Dengan berjalan pelan masih dengan mengusap wajah nya yang basah karena air mata, ia sampai tidak sadar tubuhnya menabrak seseorang di depannya.
Bruk…
Rama terjatuh ke tanah, sedangkan seseorang yang ditabrak itu langsung menengok ke arah belakang. Dilihatnya seorang anak kecil terjatuh di tanah dengan wajah sembab nya.
Seseorang itu adalah seorang pria tampan yang saat ini sedang menunggu ibunya berbelanja di pasar. Pria itu berjongkok dan menolong Rama.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya pria itu.
"Tapi bukannya menjawab, Rama malah menangis kencang karena apa yang di lalui nya begitu berat untuk nya.
Wa……hiks…hiks…hiks…
Wajah Rama memerah karena tidak bisa menahan tangis nya dengan diam. Ia menangis dengan histeris untuk meluapkan ketidakberdayaan nya. Pria yang ada di depannya bingung, dengan anak kecil yang tiba-tiba menangis itu.
"Hei, kamu kenapa? Apakah sakit? Coba sini aku lihat?" Tanya pria itu menolong dan mencari apakah ada luka.
Rama menggeleng masih dengan Isak tangisnya, mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Namun pria itu tidak percaya sama sekali, karena wajah anak kecil di depannya itu terdapat luka lebam di wajahnya.
"Ada apa dengan wajahmu?" Tanya pria itu dengan kening berkerut.
Rama diam, tidak menjawab pertanyaan itu, tapi masih dengan air mata yang tetap mengalir. Rama tidak boleh mengatakan apapun kepada orang asing. Karena ini deritanya, jadi biarlah dia menanggung nya sendiri. Lagian jika dirinya berkata apa yang dialaminya, mereka juga tidak akan menolong, hanya bersimpati saja.
"Ini hanya jatuh tuan, terima kasih sudah menolong saya. Maaf karena saya menabrak anda. Saya permisi dulu tuan," pamit Rama tidak ingin menyusahkan orang lain. Ia akan berusaha sendiri sekuat tenaganya.
Rama pergi meninggalkan pria itu. Dan menuju tempat dimana adiknya berada. Namun saat sampai tak jauh dari tempat dia meninggalkan adiknya, ia melihat kerumunan banyak orang di tempat itu. Pikirannya melayang tentang adiknya.
Vika!"
Rama berlari kencang menuju tempat kerumunan itu, berharap tidak terjadi sesuatu dengan adiknya. Namun saat sampai jantung nya seolah berhenti melihat adiknya tergeletak lemas dengan mendekap satu nasi bungkus di pelukannya.
"Adik..!" Teriak Rama langsung memeluk tubuh itu. Rama menangis pilu melihat adiknya yang lemas. "Dik, bangun dik, hiks…hiks…," Rama memeluk tubuh itu dengan derai air mata. Sungguh dia rasanya tidak sanggup jika harus kehilangan adiknya, satu-satunya keluarga nya.
"Hiks….hiks…. Bangun dik, bangun," Rama terus mengguncang tubuh itu agar adiknya bangun.
Semua orang yang melihat hanya diam, seolah mereka tidak memiliki hati nurani melihat dua bocah kecil yang malang itu. Mereka bukan tidak ingin membantu, tapi keadaan untuk membantu mereka berobat lah yang tidak mampu. Mereka tahu siapa kedua bocah itu, bocah yang tidak memiliki keluarga sama sekali.
Rama menangis tanpa henti. Melihat banyak orang hanya diam, Rama berdiri dan mencoba menggendong adiknya untuk dia bawa ke rumah sakit. Namun karena tubuh mereka sama besarnya, Rama pun kesusahan menggendong adiknya.
Semua orang yang ada di tempat itu sama sekali tidak mau membantu Rama yang berusaha membawa adiknya pergi kerumah sakit. Rama tidak meminta atau memohon kepada mereka, karena Rama yakin mereka akan menolak permohonannya.
Rama yang kesusahan, akhirnya melihat sekeliling. Matanya nya melihat sebuah gerobak yang tidak bagus lagi, ia langsung berlari mengambil gerobak itu dan membawanya di dekat adiknya yang lemah.
Dengan sekuat tenaga dan sambil menangis, Rama membawa tubuh Vika kedalam gerobak itu dan setelah itu mendorong nya menuju rumah sakit.
Hah… hah… hah…
Dengan napas terengah-engah Rama masih mendorong, "Bertahan lah dik, bertahan lah. Kakak akan membawa mu ke rumah sakit. Bertahanlah kakak mohon, hiks...hiks…"
Cukup lama Rama mendorong gerobak itu, kini Rama sampai di rumah sakit besar. Ia berlari memanggil suster untuk menolongnya.
"Suster, tolong adik saya sus," pinta Rama dengan air mata dan keringat di seluruh tubuhnya karena lelah mendorong gerobak itu.
"Dimana dia?" Jawab suster itu.
"Disana," tunjuk nya pada sebuah gerobak jelek.
Suster itu pun mengikuti Rama yang berlari menuju gerobak yang terdapat Vika di dalam nya. Suster muda itu yang melihat langsung menggendong Vika dan membawanya masuk dengan tergesa-gesa.
"Dok, tolong anak ini dok," pinta suster itu pada dokter yang berpapasan dengan nya.
Dokter itu pun langsung meminta suster membawa ke ruang pemeriksaan, memeriksa apa yang terjadi dengan gadis kecil itu. Rama yang berada di luar ruangan, diam. Berdoa, semoga adiknya baik-baik saja.
Cukup lama menunggu, dokter pun memanggil Rama, karena Rama adalah kakak gadis kecil itu. Dokter itu menunjukkan CT Scan pada Rama. Rama yang tidak paham hanya melihat nya. Dokter yang melihat Rama tidak tahu itu akhirnya menjelaskan keadaan Vika dengan rinci dan secara jelas. Rama yang mendengar penjelasan itu langsung sedih. Air matanya kembali menetes saat tahu adiknya memiliki penyakit paru-paru. Ia bingung bagaimana menyembuhkan adiknya, sedangkan mencari uang saja ia belum mampu.
..
..
Setelah dua hari di rawat di rumah sakit itu atas izin dokter yang menolongnya, kini Vika sudah lebih baik. Dan Rama yang tidak ingin terlalu merepotkan dokter itu akhirnya membawa pulang Vika ke tempat nya, tempat dimana mereka berteduh saat panas dan hujan.
Rama sudah meminta izin kepada dokter itu, dan dokter itu pun mengizinkan karena Vika terus saja merengek untuk pulang, khawatir kakaknya tidak bisa membayar biaya rumah sakit. Namun tanpa Vika ketahui, dokter itu telah memberikan perawatan serta obat secara gratis untuk Vika. Bahkan Rana diminta untuk datang langsung menemui jika Vika kembali sakit lagi.
"Terimakasih dok, karena telah merawat adik saya," ucap Rama begitu sopan.
"Tidak masalah anak baik. Jika kamu perlu sesuatu datanglah ke sini, atau jika obat adikmu habis kamu bisa memintanya pada ku lagi. Aku akan memberikannya," dokter itu tersenyum dan mengelus kepala Rama.
Setelah berpamitan dengan dokter itu, Vika dan Rama pergi dari rumah sakit dengan Rama yang menuntun adiknya dengan berjalan kaki.
"Dek, jika lelah kamu harus ngomong sama kakak."
"Em," Vika mengangguk kepala.
Kedua anak itu berjalan di tepi jalan, menyusuri jalanan ramai itu. Sesekali mereka akan berhenti karena lelah. Dan jika mereka lapar, Rama akan mencarikan makanan di tempat yang mereka lewati. Seperti memungut sisa makan orang lain yang dibuang di tong sampah.
Rama dan Vika tidak peduli jika itu sisa milik orang lain, yang penting saat ini mereka bisa makan kenyang tanpa kelaparan.
.
.
.
SELAMAT MEMBACA YA. JANGAN LUPA LIKE KOMEN DAN TAP FAVORITNYA.😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments