Bab 2

Di dalam mobil, Sinta tak henti-hentinya memandangi wajah tampan Hendry yang membuat hatinya berdetak. "Ada apa Sinta? dari tadi kamu melihat ku terus seperti itu?".

"Hhhmmm?" kaget Sinta memalingkan wajahnya. Hendry tersenyum, kemudian ia menepikan mobil sportnya. "Kenapa Hend?".

"Sepertinya kamu ingin bicara kepada ku, jadi aku menepikannya dulu. Sekarang katakan, apa yang membuat mu sedari tadi melihat ku terus?".

"Aahh.." bingung Sinta ingin menjawab apa. "Hend".

"Iya" senyumnya.

"Kamu sudah punya pacar belum?" tanya Sinta dengan malu.

Hendry langsung tertawa, ia tidak nyangka kalau Sinta sedari tadi melihatnya hanya untuk menayangkan hal bodoh itu bagi seorang Hendry, "Kenapa kamu bertanya itu Sin? bukankah selama ini kamu tau kalau aku..

"Aku tau" potong Sinta. "Sebenarnya aku menyukai mu Hend".

Hendry menaikan sebelah alisnya, "Lalu, bagaimana dengan Tio? bukankah dia pacar mu?".

"Mmmmm.. Dia pacar ku, tapi akhir-akhir ini aku sudah mulai bosan kepadanya".

"Kenapa? dia tampan dan juga pintar. Bahkan dia ketua kelas, apa yang membuat mu bosan kepadanya?".

"Dia tipikal laki-laki yang membosankan Hend, dari awal juga aku sudah merasakannya. Tapi teman-teman ku selalu membujukku supaya aku tidak meninggalkan Tio".

"Jadi, sejak kapan kamu mulai menyukai ku?".

"Sejak pertama kali kamu datang ke sekolah kita" jawab Sinta mengigit bibirnya.

"Sial" umpat Hendry dalam hati, melihat Sinta menggigit bibir bawahnya. Lalu ia menyentuh pipi mulus Sinta, "Pipi kamu bermerah Sin" bisiknya.

Sinta sangat malu, rasanya ia sangat ingin sekali menghilang dari hadapan Hendry saat ini juga. Namun, Hendry yang tiba-tiba mencium bibirnya membuat ia terkejut dengan mata membulat. "Hendry".

"Bibir mu manis sekali" semakin goda Hendry.

Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu, Sinta yang sangat menyukai Hendry langsung menarik wajah Hendry. "Aku tau aku salah, tapi hati ini tidak bisa berbohong Hendry" Sinta menciumnya.

Begitu juga dengan Hendry yang tidak perduli Sinta adalah pacar Tio, ia pun membalas ciuman Sinta.

Setelah hujan redah, Hendry menyudahi aksi mereka di dalam mobil. Lalu ia tersenyum sambil memperbaiki anak rambut Sinta, "Jangan meninggalkan pria yang tulus mencintai mu, kesempatan tidak akan datang dua kali".

"Maksud kamu?".

"Aku akan mengantar mu pulang" Hendry segera menyalakan mesin mobilnya. Setelah itu, ia langsung menjalankannya.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, mereka telah tiba di depan rumah Sinta yang berbentuk sangat elegan. "Kamu enggak mau mampir dulu Hend?".

"Tidak usah, ini sudah jam 12 malam. Nanti papa kamu memakan ku" Senyum Hendry.

"Kamu..!!" Balasnya tersenyum.

"Ayo masuk. Jangan lupa mimpi indah".

"Mmmmm.. Kamu hati-hati dijalan yah, dan terima kasih banyak sudah mengantar ku pulang".

"Sama-sama" Hendry pergi meninggalkannya. Dalam hati Hendry saat ini, ia berkata kalau jaman sekarang wanita tidak ada yang bisa di percayai lagi. "Dasar" geleng Hendry melihat seorang wanita tiba-tiba berdiri di depan mobilnya.

DDRRREETTTT...

"Aaiisss.." kesal Hendry begitu ia menginjak rem mobilnya secara mendadak. Lalu ia turun menghampiri si wanita itu, ia melihat wanita yang berada di hadapannya itu sedang menangis sambil memohon agar dia menyelamatkan dirinya. "Yah.. Kamu tau enggak kesalahan apa yang telah kamu lakukan?" Bentak Hendry sangat marah.

"Hiks.. Tolong maafkan saya. Saya mohon, tolong selamatkan saya" ulanginya lagi.

"Kamu pikir saya bodoh haahh?".

"Please.. Kumohon...

"Afia...!!" Mendengar namanya dipanggil, Fia pun langsung berlari dari hadapan Hendry dengan kaki telanjang. "Afia..! kamu jangan lari, kamu mau kemana hahhh?".

Hendry tidak ingin ikut campur, ia kembali masuk kedalam mobil, lalu menjalankan mobilnya pergi dari sana, namun saat ia lewat, ia melihat Afia sedang di pukuli oleh pria yang tadi mengejarnya dengan ikat pinggang.

"Kamu tidak usah ikut campur" gumam Hendry tidak perduli. Sesampainya ia dirumah, ia langsung naik ke lantai atas.

.

Pagi hari, Hendry membuka kedua mata. Ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, dengan malas Hendry menuruni ranjangnya menuju kamar mandi.

15 menit berada disana, ia segera keluar dengan handuk melilit diatas pinggangnya.

DDDRRRTTTT.. DDDRRRTTTTT..

"Mmmmm" jawab Hendry.

"Kamu mau rokok apa?" tanya Dafa.

"Seperti semalam saja".

"Baiklah..

"Dafa tunggu".

"Apa?".

"Tidak jadi, sampai bertemu disekolah".

"Ok".

Lalu Hendry memakai seragam sekolah, ia melihat pantulan wajahnya di depan cermin sangat tampan. "Wanita mana yang tidak akan tergila-gila dengan ketampanan ku" senyum Hendry. Setelah itu, ia keluar dari dalam kamar menuju ruang makan, disana Hendry melihat kedua orang tuanya sedang menikmati sarapan bersama.

"Duduk sayang" senyum Dina.

"Iya ma".

"Apa malam ini tidur mu nyenyak?".

"Seperti biasa ma".

"Mmmmm.. Bi, tolong buatin susu hangat Hendry lagi yah".

"Iya nyonya".

Dina memberikan dua lapis roti yang sudah ditaburi selai di atas piring Hendry, "Selesai ujian nanti, kalau mama tidak sibuk dirumah sakit. Kita akan liburan ke paris".

"Mmmmmm" gumam Hendry.

"Kenapa sayang? kamu lagi enggak enak badan?" khawatir Dina mendengar suara malas Hendry.

"Tidak ma, Hendry baik-baik saja" jawab Hendry menerima segelas susunya. Begitu ia meminumnya, "Ma pa, Hendry duluan yah. Hendry tidak punya banyak waktu lagi".

"Mmmmm.. Kamu hati-hati dijalan" angguk Abbas.

"Iya pa".

Seperginya Hendry, sepasang suami istri itu juga ikut selesai menikmati sarapan pagi mereka. "Bi, terima kasih yah".

"Iya nyonya".

"Ayo pa".

"Iya ma".

Sesampainya Hendry di sekolah, ia melihat ketiga sahabatnya telah menunggu kedatangannya di parkiran. "Itu Hendry sudah datang" Beritahu Dafa.

"Hallo bro" Ucap Chan.

"Sorry, tadi jalanan macet".

"Tidak apa-apa" tawa mereka.

"Kamu membawanya?" tanya Hendry.

"Iya, ayo" mereka berempat langsung berjalan kearah kantin belakang, dimana murid-murid bandel seperti mereka juga berada disana. Meskipun demikian guru bk yang bertugas setiap hari tidak pernah berhasil menangkap mereka.

"Aku sudah mendapatkan bocoran ujian minggu depan" beritahu Dafa mengeluarkan dari dalam tas.

"Coba lihat" minta Hendry.

"Ini" Dafa membagikan kepada ketiga sahabatnya itu. Lalu mengeluarkan rokok yang tadi ia beli, "Bang, susu kotaknya 1. Kalian mau enggak?".

"Iya".

"Jadi 4 ya bang".

"Ok".

Sambil merokok di kantin, tidak lama kemudian bel sekolah berbunyi. Tanda semua siswa dan siswa di persilakan masuk kedalam kelas mereka masing-masing. "Ayo, kita sudah masuk" Ujar Abian menghabiskan susu kotaknya.

"Bang, thank you" senyum Chan.

"Ok" balasnya.

Di depan kelas, mereka segera memasuki ruangan itu, Hendry melihat Sinta sedang tersenyum manis kepadanya sambil memperbaiki anak rambutnya. "Gadis bodoh" gumam Hendry.

"Hhhmmm?" lihat Chan.

"Tidak" jawab Hendry mendudukan diri diatas kursinya. Sedangkan Chan yang duduk disamping Hendry dibuat keheranan dengan Sinta yang melihat kearah mereka dengan senyum manis.

"Hend, lihat tuh Sinta. Sepertinya dia sedang melihat mu" beritahu Chan.

"Abaikan saja" balas Hendry tidak perduli.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!