Curiga

"Siska?"

teriakku membuka pintu kamar lebar

"Apa sih mas, pagi pagi kok teriak teriak!"

"Kamu tu ya, beberes rumah tidak sibuuuuk terus dengan hp!" aku meraih hp di genggamannya dan melemparnya jauh. Masih untung hp itu tidak terpelanting ke lantai, hanya jatuh diatas kasur lantai yang sedikit mengeras.

"Mas ni apa apaan sih!" teriak Siska mendorong tubuhku dan berjalan memgambil ponselnya

"Mas kenapa sih sebenarnya? datang datang hanya mau marah? Ini masih pagi lo mas."

"Kamu itu sudah tau masih pagi seharusnya juga tahu apa yang harus kamu lakukan, bukan malah bermain hp terus di dalam kamar."

"Aku sedang bisnis mas. Kamu sih gak tau." gerutu Siska meninggalkanku keluar dari kamar

Kulihat Siska berjalan menuju dapur, ya akhirnya dia tau juga apa yang harus ia lakukan setiap pagi. Seperti membuatkanku secangkir kopi misalnya gumamku dalam hati. Loh kok dia berjalan terus, apa dia malah ke kamar mandi. Benar benar keterlaluan Siska. Jika sudah masuk kedalam kamar mandi mau berapa jam pun ia akan betah disana. Aku menghela nafas berat.

...****************...

"Mas ayo kita berangkat!"

"Hm"

Ia sudah siap dengan seragam kantor dan sapatu hells nya, tak lupa sebuah jam berwarna perak melingkar di pergelangan tangannya. Tas kecil juga tak luput dari pundaknya serta tangan kirinya memegang helm yang hendak ia gunakan

"Ayo mas, sudah telat nih. Kemarin sih lupa mau ambil motor di bengkel karena ada pertemuan." gerutu Siska sambil menaiki kursi penumpang

"Hm" jawabku

Motor kulajukan sedikit kencang, alih alih mendapat pelukan dari Siska malah pukulan di belakang punggung yang ku dapat

"Gak usah ngebut juga kali mas!" teriaknya dibelakang punggungku

Aku melakukan itu karena sengaja agar ia memelukku dan melepaskan benda pipih itu dari tangannya. Namun apalah daya, semua yang ku lakukan sia sia.

Pernikahan ini semakin lama membuatku semakin muak dengan sikap Siska. Berbagai pertanyaan hinggap di kepala mengenai tingkah lakunya yang semakin berubah. Apakah dia memiliki kekasih lain? Kenapa dia terkadang tersenyum sendiri melihat ponselnya? Kecurigaan mulai merasuki pikiran ini. Aku mencoba menepis, namun semua perbuatan Siska membuatku semakin menaruh curiga.

"Gas, kok melamun saja sih? kamu nanti ikut malayat bareng kita gak?" tanya Bimo membuyarkan lamunanku

"Eh i-iya, bareng kalian saja."

"Ok habis pulang kantor ya? Jangan lupa! Nanti kamu malah pulang lagi, kamu kan termasuk Isti (Ikatan Suami Takut Istri) hahaha." tawa Bimo mengejekku, aku hanya tersenyum kecut menanggapi perkataan Bimo. Memang sedari dulu aku berusaha mementingkan istri dari hal lainnya, termasuk berkumpul dengan teman teman. Namun apa yang aku lakukan justru tidak sepadan dengan yang aku dapatkan dari istriku. Ia tak seperhatian dulu, selalu sibuk dengan dunianya dan ia juga tidak mau jika aku hendak menyentuhnya.

...****************...

Bendera kuning yang berkibar menandakan rumah yang sedang berduka. Terlihat Satrio duduk termenung disudut ruangan dengan sesekali mengusap ujung netranya. Suasana rumah duka sudah terlihat sepi, hanya beberapa kerabat yang masih singgah disana.

"Yo, ada teman temanmu." suara ibu ibu memakai gamis hijau tosca mendekat ke arah Satrio. Satrio yang semula termenung mendongakkan kepala dan mencoba berdiri menyambutku dan teman teman.

"Sabar ya yo."

"Turut berduka cita ya yo."

"Yang sabar mas Satrio."

"Sabar ya yo, semoga amal ibadahnya di terima oleh Allah SWT."

Ucapan duka terus bergantian dari rekan rekan kerja membuat Satrio kembali menitikkan air mata

"Ma-maafkan al-almarhum jika me-mempunyai ke-kesalahan." sahut Satrio dengan penuh isak

Hari semakin sore, kami memutuskan untuk pulang setelah melantunkan do'a bersama dan berbincang sebentar dengan Satrio.

...****************...

"Dari mana mas?" tanya Siska saat aku melangkah masuk kedalam rumah

"Melayat dari rumah Satrio"

Ku lepaskan sepatu dan menaruhnya di atas rak. Kuletakkan tas kerja di sebuah kursi sudut di ruang tamu dan merbahkan tubuhku disana. Ku mencoba memejamkan mata namun pikiran buruk menghantui diri. Apakah mungkin Siska selingkuh? atau memang jualan online? aku mulai curiga dengan semua sikap Siska. Aku bangun dan menuju ke kamar mandi, kusiram tubuh ini dibawah air mengalir agar menjadi lebih rileks. Setelah beberapa waktu di kamar mandi aku memutuskan untuk ke kamar berganti baju dan mencoba bicara dengan Siska.

"Sis?" tak ada sahutan

"Sis?" lebih keras aku memanggilnya namun tak juga ada sahutan

"Sis?" teriakku membuat Siska membulatkan mata

"Apa sih mas, teriak teriak mulu deh." jawabnya tanpa merasa bersalah

"Kamu sudah aku panggil 3 kali tapi gak nyahut tau gak?" jawabku kesal

"Iya iya ada apa?"

"Aku mau ngomong."

"Ngomong ya ngomong aja mas, gitu aja harus bilang mau ngomong." jawab Siska tanpa memalingkan wajahnya dari layar pipih itu

"Kamu lihat apa sih?"

"Ini grup kantor aku mas." jawabnya terus asyik membalas pesan teks tersebut yang terkadang disertai senyuman dari bibirnya.

"Emang ada yang lucu? kok kamu senyum senyum begitu?" bukannya jawaban yang aku dapat malah tertawa lebar yang ia suguhkan. Aku menggelengkan kepala melihat tingkah Siska, hingga aku putuskan meninggalkan kamar.

Belum sampai kaki melangkah keluar Siska memanggilku hingga membuatku menoleh dan berhenti

"Mas mau kemana? Katanya mau ngomong?" ucapnya menatap ke arahku. Sebenarnya Siska wanita punya perasaan gak sih, hal seperti itu saja masak harus dijelaskan. gumamku dalam hati

"Mas kok diam saja? Katanya mau ngomong?" Sudah kutungguin lo dari tadi" aku menghela nafas berat. Ku langkahkan kaki mendekat dimana Siska berada seperti sebelumnya.

"Kamu itu ditungguin malah mau keluar!" ucapnya sambil menepuk punngungku sedikit keras.

"Ayo sekarang ngomong!" aku masih membungkam mulut agar dia merasa bahwa dialah yang salah disini. Namun semakin aku mengunci rapat mulut ini bukannya merasa bersalah ia kembali melanjutkan pesan singkat di layar ponselnya.

Aku mengeram marah dan segera merebut ponsel itu dan memasukkannya kedalam saku celanaku. Aku sudah muak dengan sikap Siska yang seperti itu

"Mas ih,apa apaan sih? Balikin hp aku dong!" Siska mencoba mencari dan mengambil ponsel yang aku sembunyikan.

"Kamu diam dulu!" bentakku lebih tegas kali ini

"Mas kenapa sih?" ia menarik tangannya dari pangkuanku dan menatapku nanar

"Apa kamu gak merasa bersalah?"

"Bersalah kenapa mas? memangnya aku salah kenapa? aku dari tadi dikamar terus lo." ucap Siska membela diri

"Kamu tetap tidak bisa melihat apa kesalahanmu?" suara lantamg kembali aku ucapkan untuknya. tapi lagi dan lagi Siska tidak merasa bahwa dirinya bersalah, ia hanya terus menggelengkan kepala tanda ia tidak melakukan kesalahan.

"Apa yang kamu sembunyikan dariku?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!