Jam istirahat, Hendry dan ketiga sahabatnya berada di lapangan. Mereka setiap hari selalu bermain basket dan juga para wanita yang setiap hari menggilai mereka. "OMG.. Kenapa mereka berempat sangat tampan sekali sih?" ujar salah satu wanita disamping Sinta.
"Iya, apalagi Hendry. Ya Tuhan, seandainya Hendry mau menjadi pacar ku, hari ini juga aku akan meminta kepada orang tua untuk menikahkan aku dengannya".
"Hahahaha.. Kamu ada-ada saja, Hendry mana mau sama gadis seperti kita, apalagi menjadikan mu istrinya".
"Hey, kita tidak tau sebuah keajaiban. Siapa tau Tuhan tiba-tiba menjodohkan kami berdua".
"Hahahaha.. Halumu terlalu tinggi".
"Biarin, bodoh amat" senyumnya.
Kemudian Sinta pergi dari sana, ia terlihat kesal melihat mereka yang sangat menyukai Hendry. "Sayang" panggil Tio yang baru keluar dari ruang guru.
"Mmmmm.. Kenapa?".
Tio mengernyitkan dahi melihat wajah kesal kekasihnya itu, "Ada apa dengan mu terlihat kesal seperti itu Sin? kamu belum makan? kalau belum, aku akan membelikan mu sesuatu".
"Tidak usah" tolak Sinta. "Aku ingin sendiri, tolong jangan ikuti aku" pergi Sinta meninggalkan Tio dengan wajah kebingungan.
"Ada apa dengan Sinta? perasaan dia tadi baik-baik saja?" gumam Tio melihat ke lapangan yang sedang di kerumuni wanita-wanita disekolahnya. Namun pikirannya yang tertuju kepada Sinta membuat Tio tidak jadi menonton pertandingan teman satu kelasnya.
"Tadi Sinta pergi kemana yah?. Sorry, tadi kamu melihat Sinta?" tanya Tio kepada siswi yang mengenal Sinta.
"Tidak" jawab mereka.
Lalu ia bertanya kepada yang lainnya lagi, "Kalian melihat Sinta enggak?".
"Sinta?".
"Iya".
"Tadi aku melihat Sinta menaiki tangga itu, seperti dia pergi ke atap gedung".
"Terima kasih ya" senyum Tio menuju kantin, disana ia membeli 2 kaleng minuman segar dan dua bungkus roti. "Berapa semua buk?".
"20 ribu Tio".
"Ini buk, terima kasih" dengan langkah panjang Tio menaiki anak tangga, dan benar sekali, ia melihat Sinta sedang berdiri disana sambil melihat kearah lapangan basket. "Sinta" Panggilnya.
Sinta pun langsung melihat kearah Tio, "Sedang apa kamu kemari?" tanya Sinta melihat kantong kresek Tio yang Tio tunjukkan kepadanya. "Apa ini?".
Tio mengeluarkan minuman keleng itu dari dalam plastik, "Aku rasa kamu membutuhkan minuman segar, ini" senyum Tio.
"Hhhmmsss.. Aku tidak membutuhkan minuman itu" tolak Sinta.
"Minumlah, rasanya sangat segar" paksa Tio memberikan ditangan Sinta.
Sinta melihatnya, ia terlihat sangat kesal kepada Tio yang selalu berada di sekitarnya. Bahkan Sinta sangat kesal kalau Tio bersikap perduli. "Sedang apa kamu kemari? bukankah tadi aku sudah memberitahu mu kalau aku ingin sendiri".
Tio terdiam, ia melihat wajah kekasihnya itu sangat marah. "Apa aku melakukan kesalahan? kamu terlihat sangat marah".
"Pergi Tio".
"Tapi sin..
"Pergi Tio..!! Aku bilang pergi" Bentak Sinta mendorong tubuh Tio. "Aku tidak ingin melihat mu, sekarang kamu pergi dari sini".
Tio pun akhirnya mengalah, ia segera pergi dari sana dengan tangan mengepal.
Tidak perduli dengan Tio, ia langsung membuang kantong kresek yang tadi Tio bawa dari kantin ke dalam tong sampah.
Sedangkan Tio yang masih berada di balik pintu hanya bisa mengepal tangan saat ia melihat Sinta membuang makanan yang tadi ia beli di kantin.
"Tio..!! Astaga, ternyata kamu disini dari tadi. Ayo, permainan hampir selesai".
"Sorry" Ucap Tio mengikuti dia.
Di lapangan, ia melihat Hendry, Abian, Chan dan Dafa di gila i oleh wanita-wanita di sekolahnya. "Hendry, aku mencintai mu. Kamu sangat tampan sekali" teriak salah satu wanita disampingnya.
Tio mendengus, lalu ia melihat kearah Sinta yang masih berada di atap gedung, "Apa yang membuat ia betah disana?" batin Tio.
Tidak lama kemudian, permainan itu pun berakhir. Dan yang memenangkan adalah team Hendry. "Aahhh.. Hendry akhirnya team Hendry menang lagi hahahhaha" suara teriakan itu semakin sangat kencang di pendengaran Tio. Ia melihat mereka berlari kearah pria tampan yang dicap para wanita disana. "Ck, mereka tidak kalah jauh dari ku. Tapi mereka bersikap seolah seperti melihat artis saja".
"Tio, ayo" ajak temannya itu.
Dengan senyum mengembang di wajah Tio, ia melihat teman satu kelasnya itu lagi memenangkan permainan. "Selamat yah, kelas kita memang the best" jempol Tio.
"Tentu saja bro" balas Dafa dengan sombongnya.
.
Pulang sekolah, Hendry berada di kantin belakang bersama dengan ketiga sahabatnya. Dan seperti biasa, mereka selalu merokok disana, namun saat mereka sedang asik, Chan melihat Sinta menuju kerah mereka.
"Bro.. Itu bukannya Sinta yah? sedang apa dia datang kemari?" ujar Chan.
Mereka pun langsung melihat kearah Sinta, namun yang mereka lihat bukanlah wajahnya, melainkan mereka melihat kearah buah dada Sinta yang sangat menonjol. "Sial, dia membuat ku menegang saja" umpat Dafa.
Abian tersenyum, "Kalau saja dia bukan pacar Tio, aku pasti sudah menghabisi dia" mereka tertawa.
Begitu Sinta berada di hadapan Hendry, Abian, Dafa dan Chan, ia tersenyum dengan manis. "Hay".
"Ada apa Sinta pakai hay hay segala? kamu jadi tidak seperti biasanya " Tawa Chan melihat Sinta dari atas sampai bawah. "Wah, hari ini kamu cantik sekali".
Sinta terlihat kesal, kemudian ia melihat Hendry yang ikut tersenyum. "Hendry, tolong anterin aku pulang dong. Supir aku tidak bisa datang menjemput ku kemari".
Hendry menaikkan sebelah alisnya, lalu ia melihat ketiga sahabatnya itu dengan mata yang sudah bisa mereka tebak, "Baiklah, aku duluan yah" senyum Hendry menunjuk jari tengahnya kepada mereka.
"Ok bro, hati-hati dijalan".
"Sialan Hendry, anak itu enggak pandang bulu juga yah" geleng Abian.
"Sepertinya Sinta menyukai Hendry, dari tadi pagi aku melihat Sinta memandanginya terus" ujar Chan memberitahu mereka.
"Wanita jaman sekarang semakin tidak bisa di percayai lagi" gumam Dafa menghisap rokoknya kembali.
Di dalam mobil, Hendry melihat Sinta sedari tadi menggesek-gesek kedua kakinya dan juga Sinta yang menarik-narik roknya. "Sial, wanita ini benar-benar menguji kesabaran ku" geram Hendry meremas setir mobilnya. Lalu Hendry melihat samping kiri kanannya tempat yang bagus untuk parkir.
"Oohh iya Hendry, aku pengen makan eskrim. Boleh yah singgah sebentar di toko eskrim?".
"Mmmmm" senyum Hendry.
"100 meter lagi dari sini. Nah disana Hend" tunjuk Sinta kearah toko eskrim itu. Hendry memarkirkan mobilnya, ia melihat Sinta membuka pintu mobil, "Sebentar ya Hend".
"Iya" Melihat Sinta memasuki toko eskrim. Hendry langsung mengambil beberapa lembar tissue.
Tidak lama kemudian, Sinta keluar dari dalam toko, "Ini untuk kamu Hendry".
"Tidak usah Sinta, aku tidak suka eskrim" tolak Hendry.
"Hey.. Kenapa? rasanya sangat nikmat Hendry" Sinta menj*ilat eskrimnya. lalu memberikan kepada Hendry, "Ayo coba dulu Hend, nanti kamu pasti ketagihan".
Hendry masih saja menolaknya.
Sinta pun kembali menj*ilat eskrimnya dengan mata merem, "Sial, kamu malah membuat ku semakin.. Aahhh sial" kesal Hendry semakin meremas setirnya kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments