Bab 5

Begitu Dafa membawa makan malam mereka, tidak lama kemudian Hendry langsung sadar dari tidurnya. Ia melihat ketiga sahabatnya itu sedang menikmati makan malam mereka tampa mereka sadari kalau saja ia sudah siuman.

Hendry tersenyum, lalu ia membiarkan mereka sampai selesai makan malam melihat hari yang sudah gelap. Kemudian Hendry mengigat kejadian yang tadi siang menimpanya, ia yakin kalau Sinta telah menaruh sesuatu di dalam air putih yang tadi ia minum.

Sambil mengepal kedua telapak tangannya, ia berjanji akan memberi pelajaran kepada Sinta yang sudah membahayakan nyawanya. "Wanita sialan, berani-berani ya kamu mempermainkan aku" umpat Hendry dalam hati.

Tidak lama kemudian, ketiga sahabatnya itu telah selesai menikmati makan malam mereka. Melihat itu ia pun memanggil mereka. "Wah.. Sepertinya kalian bertiga sangat kelaparan sekali" senyumnya.

Mendengar suara Hendry, mereka bertiga langsung berlari kearahnya. "Bro, kamu sudah sadar bro? kamu baik-baik saja? kami bertiga sangat mengkhawatirkan kamu?" tanya Abian sangat bahagia melihat Hendry yang sudah siuman.

"Maafkan aku sudah membuat kalian khawatir".

"Tidak apa-apa. Asalkan sekarang kamu sudah baik-baik saja".

"Ini semua karna wanita ular itu, dia benar-benar sangat licik. Lihat saja nanti, aku akan memberi dia pelajaran, supaya dia tau siapa aku yang sudah dia permainkan. Dia pikir aku seperti Tio yang bisa di permainkan sesuka hatinya" geram Hendry lagi mengepal tangan.

Mereka bertiga ikut terlihat sangat marah kepada Sinta, "Kamu tau obat apa yang diberikan sinta kepada mu?" tanya Dafa.

"Mmmm.. Dia pasti menabur obat perangsang di minuman ku".

"Tapi Hend, sejak kapan kamu alergi dengan obat perangsang?" tanya Chan mengingat mereka yang pernah menggunakan obat perangsang.

"Dia hiperseks, dan obat yang dia masukkan adalah obat kuat yang sangat tinggi".

"Wah.. Sepertinya Sinta sudah benar-benar gila yah. Aku enggak nyangka kalau dia akan seperti itu, lalu bagaimana dengan Tio?".

"Tio tidak pernah menyentuhnya, kalian tau sendiri Tio orangnya seperti apa" jawab Hendry saat Sinta memberitahunya kemarin.

"Lalu apa yang akan kita lakukan membuat wanita gila itu sadar dengan apa yang telah ia perbuat?" tanya Abian.

Hendry menghela nafas, "Seperti biasa saja" jawab Hendry.

Mereka bertiga tersenyum, "Ok" angguk Abian.

.

Pagi harinya, Hendry telah di perbolehkan kembali pulang kerumah. Dengan syarat ia tidak boleh melupakan obatnya di minum setiap hari selama beberapa hari kedepannya. "Dok, terima kasih banyak" senyum Hendry.

"Sama-sama" balas sang dokter.

Setelah itu, mereka segera meninggalkan rumah sakit menuju sekolah meskipun mereka sudah sangat terlambat. Tetapi mengingat hari ini adalah hari sabtu, sedikit ada kelonggaran bagi mereka seperti biasa melalui pintu belakang.

Begitu mereka berhasil, mereka langsung masuk kedalam kelas. Namun guru yang yang mengajar di dalam kelas tersebut telah berada di ruangan, "Kalian berempat dari mana saja baru datang? kalian pikir ini sekolah bapak kalian?" marahnya.

Mereka terdiam, mereka enggan menjawab pertanyaan si guru killer tersebut. "Kamu Abian" panggilnya.

"Iya buk" jawab Abian.

"Kamu dari mana saja baru jam segini kamu datang? ibu yakin kamu pasti masuk dari pintu belakang".

"Iya buk" jawab Abian tampa berbohong.

"Jadi kenapa kamu baru datang?".

"Kami baru pulang dari rumah sakit buk, Hendry semalam masuk rumah sakit".

"Hendry?" lihatnya kearah Hendry yang berada di belakang Abian. "Wajah kamu kenapa bermerah-merah seperti itu?".

"Alergi buk" jawab Hendry dengan malas.

PPLLAAKK..

Tiba-tiba Hendry mendapatkan tamparan dari si guru killer tersebut, "Kamu mau melawan saya? haahhh? jawab..!!" Bentaknya menampar pipi Hendry kembali.

Hendry menghela nafas berat, ia mencoba menahan amarahnya dengan mengepal kedua tangannya. "Jangan kamu pikir karna kamu anak orang kaya saya jadi takut sama kamu, tidak!. Jangan karna selama ini kamu saya diamkan kamu jadi semakin melunjak. Sombong sekali kamu" kesalnya melihat Hendry.

"Dan untuk kalian bertiga, saya sudah sangat lama memantau kalian, dan kalian itu juga sama saja dengan dia. Ibu sudah bilang, meskipun kalian anak orang kaya ataupun anak terkaya di negera ini, saya tidak akan perduli selagi saya guru kalian disekolah ini. Jadi tolong hargai guru kalian, jangan seperti dia saat ditanya baik-baik dia malah menjawab dengan tidak punya etika seperti tidak diajari belajar sopan santun saja" Ucapnya melihat semua siswa siswi yang berada di kelas tersebut.

"Ini juga peringatan untuk kalian semua, jangan karna guru yang lain baik kepada kalian. Kalian jadi menyamakan semua guru itu, bagi ibu siswa-siswa seperti mereka ini lebih baik di buang dari sekolah ini".

"Sekarang kalian berempat keluar, dan kamu. Temui saya nanti siang di ruang kepala sekolah, siswa seperti kamu tidak pantas berada di sekolah ini" Sinisnya melihat Hendry.

Hendry tertawa, ia tidak perduli kepada si guru killer tersebut yang akan mengeluarkan dari sekolah. Asalkan jangan memaki dirinya, "Sudah puas? apa anda sudah puas menghina saya?" tanya Hendry mendekatinya dengan mata tajam.

Ketiga sahabatnya pun langsung menahan tubuhnya, "Hend, sadar Hend. Ingat, kita disekolah. Please, tolong jangan buat keributan" ucap Abian memohon.

"Bian, aku tidak perduli mau ini disekolah atau dimana, dia harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah keluar dari dalam mulutnya Bian!!" bentak Hendry sangat marah yang sedari tadi ia tahan.

Si dosen killer bukannya takut, ia menyuruh Abian, Dafa dan Chan melepaskan tubuh Hendry supaya ia tahu apa yang ingin Hendry lakukan terhadapnya.

"Tapi buk, Hendry orangnya nekatan" geleng Chan.

"Ibu bilang lepaskan!".

"Kalian dengan dia, sekarang lepaskan aku" ujar Hendry memaksa mereka melepaskan tubuhnya.

"Maaf buk, kami tidak bisa" mereka berempat segera menyeret tubuh Hendry pergi dari sana sampai membuat pelajar tetangga kelas mereka terganggu mendengar suara Hendry.

Si dosen killer tertawa mengejek sambil melihat siswanya itu, "Untung orang tuanya kaya, jadi ada yang dia banggakan. Tapi bagi ibu, orang seperti dia itu tidak berguna".

"Buk, dia bukan kaya saja. Bahkan orang tuanya masuk 10 besar orang terkaya di indonesia dan juga Hendry juara satu di kelas ini buk, dia kemarin mengalahkan Tio meskipun dia murid pindahan" beritahu salah satu siswa tersebut.

"Ibu sudah bilang sama kalian, percuma pintar kalau etika kalian tidak ada. Dia juga mungkin di pindahkan dari sekolah lamanya karna nakal juga, ibu yakin itu".

Sedangkan Sinta yang sedari tadi menyaksikan kejadian tersebut hanya bisa diam tampa mengeluarkan sekata apapun untuk membela Hendry meskipun ia tau kalau Hendry bukanlah tipikal siswa yang bandel di kelas. Namun mengingat kesalahannya kemarin membuat ia tidak berani ikut campur. "Aku yakin, Hendry pasti marah besar kepada ku. Lalu apa yang harus aku lakukan? haruskah aku mendatanginya dan meminta maaf dengan tulus. Tapi, bagaimana kalau Hendry tidak mau memaafkan ku? astaga, kenapa aku harus bodoh sekali kemari?" umpat Sinta mengutuk dirinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!