Di sebuah bangunan tua yang rusak, tinggallah dua orang anak. Mereka bernama Rama dan Vika. Mereka berdua adalah dua saudara, namun bukan saudara kandung. Rama sebagai seorang kakak dan Vika sebagai seorang adik.
Saat ini umur mereka adalah 8 tahun. Mereka yang hanya hidup sebatang kara, harus mati-matian bertahan hidup di kota yang kejam itu.
Setelah ibu, kakek dan nenek nya meninggal, Rama bertemu dengan Vika saat pergi dari desa ke kota. Dan saat itulah ia bertemu dengan Vika yang sedang menangis sendirian. Rama pun menghampiri dan menjadikan Vika sebagai adiknya. Dan setelah itu mereka berdua hidup bersama layak nya dua saudara.
Keduanya menjalani hidup dengan susah, dan mencoba bertahan hidup di kota yang kejam itu dengan tangan dan kaki nya sendiri demi mencari sesuap makanan untuk mengganjal perut mereka.
Rama menceritakan kepada Vika jika dirinya memiliki keluarga, hanya saja keluarganya telah meninggal di desa. Sedangkan Vika sendiri ia tidak memiliki keluarga karena sedari bayi dia di asuh oleh ibu panti asuhan dan kini dia berada di kota sendirian karena kabur saat dirinya di culik. Ia tidak bisa kembali karena ia tidak tahu dimana panti asuhan itu berada.
Rama juga menceritakan jika nenek nya pernah bercerita tentang ibunya yang meninggal saat dirinya dilahirkan. Sedangkan untuk ayahnya, nenek dan kakeknya tidak mengatakan apapun, mereka hanya mengatakan jika ayahnya juga meninggal menyusul ibunya di surga. Tapi entah itu benar atau salah, Rama yang hanya seorang anak kecil percaya begitu saja, karena ia sendiri tidak tahu kebenarannya. Bahkan nama dan wajah ayah nya ia sama sekali tidak tahu. Ia hanya memiliki sebuah Bros yang di berikan oleh nenek nya pada saat sebelum nenek nya meninggal. Nenek nya mengatakan jika Bros itu adalah peninggalan ayahnya.
.
.
Kita mulai perjalanan kisah Cinta Diantara Perselisihan Dua Keluarga
(Cinta Rama Dan Vika)
.
.
.
Dua bocah yang memiliki wajah tampan dan cantik itu kini berjalan bergandengan menuju pasar dimana biasa mereka mencari makanan. Mereka akan bekerja, membantu siapapun agar mereka bisa mendapatkan makanan untuk mereka makan setiap harinya.
"Dek, nanti jika kamu lelah kamu harus istirahat. Kakak tidak ingin kamu kelelahan dan akhirnya sakit," jelas bocah bernama Rama, sebagai kakak.
Vika yang sebagai adik, mengangguk. Melihat itu bibir Rama tersenyum. Yah, walaupun dalam hatinya ia begitu sedih. Saat melihat wajah adiknya yang setiap hari pucat, ia begitu khawatir, takut apa yang dikhawatirkan terjadi. Namun untuk mengetahui apakah sakit adiknya parah atau tidak, ia tidak memiliki biaya untuk membawa adiknya di rumah sakit.
"Kakak sayang pada mu dek. Jangan pernah sekalipun pergi dari kakak. Kakak akan berusaha sekuat tenaga untuk menjaga mu dan membuat mu bahagia." Batin Rama dengan air mata yang tiba-tiba menetes di pipinya.
Vika menoleh, karena kakaknya tiba-tiba diam. Matanya yang lembut Itu melihat bulir air mata yang menetes di pipi kakak nya itu.
"Kakak menangis?" Tanya Vika menatap.
Rama yang mendengar pertanyaan itu membuang muka, dan dengan cepat mengusap air mata sialan itu. "Tidak, kakak tidak menangis," jawab Rama tersenyum dengan mata menahan tangis.
Vika berhenti, membuat Rama juga ikut berhenti. "Aku tahu kakak menangis. Apakah itu karena adik?" Tanya Vika menatap mata kakak nya yang merah.
Rama tidak menjawab, ia memeluk tubuh adik angkatnya itu. Menangis dengan diam, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Vika yang di peluk hanya diam, namun air matanya juga menetes. Ia tahu kakaknya pasti sedih dengan keadaan nya ini. Ia tahu jika dirinya pasti tidak baik-baik saja, karena jika sedikit saja ia lelah, maka dada nya akan sesak dan sulit bernapas.
Sebenarnya Vika tidak ingin membuat kakaknya khawatir, tapi Vika tidak bisa berbuat apa-apa karena semua itu tak luput dari penglihatan kakak nya. Dan akhirnya dirinya sama sekali tidak bisa menyembunyikan semua itu dari kakaknya, keluarga yang dimiliki satu-satunya olehnya.
Rama mengusap matanya, begitupun dengan Vika. Mereka saling melepas pelukan dan tersenyum. "Ayo, nanti keburu siang," ajak Rama dan di angguki Vika.
Padahal waktu saat ini masih lah petang. Jika untuk anak seumurannya masih terlelap, tapi tidak untuk Rama dan Vika. Mereka harus bangun sepagi mungkin dan pergi ke pasar untuk membantu para penjual mengangkat barang dagangan untuk mendapatkan imbalan uang kecil dan nasi untuk sarapan.
Dengan langkah kecil mereka berdua berjalan menuju tujuan, dan juga bernyanyi riang untuk memberi hiburan hati mereka yang menderita.
.
.
Sesampainya di pasar, mereka langsung mencari pekerjaan untuk mereka. Mencari pedagang yang membutuhkan tenaganya.
"Pak, apakah kami bisa membantu?" Tanya Rama berdiri di depan seorang pedagang muda.
"Tidak! Hus, pergi sana. Mengganggu saja," jawab pria itu mengusir.
Rama dan Vika menunduk. Setelah itu Rama menggenggam tangan adiknya dan tersenyum. "Kita cari lagi yang lain, yang membutuhkan kita." Vika menatap kakaknya dan mengangguk.
Mereka berdua pun pergi mencari orang yang membutuhkan tenaga nya. Namun sampai jam 10 pagi, tidak ada seorang pun yang mau menggunakan jasanya. Dan itu membuat mereka sangat sedih.
"Apakah karena kami kecil, mereka menolak kami?" Batin Rama sedih sambil memeluk adiknya yang bersandar di bahunya.
Kruuk…..kruuk…..
Suara perut Vika yang lapar. Rama melihat ke arah adiknya. "Adek lapar?" Tanya Rama dan di angguki Vika.
"Maaf kak," jawab Vika sedih. Ia tahu pagi ini mereka belum mendapatkan apapun, tapi perut sialan nya itu malah berbunyi minta diisi.
"Tidak apa-apa. Kamu disini saja dulu ya, kakak akan mencarikan mu makanan," ucap Rama, namun tidak di angguki Vika. Melihat itu Rama menangkup wajah adiknya. Ia tahu jika adiknya sangat khawatir dengan nya. "Kakak hanya sebentar. Kamu tunggu disini dan jangan kemana-mana."
Tanpa menunggu persetujuan Vika, Rama pergi meninggalkan Vika yang terus menatap punggungnya.
Setelah punggung itu menghilang dari pandangan nya, Vika memeluk lututnya, dan menelusupkan wajahnya di sela kaki, menangis melihat kakak nya yang berusaha untuk menjaga nya. "Maafkan Vika kak, maafkan Vika, hiks…hiks…." Vika menangis sesegukan seorang diri. Menyadari dirinya yang selalu membuat kakak nya repot dan kesusahan.
..
..
..
Bersambung
Di tempat Rama berada. Rama melihat sekeliling, karena dia harus mendapat kan makanan untuk adiknya, ia menyerobot pekerjaan orang dan membantu seorang wanita mengangkat belanjaan nya.
"Bu, izinkan saya membantu anda," ucap Rama sopan, berharap wanita itu menerima bantuannya.
Ibu itu menatap anak kecil itu, dia bingung menjawab nya. Namun sebelum ibu itu menjawab, seorang pria muda datang dan langsung mendorong Rama karena Rama berdiri di dekat barang belanjaan ibu itu.
Bruk…
Rama terjatuh karena dorongan kuat itu. Pria itu menatap dengan ejekan. "Apa lihat-lihat? Kau mau mengambil pekerjaan ku kan? Jangan mimpi aku akan membaginya untuk mu anak kecil."
Rama berdiri, dan menatap pria itu. Walaupun dorongan pria itu sangat kuat, Rama tidak menangis. "Kak, beri aku sedikit pekerjaan. Aku membutuhkannya," ucap Rama dengan suara yang begitu manis, memohon.
"Tidak akan," jawab pria itu tetap tidak ingin pekerjaan nya di bagi dengan orang lain. Ia tidak ingin membagi upahnya nanti dengan bocah kecil itu, sangat merugikannya menurutnya.
Ibu yang yang berdiri di samping mereka menghela nafas, dan berkata. "Biarkan dia membantu." Ibu itu beralih menatap Rama, dan mengelus kepala itu dengan lembut. "Bawalah yang ringan, biar kakak ini membawa yang berat."
"Terimakasih Bu sudah mengizinkan ku," ucap Rama senang. Namun tidak untuk pria itu, ia nampak kesal. Tapi jika dia tidak menuruti perintah ibu itu, bisa-bisa tenaganya tidak digunakan lagi untuk ibu itu. Dan dengan terpaksa dia pun membagi belanjaan itu, yang ringan untuk Rama dan yang berat untuk dirinya.
Dengan sekuat tenaga, Rama membawa belanjaan itu. Walaupun itu ringan bagi orang dewasa. Tapi tidak untuk nya, tetap berat dan mengeluarkan banyak tenaga.
Dengan tangan yang mencoba membawa belanjaan itu agar tidak jatuh, Rama berjalan dengan perlahan, sampai dirinya tertinggal oleh pria dan ibu itu. Rama terus berusaha agar bisa menghasilkan uang untuk membeli makanan, "Aku harus bisa, harus semangat agar adik bisa makan," gumam Rama sekuat tenaga. Keringat menetes di keningnya karena dia menggunakan semua tenaga nya.
Pria dan ibu itu yang melihat dari kejauhan hanya diam, melihat Rama yang berusaha membawa belanjaan nya agar baik-baik saja. "Anak yang baik," batin ibu itu.
Sesampainya di depan ibu itu, Rama dan pria itu membantu memasukkan belanjaan ke dalam mobil. Setelah selesai, ibu itu memberikan masing-masing dari mereka upah untuk tenaga mereka.
"Ini untuk kalian. Terimakasih karena sudah membantu," wanita itu menyerahkan uang kepada mereka berdua.
"Terimakasih buk," jawab mereka bersama dan ibu itu pun pergi dari tempat itu.
Rama melihat uang yang ada di berikan ibu itu, walaupun uang itu tidak lah besar, tapi ia begitu senang karena mendapatkan uang iti, uang yang dihasilkan dari jerih payahnya nya. Ia teringat dengan adiknya yang kelaparan. Rama berpikir setelah ini ia akan mencari makanan untuk adik dan dirinya, karena dirinya pun juga sangat kelaparan sampai gemetaran.
"Kak, aku pergi dulu. Terimakasih karena mau berbagi pekerjaan dengan ku," ucap Rama menundukkan kepala tanda terimakasih.
Rama berbalik untuk pergi. Namun sebelum Rama pergi, tubuh itu ditarik oleh pria itu.
"Mau kemana kau?" Tanya pria itu dengan wajah tak bersahabat.
"Rama mau pergi kak. Adik Rama sudah menunggu Rama," jawab Rama sedikit takut saat melihat perubahan wajah pria di depannya. Ia menyembunyikan uang di dalam genggaman nya, di balik tubuh nya. Pria itu yang yang melihat tersenyum misterius dan dengan cepat tangan itu menarik tangan Rama, mencoba mengambil uang yang ada di tangan itu.
"Jangan kak, ini uang Rama," tahan Rama mencoba mempertahankan uang yang ada di tangan nya.
"Bawa sini uangmu! Kau tidak pantas mendapatkan nya. Kau tahu, uang ini seharusnya milik ku," pria itu mencoba merebut uang milik Rama.
"Jangan kak, hiks…uang ini milik Rama. Rama yang bekerja tadi. Jangan ambil uang Rama," Rama terus mencoba mempertahankan miliknya.
"Dasar keras kepala," marahnya dan menampar wajah Rama dengan keras.
Plak….
Tubuh Rama langsung terhuyung dan jatuh ke tanah, tangan nya yang mempertahankan uang itu akhirnya lepas. Dan uangnya berhasil diambil oleh pria itu. Rama bangun tidak menghiraukan rasa sakit di wajahnya. Ia mencoba mengambil milik nya lagi.
"Bawa sini uang ku, itu milik ku," Rama mencoba merebut kembali uang miliknya.
"Kau itu bandel sekali. Kau mau melawan ku bocah sialan!" Pria itu mencekik leher Rama dan mengangkatnya membuat Rama terbatuk-batuk karena cekikan itu.
Uhuk…Uhuk…
"Le-pas kan a-ku," pinta Rama dengan kaki menendang-nendang.
"Melepaskan mu, mimpi!"
Pria itu bukannya melepas namun malam menampar wajah Rama berkali-kali, membuat wajah itu penuh lebam. Setelah menyiksa anak kecil dengan tanpa perasaan, pria itu melempar tubuh itu ke tanah dalam keadaan kemas.
"Rasain! Makanya jangan membuat masalah dengan ku," ucap pria itu mencium uang hasil rampasannya dan pergi meninggalkan Rama sendirian.
Rama mencoba bangun. Walaupun tubuh nya lemas ia harus segera pergi menemui adiknya agar adiknya tidak khawatir terhadapnya.
Rama menangis, air matanya menetes dengan deras. Dengan berjalan tertatih sesekali ia mengusap matanya yang terus mengeluarkan air mata.
"Hiks…hiks….hiks…maafkan kakak dek, maafkan kakak, hiks…hiks…kakak tidak bisa memberimu makanan," Rama menangis sesegukan karena tidak berdaya.
Sebagai seorang anak kecil yang seharusnya dilindungi, ia malah sebaliknya harus melindungi seseorang dengan usia yang sama dengan nya. Apakah mampu, tentu saja tidak! Tapi dia akan berusaha untuk bertahan demi bertahan hidup bersama adik kesayangannya.
.
.
.
Bersambung
Dengan berjalan pelan masih dengan mengusap wajah nya yang basah karena air mata, ia sampai tidak sadar tubuhnya menabrak seseorang di depannya.
Bruk…
Rama terjatuh ke tanah, sedangkan seseorang yang ditabrak itu langsung menengok ke arah belakang. Dilihatnya seorang anak kecil terjatuh di tanah dengan wajah sembab nya.
Seseorang itu adalah seorang pria tampan yang saat ini sedang menunggu ibunya berbelanja di pasar. Pria itu berjongkok dan menolong Rama.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya pria itu.
"Tapi bukannya menjawab, Rama malah menangis kencang karena apa yang di lalui nya begitu berat untuk nya.
Wa……hiks…hiks…hiks…
Wajah Rama memerah karena tidak bisa menahan tangis nya dengan diam. Ia menangis dengan histeris untuk meluapkan ketidakberdayaan nya. Pria yang ada di depannya bingung, dengan anak kecil yang tiba-tiba menangis itu.
"Hei, kamu kenapa? Apakah sakit? Coba sini aku lihat?" Tanya pria itu menolong dan mencari apakah ada luka.
Rama menggeleng masih dengan Isak tangisnya, mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Namun pria itu tidak percaya sama sekali, karena wajah anak kecil di depannya itu terdapat luka lebam di wajahnya.
"Ada apa dengan wajahmu?" Tanya pria itu dengan kening berkerut.
Rama diam, tidak menjawab pertanyaan itu, tapi masih dengan air mata yang tetap mengalir. Rama tidak boleh mengatakan apapun kepada orang asing. Karena ini deritanya, jadi biarlah dia menanggung nya sendiri. Lagian jika dirinya berkata apa yang dialaminya, mereka juga tidak akan menolong, hanya bersimpati saja.
"Ini hanya jatuh tuan, terima kasih sudah menolong saya. Maaf karena saya menabrak anda. Saya permisi dulu tuan," pamit Rama tidak ingin menyusahkan orang lain. Ia akan berusaha sendiri sekuat tenaganya.
Rama pergi meninggalkan pria itu. Dan menuju tempat dimana adiknya berada. Namun saat sampai tak jauh dari tempat dia meninggalkan adiknya, ia melihat kerumunan banyak orang di tempat itu. Pikirannya melayang tentang adiknya.
Vika!"
Rama berlari kencang menuju tempat kerumunan itu, berharap tidak terjadi sesuatu dengan adiknya. Namun saat sampai jantung nya seolah berhenti melihat adiknya tergeletak lemas dengan mendekap satu nasi bungkus di pelukannya.
"Adik..!" Teriak Rama langsung memeluk tubuh itu. Rama menangis pilu melihat adiknya yang lemas. "Dik, bangun dik, hiks…hiks…," Rama memeluk tubuh itu dengan derai air mata. Sungguh dia rasanya tidak sanggup jika harus kehilangan adiknya, satu-satunya keluarga nya.
"Hiks….hiks…. Bangun dik, bangun," Rama terus mengguncang tubuh itu agar adiknya bangun.
Semua orang yang melihat hanya diam, seolah mereka tidak memiliki hati nurani melihat dua bocah kecil yang malang itu. Mereka bukan tidak ingin membantu, tapi keadaan untuk membantu mereka berobat lah yang tidak mampu. Mereka tahu siapa kedua bocah itu, bocah yang tidak memiliki keluarga sama sekali.
Rama menangis tanpa henti. Melihat banyak orang hanya diam, Rama berdiri dan mencoba menggendong adiknya untuk dia bawa ke rumah sakit. Namun karena tubuh mereka sama besarnya, Rama pun kesusahan menggendong adiknya.
Semua orang yang ada di tempat itu sama sekali tidak mau membantu Rama yang berusaha membawa adiknya pergi kerumah sakit. Rama tidak meminta atau memohon kepada mereka, karena Rama yakin mereka akan menolak permohonannya.
Rama yang kesusahan, akhirnya melihat sekeliling. Matanya nya melihat sebuah gerobak yang tidak bagus lagi, ia langsung berlari mengambil gerobak itu dan membawanya di dekat adiknya yang lemah.
Dengan sekuat tenaga dan sambil menangis, Rama membawa tubuh Vika kedalam gerobak itu dan setelah itu mendorong nya menuju rumah sakit.
Hah… hah… hah…
Dengan napas terengah-engah Rama masih mendorong, "Bertahan lah dik, bertahan lah. Kakak akan membawa mu ke rumah sakit. Bertahanlah kakak mohon, hiks...hiks…"
Cukup lama Rama mendorong gerobak itu, kini Rama sampai di rumah sakit besar. Ia berlari memanggil suster untuk menolongnya.
"Suster, tolong adik saya sus," pinta Rama dengan air mata dan keringat di seluruh tubuhnya karena lelah mendorong gerobak itu.
"Dimana dia?" Jawab suster itu.
"Disana," tunjuk nya pada sebuah gerobak jelek.
Suster itu pun mengikuti Rama yang berlari menuju gerobak yang terdapat Vika di dalam nya. Suster muda itu yang melihat langsung menggendong Vika dan membawanya masuk dengan tergesa-gesa.
"Dok, tolong anak ini dok," pinta suster itu pada dokter yang berpapasan dengan nya.
Dokter itu pun langsung meminta suster membawa ke ruang pemeriksaan, memeriksa apa yang terjadi dengan gadis kecil itu. Rama yang berada di luar ruangan, diam. Berdoa, semoga adiknya baik-baik saja.
Cukup lama menunggu, dokter pun memanggil Rama, karena Rama adalah kakak gadis kecil itu. Dokter itu menunjukkan CT Scan pada Rama. Rama yang tidak paham hanya melihat nya. Dokter yang melihat Rama tidak tahu itu akhirnya menjelaskan keadaan Vika dengan rinci dan secara jelas. Rama yang mendengar penjelasan itu langsung sedih. Air matanya kembali menetes saat tahu adiknya memiliki penyakit paru-paru. Ia bingung bagaimana menyembuhkan adiknya, sedangkan mencari uang saja ia belum mampu.
..
..
Setelah dua hari di rawat di rumah sakit itu atas izin dokter yang menolongnya, kini Vika sudah lebih baik. Dan Rama yang tidak ingin terlalu merepotkan dokter itu akhirnya membawa pulang Vika ke tempat nya, tempat dimana mereka berteduh saat panas dan hujan.
Rama sudah meminta izin kepada dokter itu, dan dokter itu pun mengizinkan karena Vika terus saja merengek untuk pulang, khawatir kakaknya tidak bisa membayar biaya rumah sakit. Namun tanpa Vika ketahui, dokter itu telah memberikan perawatan serta obat secara gratis untuk Vika. Bahkan Rana diminta untuk datang langsung menemui jika Vika kembali sakit lagi.
"Terimakasih dok, karena telah merawat adik saya," ucap Rama begitu sopan.
"Tidak masalah anak baik. Jika kamu perlu sesuatu datanglah ke sini, atau jika obat adikmu habis kamu bisa memintanya pada ku lagi. Aku akan memberikannya," dokter itu tersenyum dan mengelus kepala Rama.
Setelah berpamitan dengan dokter itu, Vika dan Rama pergi dari rumah sakit dengan Rama yang menuntun adiknya dengan berjalan kaki.
"Dek, jika lelah kamu harus ngomong sama kakak."
"Em," Vika mengangguk kepala.
Kedua anak itu berjalan di tepi jalan, menyusuri jalanan ramai itu. Sesekali mereka akan berhenti karena lelah. Dan jika mereka lapar, Rama akan mencarikan makanan di tempat yang mereka lewati. Seperti memungut sisa makan orang lain yang dibuang di tong sampah.
Rama dan Vika tidak peduli jika itu sisa milik orang lain, yang penting saat ini mereka bisa makan kenyang tanpa kelaparan.
.
.
.
SELAMAT MEMBACA YA. JANGAN LUPA LIKE KOMEN DAN TAP FAVORITNYA.😘😘😘😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!