CHAPTER 4

Pulang sekolah seperti biasa Alea dan Kiara pulang bareng, tak sengaja Alea melihat sosok yang ia kenali. Revan. Duduk di motornya yang tak jauh dari Alea.

"Revan?" gumam Alea lirih, namun Kiara mendengarnya dan mengikuti arah pandangan Alea.

"Itu yang namanya Revan?" tanya Kiara yang sudah melihat keberadaan Revan disana.

"Iissh, Lo denger gue ngomong Ki?" tanya Alea balik. Alea dan Kiara berjalan terus ke arah Revan karena memang itu jalan satu satunya yang mereka lewati.

"Gue denger lah, kan gue punya telinga nih." tunjuk Kiara pada telinganya sendiri. Alea terkekeh menanggapi Kiara.

"Jadi? Bener itu yang namanya Revan?" Tanya Kiara sekali lagi, Alea hanya mengangkat bahunya acuh.

"Kita liat aja nanti." Alea tersenyum seperti memikirkan sesuatu.

Hingga mereka semakin dekat dengan Revan, dengan sengaja Alea melewati Revan. Revan melihat sosok Alea melewatinya dari ekor matanya.

"Alea." Tegur Revan membuat Alea dan Kiara berhenti. Alea tampak tersenyun jail lalu memasang wajah datarnya.

"Ya?" ujar Alea.

"Lo ngga nyapa gue? Padahal lo liat gue disini." Protes Revan.

"Harus gitu gue negur lo?" Ujar Alea datar. Sungguh Alea ingin tertawa sekarang. Revan hanya berdecak, sungguh dia tidak ingin bertengkar dengan Alea sekarang.

"Lo ngapain sih di sini? Nungguin gue?"Tanya Alea dengan percaya dirinya.

"Iya." Singkat Revan yang memandang Alea datar. Bukan itu yang ingin Alea dengar sungguh, sebenarnya Alea cuma menggoda Revan, apa Revan akan mengatakan jika Alea itu kepedean. Namun Revan malah mengiyakan pertanyaan Alea. Alea gugup sekarang.

"Cie Alea, yaudah gue pulang dulu kalo gitu. Bye Al" Kiara menyenggol lengan Alea lalu pergi menjauh dari Alea tanpa menunggu persetujuan Alea.

"Temen yang pengertian." Ujar Revan geleng-geleng menatap kepergian Kiara. Lalu menoleh ke arah Alea yang seperti tikus terjebak perangkap.

"Yuk gue anter lo pulang." Ajak Revan kemudian.

"Apa hak lo nyuruh gue pulang bareng lo?" Alea mencoba mengontrol kegugupannya.

"Ck, tinggal naik apa susahnya sih? Gue ngga akan culik lo koq, buat apa nyulik lo?" Revan berdecak, Mau tidak mau Alea menaiki motor Revan.

Revan tersenyum saat Alea mau pulang dengan dia. Motor itu melaju meninggalkan sekolah Alea. Alea bingung ini bukan jalan pulang ke rumahnya.

Motor Revan berhenti, Alea memandang sekeliling, lalu menatap Revan penuh dengan tanda tanya.

"Ngapain lo bawa gue kesini?" Tanya Alea menoleh ke arah Revan yang sedang memandang ke arah pantai. Ya, mereka ke pantai sekarang.

"Gue jenuh di rumah, gue butuh refreshing, tapi gue ngga mau sendirian makanya gue ngajak lo. Apa itu udah jelas buat jawab pertanyaan lo?" Revan menoleh ke arah Alea, menatapnya datar namun seperti? Ah lupakan. Alea tersentak ditatap seperti itu. Ia pun menggeleng, menepis perasaan bodoh yang dengan lancang mempengaruhinya.

"Belum. Gue belum puas dengan jawaban lo." Ujar Alea. Revan mengangkat sebelah alisnya bingung.

"Apa yang masih belum jelas?" Tanya Revan.

"Kenapa lo ngajakin gue, kenapa ngga ngajak yang lain aja, Kek misal,-" ucapannya terhenti.

"Gue ngga punya pacar kalo itu yang mau lo bilang." potong Revan lalu menghadap ke pantai lagi, membuat Alea mendengus. Alea tidak kehabisan akal untuk membuat Revan kesal padanya.

"Ohya? Gue ngga percaya." pancing Alea, lalu ikut memandang indahnya pantai itu.

"Terserah kalo lo ngga percaya." Cetus Revan, Sepertinya rencana Alea berhasil, Revan kesal sekarang. Sementara itu Alea justru tertawa melihatnya dan menambah kejengkelan Revan.

***

Kiara berjalan sendirian setelah meninggalkan Alea berdua dengan Revan.Tiba-tiba saja seseorang menegurnya.

"Kiara? lo sendirian?" Kiara menoleh dan mendapati Della di dalam mobil menyapanya.

"Della, Iya nih Del, temen gue lagi ada urusan." Kiara tersenyum dan dibalas anggukan oleh Della. Della turun dari mobilnya.

"Eh gimana kalo kita jalan-jalan." Ajak Della.

"Kemana?" Tanya Kiara, Dellapun sebenarnya tidak tahu mau bawa Kiara kemana.

"Kemana ya enaknya?" Della tampak berfikir.

"Ah nanti aja kita nentuin mau kemana." lanjut Della, merekapun masuk ke mobil Della. Setelah membaca sebuah pesan dalam ponselnya Della tersenyum dan menoleh ke arah Kiara.

"Eum Ki, gimana kalo kita ke pantai." ujar Della memutuskan kemana tujuan mereka.

"Boleh tuh," ujar Kiara antusias. Mobil Dellapun melaju menuju pantai.

Sampai di pantai, Della mengajak Kiara ke pinggiran pantai. Dering ponsel Della membuat Della menoleh ke arah Kiara.

"Ki, gue angkat telfon dulu ya." Ijin Della. Setelah melihat Kiara mengangguk Dellapun meninggalkan Kiara. Kiara memandang kepergian Della.

"Gimana?" tanya Della tanpa basa basi setelah mengangkat telfonnya.

"Keknya rencana kita gagal, mending kamu bawa Kiara pergi aja deh, sebelum Kiara liat Alea di situ." ujar seseorang di seberang telfon.

Della menghembuskan nafasnya kasar. Della mematikan telfon itu dan berjalan ke arah Kiara.

"Aduh Ki, gue disuruh nyokap pulang cepet nih." Ujar Della sekenanya. Bukan hal yang sulit untuk Della bisa beralasan.

"Yaudah nggapapa, kapan-kapan kita jalan lagi." ujar Kiara tersenyum begitu juga Della.

Mereka beranjak dari situ dan bergegas pulang.

***

"Van" panggil Alea tanpa menoleh ke arah Revan. Sedangkan Revan menoleh ke arah Alea bingung,

Tumben lembut ngomongnya, batin Revan.

"Ya?"

"Makasih ya udah ajak gue kesini. Dan satu lagi." Alea menoleh menatap Revan yang sedari tadi menatapnya.

"Makasih udah ngasih Ar buat gue. Entah itu sebuah keberuntungan atau apa. Mama ngga marah gue melihara kucing di rumah."ujar Alea tulus. Revan tersenyum, lalu bersikap biasa saja.

"Kucing? Kapan gue ngasih kucing sama lo?" tanya Revan.

"Ngga usah pura-pura **** deh. Gue tuh liat lo ke rumah gue, dan satu satunya nama R yang tau kalo gue kabur dari rumah itu cuma lo." sungut Alea kesal. Revan terkekeh melihat Alea seperti itu.

"Sama-sama." Revan menepuk kepala Alea, membuat Alea salah tingkah. Lalu pikiran jailnya muncul.

"Eh tunggu, gue ngga ngasih Ar ke lo, tapi nitipin ya." ujar Revan. Alea kembali mendengus kesal. Revanpun tersenyum.

"Mau gue kasih sesuatu lagi ngga?" Tanya Revan berharap Alea tidak marah lagi. Benar saja Alea menoleh.

"Apa?" tanya Alea datar.

Revan menggandeng Alea ke tengah pantai, Revan tampak seperti mencari sesuatu. Lalu memungut dua cangkang kerang kecil tak jauh dari tempatnya berdiri. Revanpun memberikan kerang kecil itu pada Alea.

"Sebutin apa yang lo lalu lo lempar kerang ini ke laut." pinta Revan, Alea terkekeh namun menuruti permintaan Revan.

Saat Alea memejamkan matanya menyebutkan keinginannya, diam diam Revan tersenyum. Aleapun membuka matanya berjalan beberapa langkah meninggalkan Revan dan melempar kerang itu.

"Coba deh kamu minta sesuatu sama kerang ini, terus kamu lempar kerang ini kesana." tunjuk gadis kecil 10 tahun ke arah lautan. Lalu menoleh ke arah cowok yang berselisih lima tahun dengan gadis itu.

"Emang bakal terkabul?" cowok itu tampak ragu melakukannya. Namun ia tetap melakukannya saat gadis itu mengangguk dan tersenyum padanya.

 

"Aaw,-" Rasa pusing itu tiba-tiba saja muncul saat bayangan kurang jelas itu muncul dalam pikiran Alea bersamaan dengan ia melempar kerang itu. Alea terduduk di pantai. Revan yang melihat itu langsung berlari ke arah Alea.

"Al lo ngga papa?" Tanya Revan khawatir. Alea menggeleng.

"Gue nggapapa, antar gue pulang." pinta Alea, Revanpun memapah Alea menuju motornya.

"Lo tunggu sebentar disini, gue beliin lo minum dulu." pinta Revan, Alea mengangguk dan terduduk di motor Revan. Pusing itu belum hilang. Rasanya ia ingin terjatuh.

"Al? lo ngga papa?" Tanya seseorang dihadapan Alea. Alea mengangkat pandangannya memutar bola matanya jengah. Orang yang menyapanya bukan Revan tapi Bobby.

"Ngga usah sok kenal sama gue." Ujar Alea datar, tangan satunya masih setia di kepalanya.

"Kenapa? gue kan temen lo." Ujar Bobby tersenyum.

"Gue bukan temen lo." cetus Alea.

Bobby melihat ke arah belakang Alea lalu berteriak membuat Alea terkejut.

"Awas Al, ular." seru Bobby, spontan Alea melompat dengan tubuh yang tidak stabil Alea terjatuh di pelukan Bobby.

"Alea?" tegur seseorang membuat Alea tersadar dan menjauhi Bobby, Alea menoleh dan terkejut mengetahui siapa yang menegurnya barusan.

"Kiara?" Alea tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Jadi ini alasan lo nyuruh gue mutusin Bobby? Karena lo mau milikin Bobby sepenuhnya?" Kiara menatap Alea tak percaya. Sahabat yang ia percaya tega menusuknya dari belakang.

"Gue kira lo sahabat gue Al, ternyata lo gini dibelakang gue." Lanjut Kiara, matanya mulai berkaca menahan air matanya.

Plis Ki, jangan nangis karena gue, gue mohon. batin Alea.

"Bukan gitu Ki, ini ngga seperti apa yang lo liat. Dengerin ,-" Alea menghentikan ucapannya saat Kiara menangkat tangannya.

"Udah lah Al, gue ngga butuh penjelasan dari lo. Lo jahat. Gue,- gue ngga mau liat muka lo lagi." Kiara tidak berani menatap mata Alea saat mengucapkan kata terakhir itu. Kiara berlari meninggalkan Alea.

Alea menatap kepergian Kiara, air matanya tak mampu ia tahan hingga meluruh membasahi kedua pipinya. Dia tidak pernah bertengkar sebelumnya sama Kiara. Alea menoleh ke arah Bobby, dengan tatapan bencinya Alea mendorong Bobby sekuatnya hingga Bobby terjatuh. Bobby tak marah sedikitpun, justru Bobby terkekeh.

"Puas lo ngancurin persahabatan gue sama Kiara?" Alea menatap Bobby penuh emosi.

"Itu akibatnya kalo lo coba-coba untuk ngerusak rencana gue sama Bobby." Ujar Della dari arah belakang Alea. Lalu membantu Bobby berdiri. Alea mengerti sekarang. Ini rencana mereka.

Alea menghentikan taxi yang lewat di hadapannya. Bobby dan Della tertawa memandang kepergian Alea.

Flashback on

Dengan kesal Della mengajak Kiara pulang, beberapa langkah kemudian ponselnya kembali berdering.

Di luar rencana kita, cepet bawa Kiara ke tempat parkiran.

Setelah membaca pesan singkat itu senyum Della kembali muncul. Della celingukan dan menangkap objek yang dicarinya. Della melirik ke arah Kiara.

"Eh Ki, itu bukannya temen lo?" Ujar Della menunjuk ke arah Alea.

"Mana?" Kiara masih mencari sosok yang Della maksud. Dan Kiarapun melihatnya. Melihat Alea yang sedang berbincang dengan Bobby, pacarnya.

Kiara berjalan menuju mereka berada. Della membuntutinya.

Melihat Kiara dan Della menuju ke arahnya, Bobby melancarkan aksinya menakuti Alea dengan bilang ada ular di samping Alea.

Flashback off

Setelah merasa puas Bobby dan Della meninggalkan tempat itu. Rupanya Bobby mengikuti Alea dari pulang sekolah sampai ke sini.

Beberapa menit kemudian Revan kembali ke tempat motornya. Namun tidak menemukan keberadaan Alea. Dengan cepat ia menaiki motornya dan mencari Alea.

***

 

"Pak, aku mohon bukain gerbangnya. Aku mau ketemu sama Kiara." pinta Alea berkali-kali di depan gerbang. Namun satpam di rumah Kiara itu tak kunjung membuka gerbangnya.

"Maaf Non Alea, saya ngga bisa bukain gerbang untuk Non Alea, saya takut dipecat sama Non Kiara." Ujar Pak Dudit, satpam Kiara.

Alea menghembuskan nafasnya pasrah, percuma saja. Tidak ada tanda-tanda Kiara akan menemuinya. Aleapun pasrah lalu pergi dari rumah Kiara.

Kiara yang sedari tadi menatap Alea dari balik jendela rasanya tidak kuat melihat sahabatnya seperti itu. Dalam lubuk hatinya Kiara percaya Alea tak setega itu. Namun matanya menangkap sendiri Alea berbincang asyik dengan Bobby, terlihat dari wajah Bobby yang tersenyum ke arah Alea. Hingga akhirnya Kiara melihat Alea memeluk Bobby. Hatinya sakit mengingat itu.

Alea berjalan gontai entah akan kemana. Beberapa taxi berhenti disampingnya namun Alea enggan menaikinya. Lalu sebuah mobil berhenti disampingnya. Dan seseorang membuka kaca mobil itu.

"Alea." batinnya. Orang itu lalu turun dari mobil. Alea menoleh.

"Kak Naya!" seru Alea saat mengetahui siapa yang menegurnya, Alea menghambur dalam pelukan Naya.

Nayapun membalas pelukan Alea dan mengelus kepalanya. Terdengar isakan Alea dalam pelukannya.

"Kamu kenapa dek?" Tanya Naya khawatir.

Arvian turun dari mobil dan mendekati mereka.

"Mending kita bawa Alea pulang." ujar Arvian. Naya pun membawa Alea ke mobil.

Naya duduk di samping Alea di kursi belakang. Ck, Arvian seperti seorang supir sekarang.

Arvian mengendarai mobilnya ke rumah Alea tentu saja dengan petunjuk dari Naya.

Dari jauh Revan menatap kepergian Alea dan mobil itu. Banyak pertanyaan dalam pikirannya, siapa mereka dan kenapa Alea? Namun Revan hanya melihatnya dari jauh.

Beberapa saat kemudian mereka sampai di rumah Alea, Bi Ida membuka pintu dan menatap Alea khawatir. Alea terlihat sangat lesu.

"Loh Non Alea kenapa Non?" Tanya Bi Ida khawatir pada Naya.

Naya yang setia memapah Alea tak menjawab pertanyaan Bi Ida, hanya saja meminta izin untuk mengantar Alea ke kamarnya. Baru beberapa melangkah, Alea merasa pandangannya buram, iapun ambruk ke lantai karena Naya tak mampu menahan tubuh mereka. Nayapun ikut terjatuh.

"Alea!" Seru Naya dan Arvian, begitu juga Bi Ida yang panik.

Arvian membopong Alea ke kamarnya mengikuti langkah Bi Ida, begitu juga Naya yang mengikuti Arvian dari belakang.

Sampai di kamar Alea, Arvian memberikan Alea minyak angin agar Alea cepat sadar. Arvian meminta Naya menghubungi mama Alea. Naya mengangguk setuju.

Duapuluh menit berlalu. Denada datang dengan Rio di sampingnya.

"Alea kenapa Nay?" tanya Denada pada Naya.

"Kita juga ngga tau Alea kenapa tan." Naya bingung, karena Naya tidak tau apa yang membuat Alea menangis hingga dia pingsan.

"Al, Al bangun." ujar Denada di samping Alea. Alea sadar. Ia menatap ke sekeliling kamarnya.

"Mama, Alea kenapa?" tanya Alea saat mendapati banyak orang di kamarnya.

"Kamu pingsan sayang, kamu kenapa si sayang?" tanya Denada khawatir. Alea tampak mengingat sesuatu dan air matanya kembali menetes.

"Kiara Ma, Alea mau ketemu sama Kiara." Alea mencoba beranjak dari ranjang namun Denada mencegahnya.

"Kiara kenapa sayang?" tanya Denada lembut. Alea tak sanggup menceritakannya. Ia menangis dalam pelukan mamanya.

Arvian mengajak Naya dan Om Rio keluar, mungkin ini privasi untuk Alea.

"Ma, boleh Alea bicara sama Kak Naya?" pinta Alea, melepaskan pelukannya, Denada mengangguk dan memanggil Naya. Sedangkan Denada dan yang lain keluar.

Naya duduk di hadapan Alea.

"Kak, Kiara marah sama aku." adu Alea.

"Kenapa? Apa kalian ada masalah?" Tanya Naya lirih.

Aleapun menceritakan kejadian yang sebenarnya. Naya mengelus lengan Alea, mencoba menenangkan Alea.

"Biar aku yang jelasin semuanya ke Kiara." Naya berdiri namun Alea mencegahnya.

"Ngga kak, Kiara ngga akan percaya." ujar Alea lesu.

"Tapi Dek?" Naya hendak membantah namun Alea menggeleng.

Naya tak tega menatap Alea yang larut dalam kesedihannya. Naya memeluk Alea.

"Udah jangan nangis lagi. Ngga akan lama Kiara pasti mengetahui semuanya." Naya berusaha menenangkan Alea.

"Kak Naya janji jangan tinggalin Alea kek Kiara. Aku ngga sanggup ditinggal orang yang paling dekat sama aku." pinta Alea.

"Aku janji, tapi kamu juga harus janji ngga akan nangis lagi." pinta Naya, Aleapun mengangguk.

Tanpa mereka sadari mereka diawasi oleh orangtua mereka dan juga Arvian di balik pintu yang terbuka sedikit.

***

 

Bi Ida dengan tergesa menuju kamar Alea

"Bi," tegur Denada, Bibipun menoleh ke arah Denada. Denada mendekati Bi Ida.

"Bibi bawa apa?" tanya Denada.

"Anu , ini Bu, buat Non Alea." Ujar Bibi takut kalau kalau majikannya tak mengijinkan. Denada mengangguk lalu menuju ke dapur mengambil makanan untuk Alea. Bibipun menaiki anakntangga menuju kamar Alea.

Suara ketukan pintu membuat Alea mengalihkan pandangannya dari Ar ke pintu kamarnya.

"Masuk." pinta Alea lalu bermain dengan Ar lagi.

"Maaf non, ada yang ngasih ini buat Non Alea." Ujar Bi Ida memberikan sebuah kotak untuk Alea. Aleapun mengambil kotak itu ragu.

"Yaudah bibi turun ya non." pamit Bi Ida. Dan dibalas anggukan oleh Alea.

Dengan enggan Alea membuka Kotak itu. Alea menatap Ar sejenak. Lalu membuka kado itu.

Perasaan gue ngga ulangtaun. pikirnya.

Belum sempat Alea membuka kotak itu, ketukan pintu kamarnya terdengar lagi. Pintu itu terbuka.

"Mama." Alea terkejut, takut kalau mamanya akan marah melihat Alea mendapat kado yang ngga jelas siapa pengirimnya.

"Boleh mama masuk?" pinta mamanya tersenyum.

"Boleh koq ma." Alea memasukkan Ar ke kandangnya. Denada tersenyum.

"Nih mama bawain makanan buat kamu. Kamu ngga mau turun nemenin mama makan." Rajuk Denada. Alea hanya tersenyum merasa bersalah, tapi ia juga enggan keluar dari kamar biarpun sekedar menengok sebentar.

"Ngomong-ngomong itu dari siapa Al?" tanya Denada penasaran.

"Iiihh, mama kepo deh" Alea terkekeh.

"Alea aja ngga tau ma." ujar Alea, diapun membuka kotak itu didampingi Denada.

Boneka? gumam Alea saat telah membuka kotak itu. Denada tersenyum melihat itu.

"Pacar kamu ya yang ngasih?" celetuk Denada.

"Iiih mama, Alea tuh ngga punya pacar." Alea mendengus dalam kotak itu ada sebuah amplop pink. Tanpa pikir panjang Alea mengambil amplop itu dan membukanya.

Jangan nangis lagi, apa karena gue cuma ngelarang lo kabur, lo itu bisa nangis? Oke sekarang gue ngelarang lo kabur dan nangis.

Alea tersenyum membaca surat itu. Tanpa inisial namun Alea tahu siapa pelakunya. Alea berlari ke balkon. Tidak ada siapapun.

Denada memandang putrinya bingung. "Kenapa Al?" tanya Denada. Alea hanya menggeleng dengan senyum yang ia tahan. Namun Denada melihatnya.

"Kalo bukan pacar kamu, terus siapa yang ngasih? koq senyum-senyum" ujar Denada terus meledek putrinya.

"Iiih, apa sih mama, bukan siapa-siapa." bantah Alea.

Denada mengambil amplop itu dan membacanya.

"Oo, jadi ini yang buat kamu sadar jadi kamu pulang?" tanya Denada tersenyum.

"Apa sii mama, enggaa." Alea memalingkan wajahnya. Ia salah tingkah sendiri.

"Udah ah, capek bujukin kamu, itu makanannya jangan lupa dimakan ya sayang." pinta Denada lalu pergi dari kamar Alea, sebelum itu Denada mengecup kening Alea. Alea tersenyum.

"Siap mama!" Ujur Alea memberikan tanda hormat sama mamanya. Membuat Denada terkekeh.

Alea berbaring karpet kamarnya menggenggam surat itu di dadanya.

"Makasih Revan." Ujar Alea menutup matanya tersenyum.

Terpopuler

Comments

Reni Ardiana

Reni Ardiana

smoga kiara sgr sadar bahwa sahabat sejati pasti tk akn prnh slg menyakiti😘

2022-10-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!