Di sebuah bangunan yang sangat megah, seorang pria tampan duduk di kursi kebesaran nya, menatap asistennya meminta jawaban tentang apa yang di perintahkan nya.
"Bagaimana? Apa masih tidak menemukannya?" Tanya pria bernama Arjuna Devan Arendra, putra tunggal keluarga Arendra.
"Kami belum menemukannya tuan. Seluruh anak buah kita sudah saya sebar di kota itu, namun sampai sekarang belum ada kabar dimana wanita itu berada," jelas asistennya bernama, Zay.
"Sampai kapan aku harus menunggu Zay? Sudah 9 tahun aku menunggu. Tapi sampai sekarang belum ada kabar dimana wanita itu berada. Aku tidak bisa melupakan wajah wanita itu, dia wanita pertama yang aku sentuh dan aku tidak bisa melupakan nya," Arjun merasa frustasi karena lagi-lagi dia belum bisa menemukan siapa wanita yang menghabiskan malam dengannya waktu itu.
"Temukan dia secepatnya. Jika kalian masih belum menemukan wanita itu, akan ku bunuh kalian semua," kesalnya karena sudah terlalu lama menunggu.
"Baik tuan," jawab Zay menunduk. Ia tahu tuannya pasti sangat kesal karena keleletannya.
Arjun menyambar Jasnya dan pergi dari ruangannya, meninggalkan Zay yang mematung di ruangannya. "Jangan mengikuti ku, lebih baik kau pulang saja," perintahnya agar Zay tidak mengikutinya.
"Baik tuan," lagi-lagi Zay mengangguk. Namun tidak begitu saja Zay menuruti perintahnya tuan nya itu, karena menurutnya keselamatan tuannya adalah hal penting. Jadi dimana pun tuannya pergi dia akan tetap menemani nya.
Zay yang melihat tuannya sudah pergi, langsung mengikuti kemana tuannya pergi malam ini. Ia khawatir tuannya frustasi dan bunuh diri karena tidak mendapat kabar tentang wanita yang di carinya itu.
Dari jarak sedikit jauh Zay mengikuti mobil mewah milik tuannya. Di lihatnya mobil tuannya berhenti di sebuah jembatan. Zay yang melihat mengerutkan kening saat melihat tuannya mulai turun dan berdiri di jembatan itu, menatap air yang mengalir di bawahnya.
"Ada apa dengan tuan? Kenapa dia berdiri disana?" Gumamnya masih melihat ke arah tuannya.
Sedangkan Arjuna beberapa kali menghela napas, merasa bersalah kepada wanita yang disentuhnya 9 tahun yang lalu. "Dimana sebenarnya kamu berada? Sudah kucari selama 9 tahun ini, namun tidak sedikitpun aku menemukanmu. Kau tahu aku tidak pernah tenang selama 9 tahun ini? Hati ku terus dihantui rasa bersalah saat mengambil sesuatu hal yang berharga yang kau jaga selama ini," Arjuna mengusap wajahnya dengan kasar.
Ia menatap rembulan malam yang bersinar di langit, terbayang wajah gadis cantik yang bersama nya malam itu. "Malam itu aku selalu membuang benih ku di rahim mu. Apakah kamu akan hamil?" gumam Arjuna tiba-tiba berkata seperti itu. "Hamil? Mungkinkah ia akan hamil hanya sekali tanam?" Pikir Arjuna bahwa gadis itu mungkin saja hamil anak nya. Entah kenapa Arjuna memiliki pemikiran yang belum tentu itu. Tapi jika itu benar, Arjuna akan sangat lah senang.
Arjuna langsung masuk ke mobilnya dan pergi dari tempat itu. Zay yang melihat tuannya pergi langsung mengikutinya, entah kemana lagi tuannya itu akan pergi.
Cukup lama Zay mengikuti tuannya, ternyata Arjuna kembali ke kediaman nya. Zay yang melihat menghela nafas lega karena tuan nya tidak pergi ke tempat yang berbahaya.
Setelah memastikan tuannya masuk rumah, Zay pergi menuju apartemennya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah karena bekerja seharian.
.
.
Di kamar mewah milik Arjuna, ia langsung mengistirahatkan tubuhnya agar besok pagi saat dia pergi mencari wanita nya, ia terlihat lebih segar. Arjuna juga berharap, semoga apa yang dipikirkan menjadi kenyataan, bahwa dirinya memiliki seorang anak dari wanita yang pernah ia sentuh itu.
.
.
Di tempat lain, Rama sedang mengurus Vika, membukakan obat untuk adiknya minum.
"Minumlah dek. Setelah ini kita istirahat," jelas Rama sambil menyerahkan obat kepada adiknya.
Vika mengangguk, dan meminum obat yang diberikan Rama. Rama yang melihat tersenyum, ia mengelus surai pendek itu dengan penuh kasih sayang. "Kakak akan selalu bersamamu dan menjaga mu selamanya," batin Rama penuh dengan tatapan sayang.
Setelah memastikan Vika meminum obatnya, mereka pun akhirnya tidur bersama, saling berpelukan memberikan kehangatan.
.
.
Pagi-pagi buta, Arjuna meminta Zay untuk datang ke rumahnya, dalam keadaan masih mengantuk Zay pergi ke kediaman Arendra dengan hati yang sedikit kesal. "Apa dia tidak tahu jika ini masih sangat pagi? Mengganggu waktu tidur ku saja," gerutu nya kesal.
Tapi, walaupun Zay menggerutu di sepanjang jalan, ia tetap melaksanakan perintah itu. Beberapa menit berada di perjalanan, Zay pun kini sampai di kediaman Arendra. Satpam yang berjaga membukakan pintu saat mengenali mobil siapa datang.
"Tumben tuan Zay pagi-pagi sudah datang?" Tanya satpam itu membuat Zay mendengus.
"Ini karena tuan mu itu, bikin kesal saja," jawab nya membuat satpam itu terkekeh.
"Tuan saya kan juga tuan anda tuan Zay. Walaupun ngeselin kita tetap harus patuh," jawab satpam dan membuat Zay memutar bola matanya malas. Ia pergi meninggalkan satpam itu yang tersenyum kecil melihat Zay yang sangat kesal. Sangat jarang ia bisa melihat wajah penuh kekesalan itu.
.
.
Zay masuk kedalam kamar nya, ia menatap sebuah koper di atas ranjang. Pikirnya tuannya ini mau pindahan kemana?
Arjuna yang melihat Zay masih diam berdiri menatapnya, bersedekap dada, balas menatap asistennya itu. "Apa aku meminta mu datang kesini hanya melihatku?" Tatapnya dengan tajam. Zay mendapatkan tatapan itu langsung menuju lemari, tahu apa yang harus ia lakukan. Menyusun pakaian tuannya kedalam koper.
Setelah selesai, Zay berdiri di depan Arjuna. "Semua sudah selesai tuan." Arjuna yang melihat mengangguk. Sedangkan Zay yang penasaran karena tuannya membawa pakaian cukup banyak akhirnya bertanya. "Tuan, jika boleh saya tahu anda akan pergi kemana? Dari jadwal kita, sepertinya hari ini anda tidak memiliki janji apapun dengan semua kolega kita?"
"Memang tidak ada janji."
"Lalu?" Tanya Zay masih penasaran.
"Aku ingin pergi ke kota Boden, mencari wanita itu. Entah kenapa aku berpikir jika aku memiliki seorang anak dari nya," jelas Arjuna membuat Zay bingung.
"Anak?" Batin Zay berpikir keras. Mungkinkah malam itu tuannya langsung bisa menghasilkan anak dari benih yang ditanamnya dalam sekali tabur? Tapi jika itu benar, bukankah itu hal yang baik untuk tuannya karena tuan besar dan nyonya besar selalu mendesak menginginkan seorang cucu dari putra semata wayangnya itu.
Arjuna yang melihat Zay diam, sangat kesal. Pikirnya, apakah asisten nya itu mendengar nya atau tidak. Jika tidak, bersiaplah mendapatkan bogem mentah darinya. "Kau tidak mendengar apa yang ku katakan, Zay?"
"Eh, saya mendengar tuan," jawab Zay sadar dengan lamunannya.
"Baiklah, kau pulanglah dan bersiap. Hari ini kita langsung berangkat," perintahnya dan di angguki Zay.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Liswati Angelina
mungkin rama anaknya
2022-08-29
1