Cinta Diantara Perselisihan Dua Keluarga (Cinta Rama Dan Vika)

Cinta Diantara Perselisihan Dua Keluarga (Cinta Rama Dan Vika)

BAB 1, Saudara Tapi Bukan Kandung

Di sebuah bangunan tua yang rusak, tinggallah dua orang anak. Mereka bernama Rama dan Vika. Mereka berdua adalah dua saudara, namun bukan saudara kandung. Rama sebagai seorang kakak dan Vika sebagai seorang adik.

Saat ini umur mereka adalah 8 tahun. Mereka yang hanya hidup sebatang kara, harus mati-matian bertahan hidup di kota yang kejam itu. 

Setelah ibu, kakek dan nenek nya meninggal, Rama bertemu dengan Vika saat pergi dari desa ke kota. Dan saat itulah ia bertemu dengan Vika yang sedang menangis sendirian. Rama pun menghampiri dan menjadikan Vika sebagai adiknya. Dan setelah itu mereka berdua hidup bersama layak nya dua saudara. 

Keduanya menjalani hidup dengan susah, dan mencoba bertahan hidup di kota yang kejam itu dengan tangan dan kaki nya sendiri demi mencari sesuap makanan untuk mengganjal perut mereka.

Rama menceritakan kepada Vika jika dirinya memiliki keluarga, hanya saja keluarganya telah meninggal di desa. Sedangkan Vika sendiri ia tidak memiliki keluarga karena sedari bayi dia di asuh oleh ibu panti asuhan dan kini dia berada di kota sendirian karena kabur saat dirinya di culik. Ia tidak bisa kembali karena ia tidak tahu dimana panti asuhan itu berada.

Rama juga menceritakan jika nenek nya pernah bercerita tentang ibunya yang meninggal saat dirinya dilahirkan. Sedangkan untuk ayahnya, nenek dan kakeknya tidak mengatakan apapun, mereka hanya mengatakan jika ayahnya juga meninggal menyusul ibunya di surga. Tapi entah itu benar atau salah, Rama yang hanya seorang anak kecil percaya begitu saja, karena ia sendiri tidak tahu kebenarannya. Bahkan nama dan wajah ayah nya ia sama sekali tidak tahu. Ia hanya memiliki sebuah Bros yang di berikan oleh nenek nya pada saat sebelum nenek nya meninggal. Nenek nya mengatakan jika Bros itu adalah peninggalan ayahnya.

.

.

Kita mulai perjalanan kisah Cinta Diantara Perselisihan Dua Keluarga

(Cinta Rama Dan Vika)

.

.

.

Dua bocah yang memiliki wajah tampan dan cantik itu kini berjalan bergandengan menuju pasar dimana biasa mereka mencari makanan. Mereka akan bekerja, membantu siapapun agar mereka bisa mendapatkan makanan untuk mereka makan setiap harinya.

"Dek, nanti jika kamu lelah kamu harus istirahat. Kakak tidak ingin kamu kelelahan dan akhirnya sakit," jelas bocah bernama Rama, sebagai kakak.

Vika yang sebagai adik, mengangguk. Melihat itu bibir Rama tersenyum. Yah, walaupun dalam hatinya ia begitu sedih. Saat melihat wajah adiknya yang setiap hari pucat, ia begitu khawatir, takut apa yang dikhawatirkan terjadi. Namun untuk mengetahui apakah sakit adiknya parah atau tidak, ia tidak memiliki biaya untuk membawa adiknya di rumah sakit.

"Kakak sayang pada mu dek. Jangan pernah sekalipun pergi dari kakak. Kakak akan berusaha sekuat tenaga untuk menjaga mu dan membuat mu bahagia." Batin Rama dengan air mata yang tiba-tiba menetes di pipinya.

Vika menoleh, karena kakaknya tiba-tiba diam. Matanya yang lembut Itu melihat bulir air mata yang menetes di pipi kakak nya itu. 

"Kakak menangis?" Tanya Vika menatap.

Rama yang mendengar pertanyaan itu membuang muka, dan dengan cepat mengusap air mata sialan itu. "Tidak, kakak tidak menangis," jawab Rama tersenyum dengan mata menahan tangis.

Vika berhenti, membuat Rama juga ikut berhenti. "Aku tahu kakak menangis. Apakah itu karena adik?" Tanya Vika menatap mata kakak nya yang merah.

Rama tidak menjawab, ia memeluk tubuh adik angkatnya itu. Menangis dengan diam, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Vika yang di peluk hanya diam, namun air matanya juga menetes. Ia tahu kakaknya pasti sedih dengan keadaan nya ini. Ia tahu jika dirinya pasti tidak baik-baik saja, karena jika sedikit saja ia lelah, maka dada nya akan sesak dan sulit bernapas.

Sebenarnya Vika tidak ingin membuat kakaknya khawatir, tapi Vika tidak bisa berbuat apa-apa karena semua itu tak luput dari penglihatan kakak nya. Dan akhirnya dirinya sama sekali tidak bisa menyembunyikan semua itu dari kakaknya, keluarga yang dimiliki satu-satunya olehnya.

Rama mengusap matanya, begitupun dengan Vika. Mereka saling melepas pelukan dan tersenyum. "Ayo, nanti keburu siang," ajak Rama dan di angguki Vika. 

Padahal waktu saat ini masih lah petang. Jika untuk anak seumurannya masih terlelap, tapi tidak untuk Rama dan Vika. Mereka harus bangun sepagi mungkin dan pergi ke pasar untuk membantu para penjual mengangkat barang dagangan untuk mendapatkan imbalan uang kecil dan nasi untuk sarapan.

Dengan langkah kecil mereka berdua berjalan menuju tujuan, dan juga bernyanyi riang untuk memberi hiburan hati mereka yang menderita.

.

.

Sesampainya di pasar, mereka langsung mencari pekerjaan untuk mereka. Mencari pedagang yang membutuhkan tenaganya.

"Pak, apakah kami bisa membantu?" Tanya Rama berdiri di depan seorang pedagang muda.

"Tidak! Hus, pergi sana. Mengganggu saja," jawab pria itu mengusir.

Rama dan Vika menunduk. Setelah itu Rama menggenggam tangan adiknya dan tersenyum. "Kita cari lagi yang lain, yang membutuhkan kita." Vika menatap kakaknya dan mengangguk.

Mereka berdua pun pergi mencari orang yang membutuhkan tenaga nya. Namun sampai jam 10 pagi, tidak ada seorang pun yang mau menggunakan jasanya. Dan itu membuat mereka sangat sedih.

"Apakah karena kami kecil, mereka menolak kami?" Batin Rama sedih sambil memeluk adiknya yang bersandar di bahunya.

Kruuk…..kruuk…..

Suara perut Vika yang lapar. Rama melihat ke arah adiknya. "Adek lapar?" Tanya Rama dan di angguki Vika.

"Maaf kak," jawab Vika sedih. Ia tahu pagi ini mereka belum mendapatkan apapun, tapi perut sialan nya itu malah berbunyi minta diisi.

"Tidak apa-apa. Kamu disini saja dulu ya, kakak akan mencarikan mu makanan," ucap Rama, namun tidak di angguki Vika. Melihat itu Rama menangkup wajah adiknya. Ia tahu jika adiknya sangat khawatir dengan nya. "Kakak hanya sebentar. Kamu tunggu disini dan jangan kemana-mana."

Tanpa menunggu persetujuan Vika, Rama pergi meninggalkan Vika yang terus menatap punggungnya.

Setelah punggung itu menghilang dari pandangan nya, Vika memeluk lututnya, dan menelusupkan wajahnya di sela kaki, menangis melihat kakak nya yang berusaha untuk menjaga nya. "Maafkan Vika kak, maafkan Vika, hiks…hiks…." Vika menangis sesegukan seorang diri. Menyadari dirinya yang selalu membuat kakak nya repot dan kesusahan.

..

..

..

Bersambung 

 

Terpopuler

Comments

Al Ghaniy

Al Ghaniy

gua vote di sini thor.. wlpun lbih suka baca novel action sih.

2022-08-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!