CHAPTER 2

"Al, lo masih betah bolos sekolah? Dua hari loh lo bolos sekolah." ujar Kiara saat sedang bercermin memandang Alea yang masih berbaring diranjangnya.

"Gue belum siap ketemu Kak Naya." ucap Alea masih menatap layar ponselnya.

"Ohya ngomong-ngomong soal Kak Naya, kemaren dia nyamperin gue, nanyain lo." ujar Kiara lalu menghentikan kegiatan dandannya.

"Ohya?" tanya Alea lalu meletakkan ponselnya dan berjalan ke arah Kiara.

"Dia nanyain apa?" belum sempat Kiara menjawab, ponsel Kiara berbunyi nyaring. Alea berdecak.

"Noh pangerannya udah nelfon, paling udah dibawah tuh." cibir Alea lalu bersedekap.

Semenjak Alea tidak masuk sekolah, Bobby dengan setia menjemput Kiara. Yang membuat Alea dongkol. Bukan karena ia cemburu namun Alea tak mau jika sahabatnya jatuh sama orang yang salah.

Kiara mengangkat telfonnya dan beberapa menit kemudian dia mengambil tasnya disebelah Alea. Alea mencegah Kiara.

"Lo seneng banget sih dijemput sama si Bobby." ujar Alea kemudian.

"Ya gimana ngga seneng coba Al, kan dijemput pacar." ujar Kiara dengan polosnya.

Alea menepuk jidatnya sendiri. Pertanyaan macam apa barusan? Aleapun menghela nafas.

"Kenapa sih Al?" tanya Kiara bingung. Alea melepaskan genggamannya dari lengan Kiara.

"Nggapapa, udah sana berangkat, ntar lo telat." usir Alea.

"Aneh" ujar Kiara sebelum pergi. Alea mendengarnya namun ia terkekeh sendiri. Bukan gue yang aneh tapi lo Ki. batin Alea. Alea menggeleng.

Menghela nafas berat Alea menuju kamar mandi. Hati dan pikirannya sedang tidak bersahabat sekarang. Hanya membutuhkan waktu limabelas menit Alea telah siap untuk ke sekolah.

"Loh Non Alea mau kemana?" tegur pembantu dirumah Kiara. Aleapun tersenyum.

"Bibi, kan aku pake seragam, ya mau sekolah donk. Udah ya bi, aku berangkat dulu bye bi." pamit Alea pada Bi Leha tersenyum manis .

Alea melenggang keluar dan mendapati supir Kiara standby didepan.

"Mari saya antar non." pinta Pak Budi, supir Kiara.

Alea mengerutkan keningnya. Mengerti jika Alea bingung Pak Budi melanjutkan.

"Non Kiara pesan sama saya, kalo Non Alea mau pergi saya harus mengantar Non Alea." ujar Pak Budi.

Alea memutar bola matanya. Alea tersenyum pada Pak Budi.

"Udah ngga usah Pak,biar aku berangkat sendiri ojeknya udah didepan koq." tolak Alea.

"Tapi,-" belum sempat Pak Budi protes, Alea mengangkat tangannya, sehingga beliau terdiam.

"Gini, kan ini udah siang juga Pak, kalo kita naik mobil terus macet gimana? Lagian aku itu bukan majikan Pak Budi. Mending Pak Budi istirahat aja, mumpung Kiaranya belum pulang, ntar kalo Kiara udah pulang baru deh Pak Budi kerja lagi. Bye Pak Budi." Alea menepuk pundak Pak Budi dan melambaikan tangannya sebelum ia hilang dibalik gerbang rumah Kiara.

***

"Loh Al, lo berangkat?" Tanya Kiara saat Alea duduk disebelahnya.

"Lah kan tadi lo yang bilang sama gue ngga bosen apa bolos terus, gitu kan. Dan gue bosen dirumah lo yang segede itu sendirian." ujar Alea jengah. Kiara memanyunkan bibirnya.

Bohong, sebenarnya ia ingin bertemu dengan Naya, sudah cukup dua hari Alea menghindar dari Naya. Ia tak tega menjauhi Naya yang telah ia anggap sebagai kakaknya sendiri, dan bahkan sebentar lagi memang Naya akan menjadi kakaknya.

"Engga deng becanda Ki, ohya nanti gue mau balik ke rumah. Gue ngerasa bersalah udah kabur gini." sesal Alea.

"Soal Om Rio, gue keknya bakal nyetujuin mereka." lanjut Alea.

"Serius?" tanya Kiara senang mendengar keputusan Alea, Aleapun mengangguk. Namun memaksakan senyumnya ke Kiara.

"Gue yakin akan baik baik aja Al. Lo ngga perlu khawatirin ini semua. Nyokap lo sayang banget sama lo. Good luck Alea." seru Kiara mengangkat tangannya memberi Alea semangat.

"Tapi maaf gue ngga bisa bantu apa apa buat lo." Kiara menggembungkan kedua pipinya. Alea dengan gemas mencubit pipi Kiara. Kiarapun mengelus kedua pipinya.

"Ya ampun Ki, lo ijinin gue nginep dirumah lo aja gue udah makasih banget." ucap Alea tulus, Alea menggenggam tangan Kiara.

"Iya sama-sama lo kan sahabat gue."

***

Hari ini kantin cukup ramai, untung masih ada meja yang kosong. Alea dan Kiara hendak menuju ke meja itu, namun Kiara ingin buang air kecil. Aleapun berjalan sendiri.

"Dek." Alea menoleh mendapati Naya dibelakangnya.

"Kak Naya?" tegur Alea.

"Kamu marah ya sama aku?" tanya Naya dengan nada lirih.

"Apaan sih Kak? Yuk duduk dulu, itu ada meja kosong." Alea mengajak Naya menuju meja di pojok kantin.

"Kak Naya mau pesen apa? Biar aku pesenin." Alea hendak meninggalkan Naya, namun naya mencekal tangannya.

"Ngga usah dek, aku ngga laper." Merekapun duduk dan terdiam cukup lama. Alea benci suasana canggung. Dan sepertinya Naya juga seperti itu.

"Dek, kalo kamu ngga setuju mama kamu sama papaku nikah lagi, nggapapa koq, biar aku yang bujuk papa." Naya menunduk.

Alea tersenyum memegang tangan Naya. Nayapun menoleh pada tangannya lalu menatap Alea yang tersenyum padanya.

"Engga kak, mereka berhak bahagia. Aku yang egois, maaf untuk pertemuan kita yang kacau gara-gara aku." Ujar Alea merasa bersalah.

"Engga koq dek, kalo aku di posisi kamu, aku juga bakal ngelakuin hal yang sama kalo emang aku belum siap punya papa baru." Mereka tersenyum.

"Jadi kamu setuju kan dek?" tanya Naya, kemudian Alea mengangguk.

"Ngga mungkin aku nolak punya kakak yang baik kek Kak Naya."ujar Alea yang membuat Naya terkekeh, lalu memeluk Alea, Aleapun membalas pelukan itu.

"Aku juga ngga bakal nolak punya adik yang baik, cantik, dan pengertian kek kamu. Makasih ya." Alea mengangguk dalam pelukan Naya. Naya melepas pelukannya.

"Yaudah, aku balik ke kelas dulu ya." pamit Naya.

"Loh, ngga mau makan dulu Kak? Aku ngga mau sakit kakak tambah,-" ucapan Alea terhenti saat Naya menempelkan jarinya dibibirnya.

"Ssstt, aku nggapapa, oya soal ini, akan tetap jadi rahasia kita." pinta Naya.

"Tapi kak,-"

"Bye dek." belum sempat Alea protes Naya telah berjalan menjauhinya.

Dari jauh, Kiara menatap dua insan dengan tatapan haru.

***

"Al lo yakin mau balik sendiri?" tanya Kiara untuk kesekian kali.

"Iyaa Kiara cantik, lagian gue mau ditaruh dimana? Bobby kan bawa motor bukan mobil." ujar Alea jengah. Kiara terkekeh.

"Ya juga sih, yaudah gue telfonin Pak Budi buat jemput lo aja kalo gitu." Kiara mengambil ponsel disakunya.

"Eh, ngga usah." cegah Alea. Kiarapun mengurungkan niatnya dan menatap Alea.

"Gue mau mampir dulu bentar, lagian gue bisa pulang sendiri koq, lo ngga usah khawatirin gue." Alea tersenyum.

"Yaudah, tapi jangan lupa kabarin gue kalo lo udah sampe rumah." ujar Kiara.

"Iya bawel." Alea terkekeh, Kiara sangat menghawatirkan Alea.

Suara klakson dari belakang membuat Alea mendengus, dengan malas Alea menoleh.

"Yuk pulang." ajak Bobby.

"Bentar deh," ucap Kiara pada Bobby lalu menatap Alea, dan sekali lagi membuat Alea jengah.

"Lo beneran pulang sendiri?" tanya Kiara dan mendapat pelototan dari Alea. Akhirnya Kiarapun terkekeh dan menaiki motor Bobby.

"Lo ati-ati ya Al." ujar Kiara pada Alea.

"Lo kali yang ati-ati." ujar Alea datar lagi-lagi membuat Kiara terkekeh.

"Duluan Al." ujar Bobby.

"Hmm.." gumam Alea datar tanpa menatap Bobby, Kiara melambaikan tangannya begitu juga Alea. Motor Bobbypun melaju meninggalkan Alea disana sendiri.

Alea sendiri sekarang. Dia enggan pulang ke rumah Kiara, namun dia juga enggan pulang cepat, Alea menuju minimarket yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Hari ini weekand, Alea akan menghabiskan malam minggunya di kamar, nonton drakor kesayangannya sambil nyemil. Alea berjalan menuju ke tempat snack, tak lupa ke tempat ice cream.

Satu kebiasaan yang paling melekat dalam dirinya adalah Alea selalu membeli dua ice cream untuk satu kali makan. Setelah membayar belanjaannya, Alea tak berniat langsung pulang, Alea berniat memakan ice creamnya di depan minimarket sambil menunggu ojol.

Tak sengaja Alea menabrak seseorang di depan minimarket saat membuka bungkus ice cream itu. Naas ice cream kesayangannya terjatuh.

"Ice cream gue,-" teriaknya memandang sedu ke arah ice creamnya yang malang.

"Oh ya ampun." ucap seseorang yang Alea tabrak saat mengetahui kemejanya berlumur ice cream.

"Mas bisa liat-liat nggak sih!" tuding Alea lalu merasa bersalah saat melihat noda ice cream di kemeja pria itu.

"Aduh mas, maaf, saya ngga sengaja. Sebentar." Alea meminta pria itu duduk dan meletakkan belanjaannya disamping pria itu, Alea berlari kecil ke dalam minimarket untuk membeli tissu.

"Maaf mas lama, biar saya bantu bersihin ya." pinta Alea, namun pria itu menolak.

"Ngga usah, saya bisa sendiri." ujar pria itu datar.

Ice cream malangku. Batin Alea memandang sedu ke tempat sampah dimana ia membuang ice creamnya.

Alea memandang sosok di depannya seperti tak asing dimatanya.

"Makasih tissunya, lain kali hati-hati." ujar pria itu, tak ada jawaban dari Alea. Pria itu heran melihat Alea yang menatapnya, dia melirik kemejanya kembali, tak seburuk tadi. Lalu apa yang gadis ini lihat? Apa ada yang aneh? pikirnya. Pria itu melambaikan tangannya didepan wajah Alea.

"Mbak? koq bengong?" tegur pria itu. Alea tersadar dari lamunannya.

"Eh, maaf pak, eh mas, iya sama-sama lain kali saya akan hati-hati." Sekali lagi Alea menatap pria itu.

"Dokter Arvian?" tanya Alea memastikan. Pria itupun mengangguk dan tersenyum.

"Iya, kamu bukannya?" Arvian tampak berfikir.

"Alea." lanjutnya kemudian, Aleapun tersenyum. Arvian pun tersenyum. Alea tampak gugup sekarang.

Ya ampun senyumannya. batin Alea.

"ohya dok, saya pamit udah sore." pamit Alea tersenyum lalu berdiri.

"Ice creamnya?"

"Ah ngga usah dok, ini masih ada koq." tolak Alea, Aleapun berjalan meninggalkan Arvian, tanpa sadar Arvian tersenyum.

***

Alea menghela nafas berat saat memasuki rumahnya, Denada sedang menatap laptop di ruang keluarga. Tanpa menolehpun sebenarnya Denada tau, putri kesayangannya pulang, karena Kiara telah memberitahu padanya sebelumnya.

"Assalamu'alaikum mama." ujar Alea memeluk mamanya dari belakang.

"Wa'alaikumsalam. Koq pulang? udah puas kaburnya?" ujar Denada datar tanpa memandang putri kesayangannya itu.

Alea mendengus lalu duduk disebelah mamanya, menatap mamannya cemberut.

"Iiissh, mama mau Alea kabur lagi?" Alea memelas disamping mamanya.

"Tergantung, kalo kamu tega sama mama ya sana pergi lagi."ujar Denada yang masih setia menatap laptopnya.

"Iya iya iya, ngga kabur lagi, tapi udahan donk ngadep laptopnya." pinta Alea.

Denadapun menutup laptopnya, meletakkannya ke meja. Denada menatap Alea lalu tersenyum hangat. Alea menghambur ke pelukan mamanya.

"Maafin Alea ma, Alea,- " Alea menghentikan ucapannya, lalu menghembuskan nafasnya seakan akan memberi keputusan yang sangat berat.

"Alea setuju mama nikah sama Om Rio." lanjut Alea. Denada melepaskan pelukannya. Menatap putrinya dengan senyum merekah dibibirnya.

"Beneran nih Al? Kamu setuju mama nikah sama Om Rio?" tanya Denada memastikan pendengarannya. Namun Alea hanya mengangguk.

"Makasih sayang." Denada sekali lagi memeluk Alea, namun dalam beberapa detik Alea melepasnya.

"Tapi ada syaratnya." ujar Alea, membuat Denada menaikkan alisnya.

"Yang pertama, mama ngga boleh pilih kasih. Dan yang kedua,- " ucapannya menggantung.

"Mama ngga boleh hamil lagi." lanjutnya. mengundang gelak tawa Denada.

"Oke mama janji, untuk syarat pertama, tapi ngga janji untuk syarat kedua." Ujar Denada masih dengan tawanya. Membuat Alea mendengus dan menghambur ke pelukan Denada lagi.

"Apapun akan mama lakuin demi kamu, Mama sayang sama kamu Al, jangan kabur lagi." Ujar Denada mencium kening Alea.

"Alea juga sayang sama mama, Alea ngga akan kabur lagi." ulang Alea lalu tersenyum.

***

 

Seperti rencana yang telah ia buat, Alea duduk di balkon menatap fokus ke arah Laptop kesayangannya. Dan jangan lupakan camilan yang menemaninya nonton drakor malam ini.

Tak sengaja ia menghadap ke bawah dan mendapati seseorang yang ia kenal di depan satpam.

Revan? pikirnya.

Drakor tak lagi ia pedulikan. Ia justru berdiri memandang kebawah masih ada Revan disana.Alea bergegas ke bawah.

"Mau kemana Al?" Tanya Denada yang kebetulan lewat dari dapur.

"Mau ke depan bentar ma, boleh ya?" pinta Alea. Denadapun mengangguk lalu menuju kamarnya.

Alea berlari kecil menuju gerbang, Pak Kus yang melihat Alea lalu menegurnya.

"Eh kebetulan ada Non Alea." ujar Pak Kus.

"Kenapa Pak?" tanya Alea bingung.

"Itu tadi ada temen Non Alea kesini, tapi disuruh masuk ngga mau." ujar Pak Kus. Alea memandang ke arah luar dan tak ada siapapun.

*B*enarkah tadi Revan?pikirnya.

"Ini Non." ujar Pak Kus mengagetkan Alea dari lamunannya, Alea menoleh dan terkejut melihat Pak Kus menenteng kandang kucing. Alea tersenyum dan mengambil kandang itu dari tangan Pak Kus.

"Waahh lucu bangeett," puji Alea pada kucing itu,

Alea sangat menyukai kucing, apalagi kucing dengan bulu yang berwarna putih seperti ini.

"Sama ini non." ujar Pak Kus sekali lagi, memberikan sebuah amplop berwarna pink untuknya.

"Makasih Pak," ujar Alea lalu pergi dari hadapan Pak Kus.

"Sama-sama, hmm ada-ada aja ABG jaman sekarang nunjukin rasa sukanya." Pak Kus geleng-geleng dan tersenyum sendiri di pos satpam.

Alea berjalan mindik-mindik seperti maling, ia takut akan ditegur mamanya, untung saja mamanya udah ke kamar.

Denada tak menyukai kucing, itu sebabnya, Denada melarang Alea mengadopsi kucing.

Untuk Alea

 

Sorry lancang ngasih kucing ke rumah lo, gue sih ngga tau lo suka kucing apa engga. Jagain kucing ini ya? Gue ngga bisa jagain kucing itu lagi, karena gue ada urusan diluar kota, itu kucing kesayangan gue makanya jaga baik-baik kucing itu.Namanya AR.

 

Satu pesen gue buat lo. Jika ada masalah apapun jangan langsung menghindar, hadapin semampu lo, karena walaupun lo lari ke ujung dunia sekalipun, lo tetep bakal ketemu sama masalah lo jika lo ngga nyelesaiin masalah lo sampai tuntas.

So, ngga usah kabur-kabur lagi.

 *T*td

R

 

Revan? pikir Alea, Alea tersenyum membaca surat itu, lalu berdecak.

"Ck, Siapa lo ngatur-ngatur gue buat ngga kabur lagi." maki Alea pada kertas yang ia genggam, lalu terkekeh sendiri.

Alea menatap kucing itu lalu membopongnya dalam pangkuan Alea.

"Siapapun itu, yang udah nitipin kamu ke aku, Ngga akan pernah aku lupain. Unch, gemesin banget sih kamu tuh Ar."

Alea bermain dengan Ar, Ia menghabiskan malam minggunya dengan Ar, dan melupakan acara nonton drakornya.

Alea mengambil ponselnya.

"Hallo Ki, besok lo ke rumah gue ya. Ada yang mau gue kasih tau sama lo. Oke see you." Alea meletakkan ponselnya lalu bermain bersama Ar lagi melupakan drakornya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!