Nyaman Denganmu
"Mas ayo dong! Aku sudah telat ini!" teriak istriku dari halaman rumah. Aku dan istriku menikah sudah 13 tahun namun semakin kesini sikap istriku semakin membuatku kesal.
"Iya,iya sebentar." ucap ku sambil mengeluarkan motor dari dalam rumah.
"Ayo dong mas ini sudah jam berapa? Kamu kan juga harus kerja." gerutu istriku
"Iya iya sabar dong." jawabku kesal
Motor melaju menembus keramaian kota mengantarkan istri menuju kantor yang berada di pusat kota.
Setalah tak berapa lama akhirnya sampai di depan kantor, istriku pun langsung turun dan melepas helmnya. Setelah berpamitan dan mencium tanganku ia langsung masuk ke dalam kantor. Akupun bergegas menuju kantor tempatku bekerja. Jalanan yang semakin padat mengakibatkan kemacetan di beberapa tempat. Aku berusaha mendahului pengendara agar aku tidak terlambat untuk datang ke kantor. Dan benar saja aku datang jam 8 tepat ketika memasuki kantor.
"Tumben siang Gas?" sapa satrio yang lebih dahulu sampai
"Iya nih, tadi harus antar istri dulu soalnya."
"Memang motor istrimu kemana Gas? bukankah ada motor sendiri?"
"Motornya masuk bengkel Yo, nanti baru mau di ambil." jawabku sambil duduk di kursi kerja
Suasana yang semula sangat hening tiba tiba dkagetkan oleh suara teriakan Satrio
"Apa? beneran pak?" semua rekan kerja nampak kebingungan melihat reaksi Satrio yang harus berteriak. Namun semua tak ada yang berani bertanya tentang apa yang terjadi. Mereka hanya berbisik dengan teman yang berada disamping mereka.
Setelah pak Bayu meninggalkan Satrio barulah kami menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada Satrio.
"Ada apa sih Yo?" tanya Bela ingin tahu
"Aku mau di pindah tugaskan ke pusat." jawab Satrio lesu. Seketika suasana di dalam kantor menjadi haru. Kehilangan teman seperjuangan akan tetap membuat sesak dalam dada. Meskipun ia di pindah tugaskan ke tempat yang lebih baik namun kebersamaan bersama Satrio sudah melekat diantara kami semua.
"Kita harus mengadakan perpisahan untuk Satrio." ucap Bela kepada semua rekannya
"Iya aku setuju, jam makan siang kita ketemu di cafe dekat kantor saja." jawabku memberi usul
Setelah beberapa lama akhirnya jam makan siangpun tiba aku dan rekan rekan kerja menuju cafe untuk mengadakan perpisahan Satrio. Baru saja aku meletakkan pantat di kursi cafe tiba tiba hp ku berdering.
"Hallo, iya ini lagi makan siang. Di cafe dekat kantor. Apa? Sekarang? Aku gak bisa, soalnya ada perpisahan temen aku. Kamu pulang naik ojek saja, aku sibuk." aku memutus telepon sepihak karena masih teringat perlakuan istri yang membuatku seperti ini.
Setelah acara perpisahan dengan Satrio semua kembali ke pekerjaan masing masing. Meskipun jam jam segini kantuk mulai terasa namun semua tetap fokus kepada pekerjaan.
...****************...
Ketika motor sudah terparkir dihalaman rumah kulihat Boy anak sulungku sedang bermain dengan ayah di teras. Tak nampak keberadaan istriku dirumah.
"Hai Boy, bermain apa kamu?" aku mendekat dan Boy langsung meraih tanganku untuk di cium.
"Main lego ini yah."
"Oh, dimana ibu Boy?"
"Gak tau yah." jawab Boy sambil fokus bermain lego kembali
"Siska belum pulang Gas" ucap ayahku dengan sedikit rasa kesal. Memang ayahku sedikit tidak menyukai Siska karena ia terlalu sibuk dengan dunia nya, sehingga pekerjaan rumah sering kali terlupa atau bahkan tidak pernah ia kerjakan. Menyapu tak pernah, Mencuci baju pun harus aku yang melakukan, Memasak sering kali ditinggal dan akhirnya gosong. Sudah habis beber0a panci karena ulah Siska. Anak pun sangat tidak dekat dengannya. Tidak seperti kebanyakan ibu yang selalu dekat dengan anak mereka. Anakku malah dekat dengan kakeknya dan pengasuhnya. Mungkin itu yang menjadikan ayah tidak suka terhadapnya.
Setelah beberapa menit menunggu namun ia juga tak kunjung pulang aku berusaha untuk menelponnya. Terdengar nada sambung di telinga menandakan jika ponselnya aktif, namun tak kunjung di angkat. Ku coba mengulangi beberapa kali panggilan hingga akhirnya deru mesin motor memasuki halaman. Terlihat dua sosok wanita berhijab sedang asyik bercanda gurau. Satu wanita turun dari motor dan melambaikan tangan kepada wanita yang lain. Setelah kepergian wanita itu aku langsung menghampiri Siska dan menyakan keberadaannya seharian ini
"Dari mana kamu? Jam segini baru pulang. Lihat Boy tidak ada temannya! Apa kamu sudah tau Boy sudah makan atau belum? Sudah mandi atau belum?" cerocosku tak henti
"Aku baru saja ada pertemuan mas, aku tadi minta jemput untuk antar aku ke tempat pertemuan, tapi kamu yang gak bisa."
"Kenapa gak kasih kabar juga?"
"Sudahlah mas aku capek seharian ini, lagian dirumah kan ada ayah jika pengasuh Boy sudah pulang." jawaban seperti ini yang aku tidak suka dari Siska. Ia selalu meremehkan semua orang disekitarnya. Dan lagi saat dirumah bukannya suami dan anak yang mereka cari, namun ia akan langsung kedalam kamar dan bermain dengan benda pipih yang canggih itu. Entah apa yang dia lakukan berkirim pesan dengan orang atau hanya pura pura sibuk agar terbebas dari pekerjaan rumah.
...****************...
Drrtt,drrtt
Ponsel diatas nakas berbunyi menandakan pesan masuk. Aku bangkit untuk meraih ponsel itu dan tertera nama Satrio disana. Matahari belum sepenuhnya bersinar ada apa ini pagi pagi Satrio memghubungiku. Ku lihat istriku juga sudah bangun dari tidurnya, terlihat layar ponsel yang menyala dari balik selimutnya. Posisinya yang membelakangiku membuatnya todak sadar jika akupun telah bangun.
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun" gumamku membuat istriku menoleh kepadaku
"Loh mas Bagas sudah bangun? Siapa yang meninggal mas?" tanya Siska
"Iya sudah makanya jangan lihat hp terus, jadi gak sadar kalau suami sudah bangun." jawabku kesal. Bukannya bangun menyiapkan sarapan atau melakukan pekerjaan seperti istri istri yang lain ini malah bermain hp.
"Ayah Satrio meninggal, nanti kamu ikut melayat dulu ya?"
"Gak bisa mas, hari ini aku sangat sibuk."
"Sebentar saja."
"Gak bisa ya gak bisa mas, kamu kesana sendiri saja!"
"Satrio itu teman aku dari SMA lo Sis, seenggaknya kamu menunjukan simpatimu kepadanya." ucapku kesal penuh penekanan
"Aku sibuk mas, gak bisa di tinggal pekerjaanku. Lagian kamu kan juga sudah datang kesana, sudahlah tidak apa apa." ucap Siska kekeuh
Mendengar jawaban Siska akan membuat tambah kesal aku putuskan meninggalkannya dan duduk di teras rumah. Terlihat para petani berbondong menuju ke sawah mereka. ada yang berjalan kaki, ada yang naik sepeda serta tak ketinggalan ibu ibu rumah tangga yang sudah asyik ngerumpi di tukang sayur. Semua memiliki kesibukan sendiri, tidak seperti istriku yang hanya hp,hp,dan hp terus.
"Monggo mas Bagas." teriak bapak bapak ketika berjalan di depan rumah.
"Eh, i-iya pak. Sudah mau berangkat pak?" teriakku membalas sapaan mereka
"Iya mas Bagas, olahraga dulu disawah,hahaha" teriak bapak bapak yang membawa cangkul dipundaknya dan menggenggam teko air ditangan satunya.
"Hahaha bapak bisa saja, hati hati pak!" sahutku.
"Iya mas Bagas terimakasih." begitulah bertetangga saling menyapa saling melempar gurauan. Ini yang membuatku merasa betah tinggal didesa
Sudah sejak lama aku duduk di teras rumah kopi panas tak juga kunjung datang, apa yang sebenarnya di lakukan istriku didalam. Menyapu tidak, berbelanja tidak. Aku kembali masuk ke dalam rumah dan mencari keberadaannya namun yang terlihat hanya ayah yang sudah siap dengan peralatan bebersihnya.
Aku menengok dalam kamar ternyata istriku masih asyik dengan ponselnya di bawah selimut, terkadang ia tersenyum melihat benda pipih itu.
"Siska?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Auliya
Halo kak, aku mampir, pas liat novel kak di beranda.
Ceritanya bagus kak. 🌹❤️👍 buat kakak.
Saran sedikit ya kak. Buat percakapan jangan lupa pakai awalan kapital dan dan pengguna tanda baca di akhir dialog.☺️💪💪💪
Semangat 💪💪💪
2022-10-07
0