Under The Autumn Leaves

Under The Autumn Leaves

That Boy

"Shizuka! Kemarilah!" panggil Kishima.

Gadis kecil berusia delapan tahun itu pun berlari menghampiri ibunya yang sedang duduk di ruang makan. "Ya?"

"Ibu punya sesuatu untukmu." ujarnya. Ia mengeluarkan sebuah benda terlihat berkilau dari kantung jaketnya. Lalu ia memperlihatkan sebuah kalung yang sangat indah dengan liontin huruf 'S'. "Ini untukmu, Shizuka. Selamat ulang tahun." timpalnya sambil memakaikannya pada leher Shizuka.

"Wah... cantik sekali... aku suka sekali. Terima kasih, Ibu." mata Shizuka tampak berbinar-binar melihat kalung itu dan ketika sudah terkait di lehernya.

"Shizuka, banyak senang, ya. Buatlah banyak teman. Hari ini adalah hari pertamamu setelah liburan musim panas." ujar seorang wanita yang tak terlalu tua sambil mengelus lembut kepala Shizuka.

"Baik, Ibu. Aku akan membuat banyak sekali teman." jawab Shizuka semangat. Walaupun sebenarnya ia tahu bahwa ia selalu sendirian di kelas. Ia tak ingin terlihat sedih di depan Kishima.

"Baiklah." jawab Kishima sambil tersenyum.

Setelah itu, Shizuka berangkat ke sekolah yang tak jauh dari rumahnya. Ketika sudah melewati pintu masuk, entah kenapa banyak sekali segerombol anak-anak yang berlari ke arah pintu masuk dan menabrak Shizuka hingga terjatuh. Lalu, tanpa diduga, kalungnya lepas bahkan sempat terinjak oleh salah satu anak-anak tadi. Melihat itu, mata Shizuka langsung berkaca-kaca dan tak bisa menahan air mata. Ia menangis saat itu juga.

Anak-anak yang berlari tadi menyadari bahwa Shizuka menangis. Mereka memperhatikan Shizuka dan sama sekali tak membantunya untuk berdiri. Mereka tertawa bahkan mencibir bahwa Shizuka adalah anak yang cengeng. "Hahaha... payah sekali dia. Ayo tinggalkan dia." ujar salah satu dari anak-anak itu.

Shizuka bukanlah menangis karena terjatuh. Ia bahkan tak peduli kakinya terluka sedikit pun. Ia hanya sedih melihat kalungnya lepas, dan terinjak hingga rusak. Setelah anak-anak itu pergi dan sudah tak terlihat, tiba-tiba ada seseorang yang mengambil kalung itu.

"Jangan! Jangan diambil! Itu punyaku..." teriaknya tanpa melihat siapa yang mengambilnya. Ia tak peduli.

Tetapi, orang itu malah mengulurkan tangannya agar Shizuka dapat berdiri. Shizuka dengan ragu meraih tangan orang itu dan mulai bangkit berdiri.

Orang itu kemudian memperlihatkan kalungnya. "Rantainya putus." ujarnya.

Shizuka masih cegukan karena menangis dan menerima kalung itu.

"Sudah jangan menangis. Ayo ke kelas." ujarnya.

Perlahan Shizuka berhenti menangis dan dengan berat hati ia masuk ke dalam kelas. Pandangannya terhadap anak-anak lain sudah berubah. Tak ada yang bersifat baik di matanya, kecuali anak laki-laki tadi.

Bahkan ketika Shizuka memasuki kelas, semua anak tampak memperhatikan Shizuka dan mencibir. Shizuka bisa tahan itu semua. Shizuka adalah anak yang kuat. Ia hanya tak tahan karena kalungnya menjadi rusak karena perbuatan mereka yang jelas belum sadar akan rasa tanggung jawab..

Ketika sudah pulang sekolah, semua anak tampak sudah pulang. Namun tidak dengan Shizuka. Ia masih berada di halaman sekolah. Terdapat pohon besar yang biasanya menjadi tempat persembunyian Shizuka. Ia duduk di bawah pohon tersebut sambil memperhatikan kalung tersebut.

"Kenapa kau tak pulang?" tanya seseorang.

Shizuka mendongakkan kepalanya dan melihat seorang anak laki-laki yang tampaknya familiar.

"Kau...siapa?"

"Aku yang mengambil kalungmu tadi pagi." ujarnya sambil duduk di samping Shizuka.

"Begitu rupanya. Terima kasih. Kau tak perlu melakukan itu, karena kau akan dijauhi juga sepertiku. Kau tak perlu baik padaku." ujar Shizuka pasrah. Ia hanya tidak ingin membuat anak laki-laki itu menjadi sial juga karenanya.

"Namaku Akinawa Kazuto. Kau Kojima Shizuka, ‘kan?" tanyanya.

"Hm."

"Baiklah. Mari pulang." ajak Kazuto.

"T-Tidak mau! Aku takut... kalungnya rusak dan aku takut pada Ibu. Ini kalung pemberian dari Ibu karena hari ini adalah hari ulang tahunku."

Kazuto menghela napas. "Baiklah. Ayo pulang. Aku akan bicara pada ibumu. Tak perlu takut." ujarnya dengan nada yang tegas dan terdengar meyakinkan.

Lalu, setelah Kazuto membujuk Shizuka untuk pulang, akhirnya Shizuka mau dan menjadi tenang. Ia sangat berharap ibunya tak marah akan hal ini. Setibanya di rumah, Shizuka langsung mengajak Kazuto masuk walaupun tampak tak bersemangat.

"Aku pulang." ujar Shizuka.

"Ah, Shizuka. kau sudah pulang. Wah, kau membawa temanmu kemari, ibu sangat senang. Masuklah, duduk di sofa." kata Kishima sambil menyiapkan minum untuk Kazuto.

"Namaku Akinawa Kazuto. Salam kenal." ujar Kazuto sopan.

Kishima tersenyum. "Wah, kau adalah yang pertama Shizuka ajak kemari. Aku sangat senang. Aku Kojima Kishima."

"Ibu..." panggil Shizuka pelan. Suaranya terdengar sangat bergetar.

"Ya, sayang?"

"Kalungnya-"

"Aku minta maaf. Aku menabrak Shizuka tadi pagi hingga kalungnya terlepas. Aku tak sengaja menginjaknya hingga rusak. Aku tak sengaja, aku akan memperbaikinya!" sahut Kazuto cepat.

Mata Shizuka melebar. Ia terkejut. "T-Tidak, bukan begitu..." ia tidak menyangka Kazuto akan mengatakan hal seperti itu kepada ibunya. Itu bukanlah kejadian yang sesungguhnya, Kazuto tak pernah memberitahukan soal apa yang akan dilakukannya setiba di rumahnya.

"Aku sungguh minta maaf. Kudengar itu adalah hadiah ulang tahun Shizuka. Shizuka menangis seharian karenaku. Maafkan aku." Kazuto berdiri dan membungkuk.

Sama sekali tak ada rasa kesal ataupun marah, Kishima tersenyum. "Kau anak yang baik, Kazuto. Tidak apa-apa. Kalungnya biar aku yang perbaiki. Terima kasih sudah jujur padaku. Baiklah, aku akan siapkan kue untuk kalian, tunggu sebentar ya."

"Apa yang kau lakukan?" tanya Shizuka bingung. Walaupun ia juga bingung kenapa Kishima tidak marah sama sekali.

"Tidak apa-apa. Yang penting ibumu sudah tahu dan kalungnya akan diperbaiki, bukan? Tenang saja." ujar Kazuto sambil tersenyum.

Shizuka menghela napas. "Terima kasih, Kazuto." Satu sisi ia merasa sangat lega tetapi di sisi lain ia tidak enak hati pada Kazuto. Memang, itu adalah murni keputusan Kazuto dan dia yang memaksa melakukannya. Shizuka tidak sepenuhnya merasa bersalah tetapi ia tetap berhutang pada kebaikan Kazuto.

Setelah hari itu, Shizuka dan Kazuto berteman dan selalu bersama. Kazuto selalu menemani Shizuka bahkan ketika banyak anak yang mencibir dan menjahilinya. Tapi, semenjak Kazuto selalu ada disampingnya, anak-anak yang bersikap jahat pada Shizuka berkurang dan tidak berani untuk mendekatinya. Mereka takut karena adanya Kazuto di samping Shizuka. Tapi, hingga suatu saat Kazuto ingin datang ke rumah Shizuka, dikabarkan bahwa Kazuto mengalami kecelakaan hingga meninggal dunia.

Kishima menerima panggilan telepon rumahnya yang memberitahukan bahwa Kazuto meninggal atas kecelakaan. Lalu entah apa yang dibicarakan seseorang dalam telepon yang membuat Kishima melarang Shizuka untuk datang ke upacara kematian.

"Bersabarlah, Shizuka..." Ujar Kishima sambil mendekap Shizuka dengan erat. Ia meneteskan air mata karena tak tahan melihat putrinya menangis akan kematian Kazuto. Memikirkan bagaimana nasib anaknya kedepan yang telah mengalami kejadian sedih ini.

“Ibu… Ibu…” Shizuka menangis kencang dalam pelukan Kishima. “Kazuto… Aku ingin bertemu dengan Kazuto…”

Shizuka dilarang Kishima untuk datang ke pemakaman Kazuto dan tetap diam di rumah.

“Tidak bisa, Shizuka. Kau tidak bisa pergi ke acara pemakamannya. Lebih baik kita berdoa saja untuk kepergiannya, ya?” dengan berat hati Kishima mengatakan itu dan terus menghibur Shizuka.

“Kazuto temanmu, ‘kan? Kau sayang padanya, kan?” tanya Kishima.

Shizuka mengangguk masih sambil menangis dalam dekapan ibunya.

“Kurasa ia pun merasa begitu padamu. Ia juga pasti akan merasa senang bisa mempunyai teman seperti Shizuka. Jadi, mari kita doakan saja yang terbaik untuk Kazuto dan keluarganya. Suatu hari nanti, aku yakin kau akan bertemu teman sebaik dirinya. Sudah… jangan menangis… nanti Kazuto akan sedih jika melihatmu menangis terus.” ujar Kishima sambil mengusap air mata Shizuka.

Tangisan Shizuka mulai mereda. Walaupun masih merasa sakit hati, ia berusaha untuk berhenti menangis di depan ibunya.

Shizuka menangis, hanya menangis yang ia lakukan setiap harinya. Teman satu-satunya yang pernah ia jalin, kini hilang dan tak akan pernah kembali. Kishima tahu percis bahwa setiap harinya Shizuka menjadi anak yang sangat pendiam. Menangis diam-diam dalam kamarnya. Semenjak hari itu, hari-hari Shizuka menjadi jauh lebih buruk dibanding sebelum bertemu Kazuto. Ia merasa bahwa ia tak perlu lagi membuka hatinya pada siapa pun. Lebih baik ia sendiri daripada akhirnya ia tersakiti lagi.

Terpopuler

Comments

Anellakomalasari

Anellakomalasari

Salam kenal, kakak. Jika berkenan, mampir yuk ke novel aku "The Gray Autumn". Tulisannya rapi dan enak dibaca. Semangat selalu, ya😍🤩😘

2022-10-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!