidak usah ikut campur" gumam Hendry tidak perduli. Sesampainya ia dirumah, ia langsung naik ke lantai atas.

.

Pagi hari, Hendry membuka kedua mata. Ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, dengan malas Hendry menuruni ranjangnya menuju kamar mandi.

15 menit berada disana, ia segera keluar dengan handuk melilit diatas pinggangnya.

DDDRRRTTTT.. DDDRRRTTTTT..

"Mmmmm" jawab Hendry.

"Kamu mau rokok apa?" tanya Dafa.

"Seperti semalam saja".

"Baiklah..

"Dafa tunggu".

"Apa?".

"Tidak jadi, sampai bertemu disekolah".

"Ok".

Lalu Hendry memakai seragam sekolah, ia melihat pantulan wajahnya di depan cermin sangat tampan. "Wanita mana yang tidak akan tergila-gila dengan ketampanan ku" senyum Hendry. Setelah itu, ia keluar dari dalam kamar menuju ruang makan, disana Hendry melihat kedua orang tuanya sedang menikmati sarapan bersama.

"Duduk sayang" senyum Dina.

"Iya ma".

"Apa malam ini tidur mu nyenyak?".

"Seperti biasa ma".

"Mmmmm.. Bi, tolong buatin susu hangat Hendry lagi yah".

"Iya nyonya".

Dina memberikan dua lapis roti yang sudah ditaburi selai di atas piring Hendry, "Selesai ujian nanti, kalau mama tidak sibuk dirumah sakit. Kita akan liburan ke paris".

"Mmmmmm" gumam Hendry.

"Kenapa sayang? kamu lagi enggak enak badan?" khawatir Dina mendengar suara malas Hendry.

"Tidak ma, Hendry baik-baik saja" jawab Hendry menerima segelas susunya. Begitu ia meminumnya, "Ma pa, Hendry duluan yah. Hendry tidak punya banyak waktu lagi".

"Mmmmm.. Kamu hati-hati dijalan" angguk Abbas.

"Iya pa".

Seperginya Hendry, sepasang suami istri itu juga ikut selesai menikmati sarapan pagi mereka. "Bi, terima kasih yah".

"Iya nyonya".

"Ayo pa".

"Iya ma".

Sesampainya Hendry di sekolah, ia melihat ketiga sahabatnya telah menunggu kedatangannya di parkiran. "Itu Hendry sudah datang" Beritahu Dafa.

"Hallo bro" Ucap Chan.

"Sorry, tadi jalanan macet".

"Tidak apa-apa" tawa mereka.

"Kamu membawanya?" tanya Hendry.

"Iya, ayo" mereka berempat langsung berjalan kearah kantin belakang, dimana murid-murid bandel seperti mereka juga berada disana. Meskipun demikian guru bk yang bertugas setiap hari tidak pernah berhasil menangkap mereka.

"Aku sudah mendapatkan bocoran ujian minggu depan" beritahu Dafa mengeluarkan dari dalam tas.

"Coba lihat" minta Hendry.

"Ini" Dafa membagikan kepada ketiga sahabatnya itu. Lalu mengeluarkan rokok yang tadi ia beli, "Bang, susu kotaknya 1. Kalian mau enggak?".

"Iya".

"Jadi 4 ya bang".

"Ok".

Sambil merokok di kantin, tidak lama kemudian bel sekolah berbunyi. Tanda semua siswa dan siswa di persilakan masuk kedalam kelas mereka masing-masing. "Ayo, kita sudah masuk" Ujar Abian menghabiskan susu kotaknya.

"Bang, thank you" senyum Chan.

"Ok" balasnya.

Di depan kelas, mereka segera memasuki ruangan itu, Hendry melihat Sinta sedang tersenyum manis kepadanya sambil memperbaiki anak rambutnya. "Gadis bodoh" gumam Hendry.

"Hhhmmm?" lihat Chan.

"Tidak" jawab Hendry mendudukan diri diatas kursinya. Sedangkan Chan yang duduk disamping Hendry dibuat keheranan dengan Sinta yang melihat kearah mereka dengan senyum manis.

"Hend, lihat tuh Sinta. Sepertinya dia sedang melihat mu" beritahu Chan.

"Abaikan saja" balas Hendry tidak perduli.

Bab 3

Jam istirahat, Hendry dan ketiga sahabatnya berada di lapangan. Mereka setiap hari selalu bermain basket dan juga para wanita yang setiap hari menggilai mereka. "OMG.. Kenapa mereka berempat sangat tampan sekali sih?" ujar salah satu wanita disamping Sinta.

"Iya, apalagi Hendry. Ya Tuhan, seandainya Hendry mau menjadi pacar ku, hari ini juga aku akan meminta kepada orang tua untuk menikahkan aku dengannya".

"Hahahaha.. Kamu ada-ada saja, Hendry mana mau sama gadis seperti kita, apalagi menjadikan mu istrinya".

"Hey, kita tidak tau sebuah keajaiban. Siapa tau Tuhan tiba-tiba menjodohkan kami berdua".

"Hahahaha.. Halumu terlalu tinggi".

"Biarin, bodoh amat" senyumnya.

Kemudian Sinta pergi dari sana, ia terlihat kesal melihat mereka yang sangat menyukai Hendry. "Sayang" panggil Tio yang baru keluar dari ruang guru.

"Mmmmm.. Kenapa?".

Tio mengernyitkan dahi melihat wajah kesal kekasihnya itu, "Ada apa dengan mu terlihat kesal seperti itu Sin? kamu belum makan? kalau belum, aku akan membelikan mu sesuatu".

"Tidak usah" tolak Sinta. "Aku ingin sendiri, tolong jangan ikuti aku" pergi Sinta meninggalkan Tio dengan wajah kebingungan.

"Ada apa dengan Sinta? perasaan dia tadi baik-baik saja?" gumam Tio melihat ke lapangan yang sedang di kerumuni wanita-wanita disekolahnya. Namun pikirannya yang tertuju kepada Sinta membuat Tio tidak jadi menonton pertandingan teman satu kelasnya.

"Tadi Sinta pergi kemana yah?. Sorry, tadi kamu melihat Sinta?" tanya Tio kepada siswi yang mengenal Sinta.

"Tidak" jawab mereka.

Lalu ia bertanya kepada yang lainnya lagi, "Kalian melihat Sinta enggak?".

"Sinta?".

"Iya".

"Tadi aku melihat Sinta menaiki tangga itu, seperti dia pergi ke atap gedung".

"Terima kasih ya" senyum Tio menuju kantin, disana ia membeli 2 kaleng minuman segar dan dua bungkus roti. "Berapa semua buk?".

"20 ribu Tio".

"Ini buk, terima kasih" dengan langkah panjang Tio menaiki anak tangga, dan benar sekali, ia melihat Sinta sedang berdiri disana sambil melihat kearah lapangan basket. "Sinta" Panggilnya.

Sinta pun langsung melihat kearah Tio, "Sedang apa kamu kemari?" tanya Sinta melihat kantong kresek Tio yang Tio tunjukkan kepadanya. "Apa ini?".

Tio mengeluarkan minuman keleng itu dari dalam plastik, "Aku rasa kamu membutuhkan minuman segar, ini" senyum Tio.

"Hhhmmsss.. Aku tidak membutuhkan minuman itu" tolak Sinta.

"Minumlah, rasanya sangat segar" paksa Tio memberikan ditangan Sinta.

Sinta melihatnya, ia terlihat sangat kesal kepada Tio yang selalu berada di sekitarnya. Bahkan Sinta sangat kesal kalau Tio bersikap perduli. "Sedang apa kamu kemari? bukankah tadi aku sudah memberitahu mu kalau aku ingin sendiri".

Tio terdiam, ia melihat wajah kekasihnya itu sangat marah. "Apa aku melakukan kesalahan? kamu terlihat sangat marah".

"Pergi Tio".

"Tapi sin..

"Pergi Tio..!! Aku bilang pergi" Bentak Sinta mendorong tubuh Tio. "Aku tidak ingin melihat mu, sekarang kamu pergi dari sini".

Tio pun akhirnya mengalah, ia segera pergi dari sana dengan tangan mengepal.

Tidak perduli dengan Tio, ia langsung membuang kantong kresek yang tadi Tio bawa dari kantin ke dalam tong sampah.

Sedangkan Tio yang masih berada di balik pintu hanya bisa mengepal tangan saat ia melihat Sinta membuang makanan yang tadi ia beli di kantin.

"Tio..!! Astaga, ternyata kamu disini dari tadi. Ayo, permainan hampir selesai".

"Sorry" Ucap Tio mengikuti dia.

Di lapangan, ia melihat Hendry, Abian, Chan dan Dafa di gila i oleh wanita-wanita di sekolahnya. "Hendry, aku mencintai mu. Kamu sangat tampan sekali" teriak salah satu wanita disampingnya.

Tio mendengus, lalu ia melihat kearah Sinta yang masih berada di atap gedung, "Apa yang membuat ia betah disana?" batin Tio.

Tidak lama kemudian, permainan itu pun berakhir. Dan yang memenangkan adalah team Hendry. "Aahhh.. Hendry akhirnya team Hendry menang lagi hahahhaha" suara teriakan itu semakin sangat kencang di pendengaran Tio. Ia melihat mereka berlari kearah pria tampan yang dicap para wanita disana. "Ck, mereka tidak kalah jauh dari ku. Tapi mereka bersikap seolah seperti melihat artis saja".

"Tio, ayo" ajak temannya itu.

Dengan senyum mengembang di wajah Tio, ia melihat teman satu kelasnya itu lagi memenangkan permainan. "Selamat yah, kelas kita memang the best" jempol Tio.

"Tentu saja bro" balas Dafa dengan sombongnya.

.

Pulang sekolah, Hendry berada di kantin belakang bersama dengan ketiga sahabatnya. Dan seperti biasa, mereka selalu merokok disana, namun saat mereka sedang asik, Chan melihat Sinta menuju kerah mereka.

"Bro.. Itu bukannya Sinta yah? sedang apa dia datang kemari?" ujar Chan.

Mereka pun langsung melihat kearah Sinta, namun yang mereka lihat bukanlah wajahnya, melainkan mereka melihat kearah buah dada Sinta yang sangat menonjol. "Sial, dia membuat ku menegang saja" umpat Dafa.

Abian tersenyum, "Kalau saja dia bukan pacar Tio, aku pasti sudah menghabisi dia" mereka tertawa.

Begitu Sinta berada di hadapan Hendry, Abian, Dafa dan Chan, ia tersenyum dengan manis. "Hay".

"Ada apa Sinta pakai hay hay segala? kamu jadi tidak seperti biasanya " Tawa Chan melihat Sinta dari atas sampai bawah. "Wah, hari ini kamu cantik sekali".

Sinta terlihat kesal, kemudian ia melihat Hendry yang ikut tersenyum. "Hendry, tolong anterin aku pulang dong. Supir aku tidak bisa datang menjemput ku kemari".

Hendry menaikkan sebelah alisnya, lalu ia melihat ketiga sahabatnya itu dengan mata yang sudah bisa mereka tebak, "Baiklah, aku duluan yah" senyum Hendry menunjuk jari tengahnya kepada mereka.

"Ok bro, hati-hati dijalan".

"Sialan Hendry, anak itu enggak pandang bulu juga yah" geleng Abian.

"Sepertinya Sinta menyukai Hendry, dari tadi pagi aku melihat Sinta memandanginya terus" ujar Chan memberitahu mereka.

"Wanita jaman sekarang semakin tidak bisa di percayai lagi" gumam Dafa menghisap rokoknya kembali.

Di dalam mobil, Hendry melihat Sinta sedari tadi menggesek-gesek kedua kakinya dan juga Sinta yang menarik-narik roknya. "Sial, wanita ini benar-benar menguji kesabaran ku" geram Hendry meremas setir mobilnya. Lalu Hendry melihat samping kiri kanannya tempat yang bagus untuk parkir.

"Oohh iya Hendry, aku pengen makan eskrim. Boleh yah singgah sebentar di toko eskrim?".

"Mmmmm" senyum Hendry.

"100 meter lagi dari sini. Nah disana Hend" tunjuk Sinta kearah toko eskrim itu. Hendry memarkirkan mobilnya, ia melihat Sinta membuka pintu mobil, "Sebentar ya Hend".

"Iya" Melihat Sinta memasuki toko eskrim. Hendry langsung mengambil beberapa lembar tissue.

Tidak lama kemudian, Sinta keluar dari dalam toko, "Ini untuk kamu Hendry".

"Tidak usah Sinta, aku tidak suka eskrim" tolak Hendry.

"Hey.. Kenapa? rasanya sangat nikmat Hendry" Sinta menj*ilat eskrimnya. lalu memberikan kepada Hendry, "Ayo coba dulu Hend, nanti kamu pasti ketagihan".

Hendry masih saja menolaknya.

Sinta pun kembali menj*ilat eskrimnya dengan mata merem, "Sial, kamu malah membuat ku semakin.. Aahhh sial" kesal Hendry semakin meremas setirnya kembali.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!