Untuk Kakakku
"Pagi ma," sapa Alea pada mamanya yang tengah menyiapkan sarapan untuknya.
"Pagi sayang, sarapan dulu ya? kamu tuh susah banget kalo disuruh sarapan." bujuk Denada.
"Kalo mama yang nyiapin, Alea mau." Ujar Alea lalu meneguk susu coklatnya.
Saat sedang sarapan, terdengar dari luar seseorang memencet bel, Bi Ida membukakan pintu dan seseorangpun dipersilahkan masuk ke ruang makan.
"Hei, baru dateng? kebetulan Alea belum berangkat, sini duduk." titah Denada.
Sambil menyantap nasi gorengnya, Alea menatap dua insan didepannya bergantian.
"Siapa ma?" tanya Alea tanpa basa basi.
"Kenalin, dia Om Rio, teman mama." ujar Denada, menatapnya tersenyum, begitu juga Rio.
"Rio," Rio mengulurkan tangannya dan disambut oleh Alea.
"Alea om." ucapnya datar.
"Ma, Alea berangkat ya, Kiara udah jemput. Bye ma, Om" pamit Alea ke mamanya, dan tersenyum kaku pada Om Rio.
Alea meninggalkan mama dan om Rio, karena temannya sudah menjemputnya.
Kiara Ayuningtyas, yang akrab disapa Kiara, dia teman, sekaligus sahabatnya yang paling dekat. Kiara adalah cewek cantik, manis, imut, tapi dia lugu, dimata Alea. Sama seperti Alea, Kiara menyukai K-Drama dan K-Pop. Kiara selalu ada saat Alea membutuhkannya. Sampai-sampai setiap berangkat sekolah, Kiara meminta supirnya menjemput Alea.
"Tepat waktu lo Ki." Ujar Alea saat Alea duduk disamping Kiara.
"Kenapa? Ada masalah?"
"Mama ngenalin temennya ke gue." ujar Alea lesu.
"Lah terus kenapa? Masalahnya dimana?" Kiara masih bingung.
"Masalahnya adalah, sorotan mata mereka, kek aneh gitu, kek gimana ya? kek ABG gitu, lo pasti tau lah." Ujar Alea frustasi.
"Jatuh cinta maksud lo?" tebak Kiara.
"Seratus buat lo." Alea bersedekap.
"Ya terus gimana? Dia baik? Tajir? Ganteng? atau?"
"Bukan itu masalahnya Ki, gue belom siap aja punya papa baru." ujar Alea.
"Aduh Al, biarin aja kenapa sih? Lo mau? Nyokap lo jadi janda terus gara-gara lo belum siap punya bokap lagi? Nyokap lo butuh pendamping Al." bujuk Kiara.
"Tapi,-" ucapan Alea terpotong.
"Semua akan baik-baik aja Al. Percaya sama gue."
Papa Alea meninggal akibat kecelakaan lima tahun yang lalu, yang membuat Denada kerja banting tulang untuk Alea, hingga Alea bisa sekolah dimanapun dia mau.
Alea terdiam entah merenungi atau apa. Hingga mobil yang mereka tumpangi sampai di sekolah. Merekapun turun.
"Kiara, lo baru sampe? Bobby nyariin tuh." tegur Risma, teman sekelas mereka.
"Aduh masih pagi Ki, ya udah sono temuin bebeb, gue ke kelas duluan ya." Alea melambaikan tangannya dan masuk ke kelas.
Beberapa menit kemudian bel pun berbunyi.
"Hayoh loh, ngapain aja pagi-pagi ketemu bebeb?" sergah Alea saat Kiara duduk di bangkunya.
"Cuma dikasih ini koq." Kiara menunjukkan coklat pada Alea.
Alea hanya berooh dan membuka bukunya, mereka memulai pelajaran pertamanya. Beberapa jam berlalu begitu lambat bagi Alea, mungkin karena hari ini dia ngga mood sekolah.
"Kak Naya." tegur Alea saat melihat Naya.
Kanaya Dinda Pangesti, dia anak kelas XII, kakak kelas Alea. Alea sangat dekat dengan kakak kelasnya yang satu ini. Mereka dekat karena dulu saat MOS Alea sering meminta bantuan pada Naya, dan ada satu hal lagi yang membuat mereka dekat.
"Dek? Kenapa? Kamu sakit?" Tanya Naya saat melihat Alea yang lesu.
"Pengen curhat." adu Alea.
"Ya udah, gimana kalo kita mampir ke cafe favorit kita." Ajak Naya.
Dengan semangat Aleapun mengangguk. Mereka menuju sebuah cafe sederhana yang tak jauh dari sekolahnya.
"Mbak, aku mau pesen vanilla late, kamu apa dek?" tanya Naya.
"Samain aja deh kak." ujar Alea.
"Ada lagi mbak?" tanya waiters.
"Udah itu aja mbak." ujar Naya tersenyum.
"Oke ditunggu ya mbak." waiters itupun berlalu dari mereka. Setelah waiters itu pergi, Alea menceritakan semuanya pada Naya.
"Kalo menurut aku si, mending kamu biarin mama kamu nentuin pasangannya, ya aku tau kamu pasti takut kan kalo mama kamu ngga sayang lagi sama kamu dan papa tiri kamu bakalan pilih kasih. Tapi kan ngga semua orang tua tiri itu jahat dek."Bujuk Naya.
"Aku juga kalo papa mau nikah lagi nggapapa koq, aku kasian liat papa kesepian." Lanjutnya.
"Kak Naya cuma sama papa?" Alea penasaran.
"Yah, papa single parent, cuma bedanya papa sama mama cerai gara-gara papa bangkrut. Mama nikah lagi dan sekarang tinggal di luar negeri sama suaminya, entah masih inget aku apa engga." Naya larut dalam masa itu lagi, matanya berkaca-kaca membuat Alea merasa bersalah.
"Kak, maafin aku ya, gara-gara aku,-" ucapan Alea terpotong.
"Ssssttt, bukan salah kamu koq dek, justru aku lega udah ceritain ini sama kamu. Lagian sepuluh tahun bukan waktu yang singkat untuk aku move on dari semuanya, dan memulai lembaran baru sama papa." ia tersenyum.
"Setahun setelah mama ninggalin aku, aku denger papa bicara lewat telefon kalo mama nikah lagi. Padahal perusahaan papa telah bangkit lagi. Dan berjanji akan bawa mama pulang. Tapi semuanya terlambat." Lanjutnya, Naya tersenyum getir merutuki nasibnya.
Hari semakin sore mereka memutuskan untuk pulang.
"Ngomong-ngomong kak, kakak udah kontrol?" Tanya Alea.
Naya divonis kanker otak S.4 dan harus kontrol selama dua minggu sekali. Pernah beberapa kali Naya pingsan saat jalan sama Alea, itu yang membuat Alea dekat dengan Naya, Alea takut terjadi sesuatu pada Naya. Makanya Alea selalu menemani Naya.
"Ini mau kesana, kamu pulang duluan aja." Ujar Naya.
"Aku anterin ya?" tawar Alea, namun Naya menggeleng.
"Ngga usah, aku bisa sendiri koq, lagian kan ada Dr.Arvan." Ujar Naya tersenyum.
"Cie yang kesengsem sama Dr.Arvan." ledek Alea.
Arvian Vidiano seorang dokter muda, tampan,yang mampu memikat perhatian para pasiennya termasuk Naya, dia adalah dokternya Naya. Alea pernah beberapa kali melihatnya saat mengantar Naya waktu Naya pingsan dulu.
Akhirnya Alea mengiyakan Naya pergi sendiri. Naya menuju rumah sakit dan menemui dokternya.
"Cukup baik Naya, vitaminnya jangan lupa diminum, banyak istirahat dan banyak minum air putih." ujar Dr.Arvan.
Kata-kata yang Dr.Arvan katakan sudah seperti obat baginya yang selalu dia dengar setelah melakukan kontrol.
"Siap pak dokter." ujar Naya mengangkat kedua jempolnya. Dr.Arvianpun tersenyum menanggapi Naya.
"Yuk pulang, aku anter." Ajak Dr.Arvian.
"Loh, kamu kan lagi kerja Van, aku bisa pulang sendiri koq." tolak Naya.
Kedekatan dokter dan pasien ini membuat keduanya terasa seperti teman.
"Udah selesai koq, ini aku mau pulang."
Setelah membereskan barang-barangnya mereka menuju parkiran. Dr.Arvian mengantar Naya ke rumahnya.
"Makasih ya Van, jadi ngerepotin." ujar Naya.
"Sama-sama, engga koq Nay, aku pulang dulu ya." mereka saling melambai.
***
Apa karena kisah silam itu, Kak Naya terkena Kanker? pikir Alea, saat memasuki kamarnya.
Alea merebahkan tubuhnya, lalu memejamkan matanya, hari ini sangat lelah. Hanya butuh beberapa menit Alea telah pulas tertidur masih dengan seragamnya.
"Alea bangun sayang." ujar mamanya menepuk pipi Alea. Sekarang sudah menunjukkan pukul 20.00.
"Eungh apa sih ma?" lenguh Alea masih memejamkan matanya.
"Udah jam berapa ini kan kamu udah janji mau nemenin mama ketemu klien." Ujar Denada.
"Aaah, tapi Alea masih ngantuk ma," Alea menarik selimutnya namun dicegah oleh Denada.
"Bangun sekarang atau mama bawain air buat nyiram kamu." ancam mamanya. Akhirnya Aleapun bangun.
"Iiissshh iya iya iya !" dengan langkah gontai Aleapun masuk kamar mandi. Selang tigapuluh menit mereka sampai di restauran.
"Bentar ma" cegah Alea.
"Kenapa sayang?" tanya Denada bingung.
"Mama duluan aja, ntar Alea nyusul." ucap Alea lalu pergi dari hadapan mamanya. Dan menghampiri seseorang yang ia kenal.
"Hai." Tegur Alea.
"A,- Alea." ucap Bobby terkejut.
Itu Bobby, pacarnya Kiara. Bobby terkenal sebagai cowok playboy di kelasnya. Entah karena apa, Kiara mau pacaran sama si cowok playboy satu ini.
Alea mengangkat sebelah alisnya dan menyunggingkan sebelah senyumnya.
"Lo,- lo ngapain disini?" tanya Bobby salah tingkah.
"Gue? Ngapain disini? Justru gue yang harusnya tanya sama lo, ngapain lo berduaan sama nih cewek? pake pegangan tangan segala." desak Alea.
"Eum, dia,- kenalin dia Della, sepupu gue." ujar Bobby.
Cewek yang disebelah Bobby tampak mengangkat alisnya tak suka. Lalu Bobby mengedipkan matanya sehingga Della mengulurkan tangannya.
"Della." ujarnya. Memaksakan senyum
"Alea." Alea menjabat tangan Della, raut wajahnya datar. Cuma lima detik mereka berjabat tangan.
"Saudara? Koq mesra banget sih?" Cibir Alea.
"Cuma perasaan lo aja kali Al, gue,- gue anter Della pulang dulu ya. Bye Al." Bobby dan Della meninggalkan Alea disana sendirian.
aneh .. hanya kata itu yang ada dipikiran Alea sekarang.
"Alea?" Alea menoleh saat seseorang menegurnya. Kedua sudut bibirnya terangkat.
"Kak Naya." Alea memeluk Naya sejenak.
"Kamu ngapain disitu?" Tanya Naya.
"Ah ngga, itu tadi abis negur temen, Kak Naya sendiri ngapain?" tanya Alea balik, ia terkejut melihat seseorang dibelakang Naya.
"Om Rio?"
"Loh kamu kenal sama papa aku?" tanya Naya yang membuat Alea terkejut.
"Papa?" ulang Alea.
"iya, om ini papanya Naya. Kalian saling kenal?" ujar Om Rio.
"Ini loh pa, Alea yang suka Naya ceritain." ujar Naya lalu tersenyum.
"Oo, jadi Alea yang selalu main sama Naya?"
"Iya om," Aleapun mencoba tersenyum.
Mereka menghampiri Denada yang sedang duduk. "Aduh maaf ya lama, tadi macet dijalan." ujar Rio saat menemui Denada.
"Iya nggapapa, aku juga belum lama koq, loh, Al, koq bisa bareng sama Om Rio." tanya Denada pada Alea, lalu Alea duduk disamping Denada.
"Itu tadi ngga sengaja ketemu Alea di depan tan." ujar Naya pada Denada.
"Kalian saling kenal?" tanya Denada menoleh pada Alea dan Naya bergantian.
"Alea ini adik kelas aku tante." jawab Naya, saat Alea diam saja.
"Syukurlah kalo kalian saling kenal. Akrab lagi." Denada tersenyum lalu memandang Rio, Alea dan Naya bergantian.
Setelah berbincang-bincang, merekapun makan malam bersama. Alea tak berniat memakan makanan yang ada didepannya, ia cuma mengaduk-aduk makanannya.
Naya menatap Alea merasa bersalah, Rio mengatakan bahwa Rio akan memperkenalkannya dengan calon mama barunya, Naya tak masalah dengan itu, yang jadi masalahnya sekarang, wanita itu adalah mamanya Alea, sedangkan Alea sendiri ngga mau, kalo mamanya menikah lagi.
"Al, koq ngga dimakan makanannya? Kamu sakit?" tanya Denada khawatir. Hendak memegang kening Alea namun Alea berdiri.
"Ma, aku mau ke toilet." Tanpa menunggu persetujuan mamanya, Alea meninggalkan mereka dan membawa tasnya. Naya yakin, Alea ngga bakal balik lagi.
"Pa, Naya juga mau ke toilet ya? Tan? permisi" Pamit Naya pada Rio dan Denada.
Benar saja, Naya melihat Alea berjalan melewati toilet, lalu menuju ke arah pintu keluar. Naya mengikuti Alea hingga Alea masuk ke dalam taxi.
Naya berpamitan pada papanya lewat telefon. Bahwa ia tak enak badan dan akan langsung pulang. Dan memberitahu bahwa Alea juga sudah pulang. Rio mengerti dengan keadaan ini.
Sampai dirumahnya, Alea menjatuhkan tubuhnya dikasur. Nangis bukan jalan terbaiknya, dia tak se melo itu. Alea memejamkan matanya. Menghilangkan rasa kesalnya.
"Al, kamu pulang koq ngga ngomong sama mama." ujar Denada lirih, saat ia menemukan putrinya telah sampai di rumah.
Alea menoleh ke sumber suara. Lalu berdiri.
"Jadi, yang mama maksud ketemu klien itu Om Rio?" Alea tak menghiraukan pertanyaan mamanya tadi.
"Iya sayang." Denada tersenyum meski orang yang ia ajak bicara tak tersenyum sama sekali.
"Maksud mama apa tadi, bilang syukur kalo Alea sama Kak Naya udah saling kenal?"
"Mama sama Om Rio bermaksud menikah dalam waktu dekat sayang." Ujar mamanya lirih menyentuh kedua pundak Alea, namun Alea menepisnya dan mundur satu langkah.
"Apa? Dalam waktu dekat? Mama udah ngerencanain ini semua dan baru ngasih tau Alea?" Alea menahan emosinya. Menatap mamanya datar.
"Mama cuma takut kalo kamu ngga bakal setuju makanya,-" Ucapan Denada terpotong.
"Apa dengan mama ngasih tau Alea mendadak, Alea bakal setuju? Engga ma, Alea ngga setuju. Alea menuju kamar mandinya mencoba menghindar dari mamanya.
Denada mengetuk kamar mandi Alea, namun Alea tak bergeming. Akhirnya Denadapun keluar dari kamar Alea. Saat dirasa tak ada suara mamanya, Alea keluar dari kamar mandi.
Denada kembali lagi ke kamar Alea, untuk memastikan bahwa Alea telah keluar dari kamar mandi. Namun kamarnya kosong, kamar mandipun telah terbuka. Denada turun dan di cegat oleh pembantunya.
"Maaf bu, " ujar Bi Ida menunduk.
"Kenapa bi?" Denadapun menoleh ke arah Bi Ida.
"Non Alea tadi pergi naik ojek online dan,-" ucapannya menggantung.
"Dan kenapa bi?" Denada tampak khawatir.
"Non Alea bawa tas, mungkin berisi baju karena bibi liat tasnya mengembung."
"Ya ampun Alea. Apa dia bilang sesuatu bi?" Tanya Denada.
"Non Alea cuma bilang, kalo ibu ngga usah nyariin Alea. gitu bu."
Denada semakin frustasi, dia mencoba menelfon Alea namun tak diangkat satupun.
Sementara itu Alea sedang berada di taman dekat sekolahnya. "Gue kenapa si? Kenapa coba gue kabur dari rumah. Kenapa juga gue kesini? Aarrrggghh..." Alea frustasi, tinggal sepuluh persen lagi ponselnya akan mati.
"Lo kabur dari rumah?" Suara itu mengagetkannya, Alea tersentak, setau dia, hanya ada Alea disini. Aleapun menoleh, menyipitkan matanya dan mendapati seseorang berdiri disebelahnya.
"Lo siapa?" Tanya Alea lalu mendekap tasnya. Orang itu hanya terkekeh, bukan menjawab cowok itu malah duduk disebelah Alea. Alea menggeser tubuhnya.
"Ck, gue bukan setan, ngga usah takut kali." decak cowok itu, lalu terkekeh geli.
"Abisnya lo tiba-tiba muncul." Alea masih dengan pendiriannya.
"Gue Revan." cowok itu mengulurkan tangannya. Dengan ragu, Alea menyambut tangan cowok itu yang ternyata bernama Revan.
"Alea." sambutnya singkat.
"Jadi, bener lo kabur dari rumah?" Tanya Revan sekali lagi.
"Sok tau lo! Si,- siapa yang kabur." Alea memalingkan mukanya.
"Terus? Diusir? Koq bawa tas penuh gitu." desak Revan
"Bukan urusan lo." Alea berdiri.
"Kalo mau curhat, curhat aja sama gue, siapa tau gue bisa bantu." Tawar Revan, Alea menoleh.
"Ngga perlu. Makasih!" Alea berjalan menjauh. Revan hanya menggeleng.
"Ck, Dasar sombong."
Alea terus berjalan menuju halte, ia merasa ada seseorang membuntutinya. Beruntung sebuah taxi lewat. Bodoamat dia mau kemana yang penting sekarang dia ngga dibuntutin lagi.
Taxi itu berhenti disebuah rumah. Tetapi bukan rumahnya, ia menelfon seseorang.
"Gue udah di depan." ujarnya, telfon itupun mati.
Tak sengaja ekor matanya menangkap seseorang yang duduk diatas motornya, lumayan jauh dari tempat Alea berdiri.
dia ngikutin gue sampe sini? batin Alea.
"Woy!" tegur Kiara.
"Eh Ki, ngagetin gue aja deh." ujar Alea tersentak.
Satu-satunya yang ada dipikirannya adalah Kiara, jadi Alea memutuskan untuk ke rumah Kiara.
"Ngapain ngelamun? bukannya masuk juga, yuk." ajak Kiara.
Mereka sampai dikamar Kiara. Alea duduk di depan TV yang menyala. Ada beberapa camilan disana.
"Rumah lo sepi Ki? nyokap sama bokap lo belum pulang?" Tanya Alea sambil memakan camilan ditangannya.
"Mungkin dua tiga hari lagi mereka pulang." ujar Kiara enteng. Kiara terbiasa dirumah sendirian bersama pembantunya. Sama seperti Alea.
"Lo kenapa?" Tanya Kiara.
Aleapun menceritakan kejadian direstauran hingga ia terdampar di rumah Kiara sekarang.
"Kak Naya yang cantik itu? Yang deket sama lo kan?" Alea mengangguk.
"Terus kenapa? Bagus donk, jadi lo tau anaknya Om Rio itu baik, Ngga perlu ada yang lo takutin." Kiara mencoba menenangkan Alea.
"Gue cuma kecewa sama mama, kenapa ngasih tau gue mendadak." ujar Alea frustasi.
"Yaudah lo nenangin diri lo aja dulu, kalo emang lo udah baikan, lo pulang." ujar Kiara tersenyum. Alea menatapnya datar.
"Lo ngusir gue." ujar Alea menyipitkan matanya pada Kiara.
"Engga engga bukan gitu, aduh gimana si jelasinnya ke lo?" Kiara gelagapan sendiri.
"Iya iya gue ngerti koq, makasih udah ngijinin gue nginep disini." Alea terkekeh.
"Iya sama-sama, lo kan sahabat gue, jadi kapanpun lo butuh gue, gue akan selalu ada buat lo." ujar Kiara tulus.
"Aaa, love you so much." ujar Alea lalu memeluk Kiara.
Mereka tertawa bersama, memang ngga salah Alea pergi kesini, kesedihannya langsung hilang. Aleapun berpamit ke kamar mandi.
Dering ponsel Kiara membuat Kiara terlonjak kaget sendiri. Tak mau lama-lama mendengar dering itu, Kiarapun mengangkatnya.
"Hallo? Iya tan? Iya, Alea disini, tenang aman koq sama Kiara, hehe.. iya tante ngga usah khawatir, Alea bakal baik-baik disini, iya bye tante." Kiara menutup telefonnya.
Malam semakin larut, Kiara dan Aleapun tertidur, takut akan telat bangun besok pagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Alya Yuni
Denada ko memikirkn dri sendri bkannya ingat anknya dsar Denada egois
2022-10-15
0
D***🤗
aq udah mampir di eps 1 nih semoga aja novel nya bagus
2020-08-22
1
xk_ekga🤓
next
2020-07-11
1