NovelToon NovelToon

Under The Autumn Leaves

That Boy

"Shizuka! Kemarilah!" panggil Kishima.

Gadis kecil berusia delapan tahun itu pun berlari menghampiri ibunya yang sedang duduk di ruang makan. "Ya?"

"Ibu punya sesuatu untukmu." ujarnya. Ia mengeluarkan sebuah benda terlihat berkilau dari kantung jaketnya. Lalu ia memperlihatkan sebuah kalung yang sangat indah dengan liontin huruf 'S'. "Ini untukmu, Shizuka. Selamat ulang tahun." timpalnya sambil memakaikannya pada leher Shizuka.

"Wah... cantik sekali... aku suka sekali. Terima kasih, Ibu." mata Shizuka tampak berbinar-binar melihat kalung itu dan ketika sudah terkait di lehernya.

"Shizuka, banyak senang, ya. Buatlah banyak teman. Hari ini adalah hari pertamamu setelah liburan musim panas." ujar seorang wanita yang tak terlalu tua sambil mengelus lembut kepala Shizuka.

"Baik, Ibu. Aku akan membuat banyak sekali teman." jawab Shizuka semangat. Walaupun sebenarnya ia tahu bahwa ia selalu sendirian di kelas. Ia tak ingin terlihat sedih di depan Kishima.

"Baiklah." jawab Kishima sambil tersenyum.

Setelah itu, Shizuka berangkat ke sekolah yang tak jauh dari rumahnya. Ketika sudah melewati pintu masuk, entah kenapa banyak sekali segerombol anak-anak yang berlari ke arah pintu masuk dan menabrak Shizuka hingga terjatuh. Lalu, tanpa diduga, kalungnya lepas bahkan sempat terinjak oleh salah satu anak-anak tadi. Melihat itu, mata Shizuka langsung berkaca-kaca dan tak bisa menahan air mata. Ia menangis saat itu juga.

Anak-anak yang berlari tadi menyadari bahwa Shizuka menangis. Mereka memperhatikan Shizuka dan sama sekali tak membantunya untuk berdiri. Mereka tertawa bahkan mencibir bahwa Shizuka adalah anak yang cengeng. "Hahaha... payah sekali dia. Ayo tinggalkan dia." ujar salah satu dari anak-anak itu.

Shizuka bukanlah menangis karena terjatuh. Ia bahkan tak peduli kakinya terluka sedikit pun. Ia hanya sedih melihat kalungnya lepas, dan terinjak hingga rusak. Setelah anak-anak itu pergi dan sudah tak terlihat, tiba-tiba ada seseorang yang mengambil kalung itu.

"Jangan! Jangan diambil! Itu punyaku..." teriaknya tanpa melihat siapa yang mengambilnya. Ia tak peduli.

Tetapi, orang itu malah mengulurkan tangannya agar Shizuka dapat berdiri. Shizuka dengan ragu meraih tangan orang itu dan mulai bangkit berdiri.

Orang itu kemudian memperlihatkan kalungnya. "Rantainya putus." ujarnya.

Shizuka masih cegukan karena menangis dan menerima kalung itu.

"Sudah jangan menangis. Ayo ke kelas." ujarnya.

Perlahan Shizuka berhenti menangis dan dengan berat hati ia masuk ke dalam kelas. Pandangannya terhadap anak-anak lain sudah berubah. Tak ada yang bersifat baik di matanya, kecuali anak laki-laki tadi.

Bahkan ketika Shizuka memasuki kelas, semua anak tampak memperhatikan Shizuka dan mencibir. Shizuka bisa tahan itu semua. Shizuka adalah anak yang kuat. Ia hanya tak tahan karena kalungnya menjadi rusak karena perbuatan mereka yang jelas belum sadar akan rasa tanggung jawab..

Ketika sudah pulang sekolah, semua anak tampak sudah pulang. Namun tidak dengan Shizuka. Ia masih berada di halaman sekolah. Terdapat pohon besar yang biasanya menjadi tempat persembunyian Shizuka. Ia duduk di bawah pohon tersebut sambil memperhatikan kalung tersebut.

"Kenapa kau tak pulang?" tanya seseorang.

Shizuka mendongakkan kepalanya dan melihat seorang anak laki-laki yang tampaknya familiar.

"Kau...siapa?"

"Aku yang mengambil kalungmu tadi pagi." ujarnya sambil duduk di samping Shizuka.

"Begitu rupanya. Terima kasih. Kau tak perlu melakukan itu, karena kau akan dijauhi juga sepertiku. Kau tak perlu baik padaku." ujar Shizuka pasrah. Ia hanya tidak ingin membuat anak laki-laki itu menjadi sial juga karenanya.

"Namaku Akinawa Kazuto. Kau Kojima Shizuka, ‘kan?" tanyanya.

"Hm."

"Baiklah. Mari pulang." ajak Kazuto.

"T-Tidak mau! Aku takut... kalungnya rusak dan aku takut pada Ibu. Ini kalung pemberian dari Ibu karena hari ini adalah hari ulang tahunku."

Kazuto menghela napas. "Baiklah. Ayo pulang. Aku akan bicara pada ibumu. Tak perlu takut." ujarnya dengan nada yang tegas dan terdengar meyakinkan.

Lalu, setelah Kazuto membujuk Shizuka untuk pulang, akhirnya Shizuka mau dan menjadi tenang. Ia sangat berharap ibunya tak marah akan hal ini. Setibanya di rumah, Shizuka langsung mengajak Kazuto masuk walaupun tampak tak bersemangat.

"Aku pulang." ujar Shizuka.

"Ah, Shizuka. kau sudah pulang. Wah, kau membawa temanmu kemari, ibu sangat senang. Masuklah, duduk di sofa." kata Kishima sambil menyiapkan minum untuk Kazuto.

"Namaku Akinawa Kazuto. Salam kenal." ujar Kazuto sopan.

Kishima tersenyum. "Wah, kau adalah yang pertama Shizuka ajak kemari. Aku sangat senang. Aku Kojima Kishima."

"Ibu..." panggil Shizuka pelan. Suaranya terdengar sangat bergetar.

"Ya, sayang?"

"Kalungnya-"

"Aku minta maaf. Aku menabrak Shizuka tadi pagi hingga kalungnya terlepas. Aku tak sengaja menginjaknya hingga rusak. Aku tak sengaja, aku akan memperbaikinya!" sahut Kazuto cepat.

Mata Shizuka melebar. Ia terkejut. "T-Tidak, bukan begitu..." ia tidak menyangka Kazuto akan mengatakan hal seperti itu kepada ibunya. Itu bukanlah kejadian yang sesungguhnya, Kazuto tak pernah memberitahukan soal apa yang akan dilakukannya setiba di rumahnya.

"Aku sungguh minta maaf. Kudengar itu adalah hadiah ulang tahun Shizuka. Shizuka menangis seharian karenaku. Maafkan aku." Kazuto berdiri dan membungkuk.

Sama sekali tak ada rasa kesal ataupun marah, Kishima tersenyum. "Kau anak yang baik, Kazuto. Tidak apa-apa. Kalungnya biar aku yang perbaiki. Terima kasih sudah jujur padaku. Baiklah, aku akan siapkan kue untuk kalian, tunggu sebentar ya."

"Apa yang kau lakukan?" tanya Shizuka bingung. Walaupun ia juga bingung kenapa Kishima tidak marah sama sekali.

"Tidak apa-apa. Yang penting ibumu sudah tahu dan kalungnya akan diperbaiki, bukan? Tenang saja." ujar Kazuto sambil tersenyum.

Shizuka menghela napas. "Terima kasih, Kazuto." Satu sisi ia merasa sangat lega tetapi di sisi lain ia tidak enak hati pada Kazuto. Memang, itu adalah murni keputusan Kazuto dan dia yang memaksa melakukannya. Shizuka tidak sepenuhnya merasa bersalah tetapi ia tetap berhutang pada kebaikan Kazuto.

Setelah hari itu, Shizuka dan Kazuto berteman dan selalu bersama. Kazuto selalu menemani Shizuka bahkan ketika banyak anak yang mencibir dan menjahilinya. Tapi, semenjak Kazuto selalu ada disampingnya, anak-anak yang bersikap jahat pada Shizuka berkurang dan tidak berani untuk mendekatinya. Mereka takut karena adanya Kazuto di samping Shizuka. Tapi, hingga suatu saat Kazuto ingin datang ke rumah Shizuka, dikabarkan bahwa Kazuto mengalami kecelakaan hingga meninggal dunia.

Kishima menerima panggilan telepon rumahnya yang memberitahukan bahwa Kazuto meninggal atas kecelakaan. Lalu entah apa yang dibicarakan seseorang dalam telepon yang membuat Kishima melarang Shizuka untuk datang ke upacara kematian.

"Bersabarlah, Shizuka..." Ujar Kishima sambil mendekap Shizuka dengan erat. Ia meneteskan air mata karena tak tahan melihat putrinya menangis akan kematian Kazuto. Memikirkan bagaimana nasib anaknya kedepan yang telah mengalami kejadian sedih ini.

“Ibu… Ibu…” Shizuka menangis kencang dalam pelukan Kishima. “Kazuto… Aku ingin bertemu dengan Kazuto…”

Shizuka dilarang Kishima untuk datang ke pemakaman Kazuto dan tetap diam di rumah.

“Tidak bisa, Shizuka. Kau tidak bisa pergi ke acara pemakamannya. Lebih baik kita berdoa saja untuk kepergiannya, ya?” dengan berat hati Kishima mengatakan itu dan terus menghibur Shizuka.

“Kazuto temanmu, ‘kan? Kau sayang padanya, kan?” tanya Kishima.

Shizuka mengangguk masih sambil menangis dalam dekapan ibunya.

“Kurasa ia pun merasa begitu padamu. Ia juga pasti akan merasa senang bisa mempunyai teman seperti Shizuka. Jadi, mari kita doakan saja yang terbaik untuk Kazuto dan keluarganya. Suatu hari nanti, aku yakin kau akan bertemu teman sebaik dirinya. Sudah… jangan menangis… nanti Kazuto akan sedih jika melihatmu menangis terus.” ujar Kishima sambil mengusap air mata Shizuka.

Tangisan Shizuka mulai mereda. Walaupun masih merasa sakit hati, ia berusaha untuk berhenti menangis di depan ibunya.

Shizuka menangis, hanya menangis yang ia lakukan setiap harinya. Teman satu-satunya yang pernah ia jalin, kini hilang dan tak akan pernah kembali. Kishima tahu percis bahwa setiap harinya Shizuka menjadi anak yang sangat pendiam. Menangis diam-diam dalam kamarnya. Semenjak hari itu, hari-hari Shizuka menjadi jauh lebih buruk dibanding sebelum bertemu Kazuto. Ia merasa bahwa ia tak perlu lagi membuka hatinya pada siapa pun. Lebih baik ia sendiri daripada akhirnya ia tersakiti lagi.

Hallucination

Sepuluh tahun kemudian

Shizuka memejamkan matanya. Merasakan angin musim gugur yang dingin menerpa wajah dan rambutnya. Sudah sepuluh tahun berlalu, banyak perubahan pada diri Shizuka. Rambutnya kini sudah panjang, sudah menginjak sekolah menengah atas, bahkan sudah mau lulus. Shizuka sudah menjadi gadis yang cantik dan tegar. Semenjak kejadian itu, tak banyak hal spesial yang terjadi pada Shizuka. Hidupnya biasa-biasa saja, bahkan bisa dibilang sangat biasa. Mungkin, ia benar-benar sudah menjadi gadis yang dingin dan menutup hatinya rapat-rapat. Sama sekali tidak ingin membuka hatinya pada siapa pun.

Ketika hendak memasuki gerbang sekolah, kaki Shizuka terdiam dan matanya terpaku pada sesuatu yang seharusnya tak ia lihat. Shizuka tak bisa melangkah. Dengan tatapan yang tajam dan terasa perih karena terhembus angin yang kencang, pandangannya tak bisa berpaling dari seseorang yang baru saja berjalan keluar dari gerbang sekolahnya. Seketika dadanya terasa sakit dan berdebar kencang.

Ka...zuto?

Sosok itu berjalan begitu saja keluar gerbang dengan cepat. Karena Shizuka terdiam lama, ia tak bisa mengejar laki-laki itu.

Tidak mungkin... aku pasti salah lihat. Sudah sepuluh tahun, dia sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu.

"Shizuka!" panggil seseorang sambil sengaja menabrakkan tubuhnya pada Shizuka.

"Ah... Himari." Shizuka sempat terkejut namun ia masih bisa fokus dengan temannya.

Himamoto Himari. Teman Shizuka sejak ia menginjak sekolah menengah atas. Satu-satunya yang mau berteman dan selalu mengikuti Shizuka kemanapun ia pergi. Bahkan ketika Shizuka sempat mengalami waktu sulit, Himari selalu menemani Shizuka. Oleh karena itu, Shizuka akhirnya membuka hatinya pertama kali untuk menerima keberadaan Himari. Sebagai teman kedua setelah Kazuto.

"Apa yang kau lakukan disini sendirian? Ayo masuk." ajak Himari sambil menarik tangan Shizuka semangat.

Walaupun ia sudah berjalan ditarik Himari, pikirannya masih tidak bisa fokus. Siapa laki-laki itu? Apa yang dilakukannya di sekolah ini? Apakah dia murid baru? Apakah aku mulai berhalusinasi?

“Apa? Kau melihat teman masa kecilmu?” tanya Himari.

Shizuka mengangguk. “Tapi aku tak yakin siapa pria itu. Hanya saja, aku familiar dengan wajahnya.”

“Bukankah dia sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu? Kurasa itu tak mungkin.” ujarnya.

Shizuka hanya menghela napas ringan. Ia sangat setuju dengan pernyataan Himari dan sesaat perasaannya terasa lega karena tidak perlu memikirkan hal tadi lebih jauh.

Bel sekolah pun sudah berbunyi dan Shizuka belum terpikirkan kembali oleh sosok itu. Salah satu yang membuat Shizuka mengalihkan pikirannya adalah dengan belajar. Ia memperhatikan semua pelajaran dan mengobrol dengan Himari membuatnya merasa senang.

Shizuka berpisah dengan Himari tepat di depan pintu gerbang sekolahnya. Sebelum hari gelap, Shizuka berpikir akan lebih baik jika ia segera pulang. Atau mungkin ia akan mampir sebentar ke toko roti dekat persimpangan rumahnya. Membelikan ibunya beberapa akan menjadi ide bagus. Namun, ketika Shizuka baru saja keluar dari toko roti itu, ia merasa ada seseorang yang memperhatikannya. Hari sudah mulai gelap dan Shizuka tak bisa melihat dengan jelas. Ia merasakan ada yang mengintipnya dari balik toko dan jantungnya berdegup kencang. Ia takut akan orang jahat.

Shizuka berjalan perlahan menuju rumahnya namun perasaannya semakin tak enak. Lalu, beberapa orang muncul di depan Shizuka sekejap yang entah datang dari mana Shizuka tak melihatnya. Mereka jelas terlihat seperti orang jahat yang suka mengganggu para gadis. Mereka mengucapkan kata-kata yang menggoda Shizuka dan berjalan mendekat.

"Si...siapa kalian?! Ja-jangan mendekat!" pekik Shizuka. Ia memeluk kantong roti dan sekujur tubuhnya bergetar.

"Hei, nona, sudah gelap begini kenapa masih berkeliaran?" ucap salah satu dari mereka.

"Kumohon jangan ganggu aku..." jawab Shizuka. Ia merasakan suaranya yang bergetar ketakutan.

Mereka semakin mendekat dan sempat menyentuh bahu Shizuka. Shizuka menepis tangan orang itu. “Jangan sentuh aku!” teriaknya sambil mundur perlahan-lahan.

“Bermainlah bersama kami sebentar saja… bagaimana?” ujar mereka.

Jika dapat dilihat dengan jelas, mereka berjumlah empat orang. Jangankan empat orang, hanya satu orang pun Shizuka sudah tak berani melawannya.

“Hei-” Salah satu dari mereka mendekat lagi namun Shizuka langsung berlari kencang.

"Kejar dia!" teriak salah satu dari mereka lagi.

Entah Shizuka berlari kemana, yang penting ia harus aman dan menghilang dari pandangan mereka. Ia akan dalam keadaan bahaya jika tertangkap oleh mereka. Kumohon... jangan mengejarku... tolong... tolong…

Shizuka berlari dengan sangat kencang namun seketika ada seseorang yang menariknya dari sebuah gang kecil dan menyekap mulut Shizuka erat. "Ehmm... ehmm...." Shizuka berusaha bicara dan melepaskan diri.

"Shhh... diam sebentar." bisik orang itu.

Gang itu memang sangat gelap dan tak ada penerangan sama sekali. Tapi, dengan tempat gelap sekalipun, ia tahu siapa orang yang sedang mendekap dan menyekap mulutnya dengan kencang. Shizuka menurut dan secara tak sadar ia menahan napas. Matanya tak bisa berpaling dari orang yang ada di depannya. Seorang pria, tinggi, berambut hitam, dan terlihat fokus melihat ke arah luar gang untuk mengawasi para preman itu.

"Sial! Kita kehilangan gadis itu." ujar preman-preman itu dan terdengar mereka pergi menjauh.

Shizuka masih tak berpaling. Ia terus menatap pria di depannya dengan matanya yang sangat lebar. Ia tahu percis siapa sosok ini. Dia... yang kulihat tadi pagi... Apakah dia Kazuto?

Pria itu melepaskan tangannya dan menjaga jarak pada Shizuka. Shizuka akhirnya sudah bisa bernafas dengan lega. "Siapa... kau?" tanya Shizuka.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya.

Shizuka hanya mengangguk. "Terima kasih. Tapi, apa aku mengenalmu?" tanyanya lagi. Ia ingin memastikan siapa laki-laki ini.

"Tidak. Pulanglah, sudah malam. Bisa pulang sendiri?"

"Ya. Terima kasih."

Setelah itu, Pria itu malah pergi begitu saja meninggalkan gang itu. Shizuka berlari ke luar gang dan hanya melihat punggung laki-laki itu berjalan menjauh.

“Tunggu!” teriak Shizuka.

Namun, pria itu tidak menyahut dan tetap berjalan menjauh.

Siapa kau sebenarnya? Kenapa aku selalu merasa gugup melihatnya?

Shizuka pulang dengan pikirannya yang dipenuhi oleh pria itu. Pria asing yang dilihatnya sewaktu pagi dan barusan telah menolongnya dari kejaran preman-preman. Apakah ini sebuah kebetulan ? Karena ia sama sekali tak berpikir akan bertemu dengan pria itu lagi. Sudah sejak di sekolahan ia tak memikirkan orang itu. Tapi, karena kejadian barusan, Shizuka malah kembali teringat dan malah lebih parah. Ia tak bisa melupakan orang itu.

Aku yakin aku tak salah lihat. Aku hafal wajah Kazuto ketika kecil. Aku tak mungkin berhalusinasi. Tapi, aku sangat berharap aku melupakan orang itu. Aku takkan bertemu lagi dengannya, aku takkan berurusan lagi dengannya, aku takkan mengingat wajahnya lagi. Aku akan melupakannya sepenuhnya.

Setibanya dirumah, Shizuka langsung menaruh rotinya di atas meja makan. “Aku pulang. Ini roti kesukaanmu, aku taruh disini, ya?” katanya.

“Ah, Shizuka, wah… terima kasih, nak. Aku sudah siapkan makan malam. Kamu ganti baju dan mandi dulu saja.”

Shizuka hanya tersenyum kecil. “Baiklah.” Lalu ia berjalan menaiki tangga dengan lemas.

Kishima mengerutkan dahinya kebingungan. Memang Shizuka menjadi anak yang dingin dan pendiam, namun jarang-jarang ia terlihat lemas. Ia penasaran apa yang terjadi pada putrinya itu.

Shizuka menaruh tas sekolahnya di meja belajarnya. Ia membuka laci meja nakas. Diambilnya sebuah kotak berwarna merah. Terdapat kalung yang tampaknya sudah karatan. Shizuka mengambil kalung itu dan mengusapnya. Lalu seketika ia teringat akan kejadian sepuluh tahun yang lalu. Memang bukan Kazuto yang memperbaikinya, namun ibunya sendiri. Meski begitu, tetap saja, berkat kalung ini, Shizuka jadi bertemu dengan sosok Kazuto. Lalu membuat sebuah kenangan manis baginya.

Kini kalungnya sudah diperbaiki. Hanya saja menjadi karatan karena tidak pernah dipakai lagi sejak kalungnya sudah diperbaiki. Terlalu menyakitkan, Shizuka menyimpannya dalam sebuah kotak merah itu. Matanya berkaca-kaca. Tak ingin menangis, ia segera menaruh kalung dan kotak itu ke dalam meja nakas. Menarik napas dalam-dalam dan berusaha mengendalikan perasaannya agar tak menangis.

The Transfer Student

Hari yang baru hari yang cerah. Terlihat sekali pada wajah Shizuka. Ia sudah tak memikirkan kejadian semalam. Ia sudah merasa lebih segar dan siap untuk pergi ke sekolah hari ini. Ia segera bersiap-siap dan segera menghabiskan sarapan yang ada di meja makan seperti rutinitas biasanya lalu berangkat ke sekolah.

“Shizuka.” panggil Kishima tepat sebelum Shizuka membuat pintu.

Shizuka hanya membalik badan.

Kishima memeluk Shizuka. “Semoga harimu menyenangkan.” ujarnya.

Shizuka sempat bingung namun ia tersenyum. “Ya. Terima kasih.” katanya lalu keluar dari rumahnya.

Shizuka menghela napas. Semoga saja ucapan ibunya benar, bisa membuat hari barunya menjadi menyenangkan. Ia akan menjalani kehidupan normal seperti biasanya.

Ketika Shizuka hendak memasuki gedung bertingkat itu dan mengganti sepatunya, Himari menyapanya. “Halo, Himari.” jawabnya.

“Shizuka, kau tahu tidak, akhir-akhir ini sedang banyak penjahat di sekitar sini.” ujar Himari sambil melepas sepatunya.

Shizuka terdiam. “B-Benarkah…?”

“Kita harus lebih berhati-hati. Kusarankan sehabis pulang sekolah kita harus cepat pulang ke rumah. Karena kemarin kudengar beberapa penjahat itu muncul lagi.”

Setelah mendengar itu, Shizuka langsung teringat akan kejadian kemarin malam. Ia sudah bersusah payah untuk tidak mengingatnya. “Kau benar. Kemarin aku memang hampir tertangkap mereka. Tapi tenanglah, sekarang aku baik-baik saja. Sudah, jangan dibicarakan lagi.” katanya sambil berjalan melewati Himari.

Himari mengejar Shizuka. “Ha?! Apa?! Tunggu!” teriaknya. “Apa yang kau katakan, Shizuka? Kau hampir di tangkap siapa?”

“Ya yang kau ceritakan. Tapi aku baik-baik saja karena ada yang menolongku.” Shizuka sudah tak bisa menyembunyikannya. Mungkin dengan cerita ke Himari, ia akan menjadi lebih lega.

“Benarkah? Siapa yang menolongmu? Bagaimana kau bisa pulang malam-malam?”

Mereka tiba di dalam kelas dan menaruh tas mereka di atas meja. Namun Himari masih menginterogasi Shizuka. Mereka berdua duduk, dan Shizuka mulai bercerita.

“Aku juga tidak tahu itu siapa. Tapi…”

“Tapi…?”

“Tapi dia mirip dengan teman kecilku.” jawab Shizuka.

Himari langsung melebarkan matanya. “Hahhh? A...Akinawa itu?”

Shizuka hanya mengangguk pelan. “Aku tidak begitu yakin sebenarnya karena waktu itu sudah sangat gelap. Tapi aku sangat familiar dengan wajahnya. Aku tak menanyakan namanya, dia pergi begitu saja setelah penjahat-penjahat itu pergi.”

“Tidak apa-apa, Shizuka. Berkatnya kau baik-baik saja, kan? Kau harus bersyukur. Mungkin dia hanya mirip dengan temanmu itu, tapi kau jangan sampai memikirkannya terus menerus. Dia kan sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu. Kau harus bisa merelakannya, Shizuka. Aku tak ingin kau tenggelam dalam kesedihan itu terus.” ujar Himari.

Mendengar nasehat Himari seperti itu, Shizuka hampir saja menangis. Ia merasakan matanya yang memanas. Ucapan Himari sangat benar. Dia sudah berhasil bertahan sepuluh tahun. Dia harus bisa menjalani hidupnya lagi dengan normal.

Benar, cerita pada Himari membuatnya jauh lebih tenang. “Terima kasih, Himari.”

Sesaat setelah itu, seorang guru masuk dan semua murid langsung bersiap di tempat duduknya masing-masing.

“Hari ini kalian akan kedatangan teman baru. Nak, silahkan masuk.” ujar seorang guru yang sudah paruh baya itu.

Seseorang masuk ke kelas perlahan. Shizuka memperhatikan dan perlahan matanya melebar. Jantungnya terasa berdegup sangat kencang dan nafasnya terhenti. Matanya tidak berpaling sedikit pun dari murid baru itu.

“Silahkan perkenalkan dirimu.” ujar gurunya.

“Aku Kazuya Fujikawa. Aku dari Tokyo. Salam kenal.”

“Baiklah. Semuanya harap membantu Kazuya dengan lingkungannya yang baru. Kazuya, kau bisa duduk di ujung sana.” Pak Guru itu menunjuk ke meja kosong di paling belakang sebelah jendela. Dan berada di sebelah meja Shizuka.

Seketika murid baru itu berjalan ke mejanya, semua murid tampak memperhatikan dan membicarakannya. Namun Shizuka tak berani untuk menoleh sedikit pun ke samping. F-Fujikawa Kazuya? Ternyata itu adalah namanya… hanya mirip… mereka berbeda.

Saat jam istirahat tiba, semua murid tampak berpencar untuk berkumpul dan memakan bekal mereka, berjalan keluar kelas untuk ke kantin, atau hanya mengobrol dengan teman-teman yang lain. Namun Shizuka terus memperhatikan Kazuya si murid baru itu. Pria itu sudah tidak ada di bangkunya. Kemana dia?

“Shizuka, mari kita cari makan di kantin.” ajak Himari.

“Maaf Himari, aku tak bisa sekarang. Aku pergi dulu.” Shizuka berdiri.

“Shizuka, kau mau kemana?”

“A-Aku ingin mencari murid baru itu, tunggu sebentar.” ujar Shizuka lantas berlari keluar kelas dengan cepat.

Himari hanya kebingungan dengan sikap Shizuka. Tapi ia curiga dengan satu hal. Hanya satu yang membuat Shizuka panik seperti itu. Shizuka...murid baru itu… Himari mulai curiga bahwa ini ada sangkut pautnya dengan cerita Shizuka tadi pagi.

Kemana dia? Aku harus mencarinya. Shizuka terus berlari menyusuri setiap lorong sekolah hingga ke kantin, taman belakang, dan lapangan. Ia tak melihat sedikit pun sosok itu. Shizuka kehilangan arah. Akhirnya Shizuka berjalan ke satu arah yang mengarah ke tempat persembunyiannya. Loteng sekolah. Satu-satunya tempat aman dan nyaman bagi Shizuka. Ia berjalan dengan wajah lemas dan kakinya yang sudah kelelahan karena berlari.

Dibukanya pintu pada lantai paling atas itu. Melihat langit yang sangat cerah dan berwarna biru membuat lelahnya terbayarkan. Ia berjalan ke tepian dan hanya menikmati angin yang berhembus. Lalu ia membalik badan dan hendak kembali ke kelas. Seketika Shizuka melihat seseorang yang sedang duduk dan menyandar pada balik tembok. Karena hanya terlihat kaki orang itu saja, Shizuka berjalan mendekat. Lalu betapa terkejutnya ia ketika orang yang selama ini ia cari, tertidur di sana. Shizuka duduk di samping orang itu dan menatap wajah laki-laki itu.

Kenapa kau sangat mirip dengannya…?

Tak lama kemudian, Kazuya terbangun. Mungkin karena merasakan kehadiran orang lain di sampingnya. “Apa?” katanya.

“M-Maafkan aku. Aku tak bermaksud untuk mengganggu tidurmu. Aku hanya ingin-”

“Apa yang kau butuhkan?” tanyanya cetus.

Shizuka berdiri cepat. “Aku hanya ingin berterima kasih padamu atas kejadian semalam. Terima kasih telah menolongku, aku tak tahu kalau ternyata kita satu sekolah…”

“Aku hanya kebetulan lewat situ saja.” jawabnya.

“Baiklah. Boleh aku duduk sebentar?” tanya Shizuka.

Kazuya tidak menjawab. Lantas Shizuka duduk perlahan di samping Kazuya. Tidak berdekatan, ada jarak sekitar satu meter di antara mereka.

“Aku Kojima Shizuka.” ujar Shizuka.

Tak ada jawaban. Hening.

“Apa yang membuatmu pindah ke sini?” tanya Shizuka. Ia tak peduli jika Kazuya merasa terganggu atau risih dengan pertanyaan Shizuka.

Tidak ada jawaban lagi.

Shizuka menghela napas ringan agar tak terdengar oleh Kazuya.

“Urusan keluarga.” jawab Kazuya singkat.

Shizuka sempat terkejut. Akhirnya Kazuya menjawab pertanyaannya. “Begitu rupanya. Mungkin sebaiknya kita kembali ke kelas.”

“Duluan saja.”

Shizuka berdiri. “Jangan terlambat.” ujarnya sebelum pergi meninggalkan Kazuya di sana. Namun, ada rasa senang dalam hati Shizuka karena telah mengetahui nama laki-laki itu, dan dimana ia berada jika sedang sendirian. Shizuka tersenyum diam-diam dan kembali ke kelasnya.

“Shizuka, kau langsung pulang, 'kan?” tanya Himari saat mengganti sepatunya.

Shizuka mengangguk. “Ya.”

“Shizuka!” panggil seseorang dari belakang.

Shizuka dan Himari menoleh. “Ah, Igara.” sapa Shizuka.

Kazuo Igara. Laki-laki yang sudah berteman dengan Shizuka dan Himari selama dua tahun. Igara menyukai Shizuka sejak pertama kali mereka bertemu dan ia belum menyatakan perasaannya. Igara ingin menunggu waktu yang pas untuk menyatakan perasaannya pada Shizuka.

“Igara, Shizuka, aku pulang duluan ya! Sampai jumpa besok.” Himari tersenyum licik. Ia akan membiarkan Igara berduaan dengan Shizuka.

“Shizuka, kau akan langsung pulang?” tanya Igara lembut.

Shizuka tahu bahwa Igara selama ini selalu bersikap baik dan memberikan perhatian lebih padanya. Tapi, Shizuka hanya akan menganggapnya sebagai teman. “Ya. Bagaimana denganmu?” tanya Shizuka sambil berjalan keluar setelah mengganti sepatunya.

Igara berjalan di samping Shizuka. “Tidak kalau aku mengantarmu pulang hari ini.” jawabnya.

Shizuka tersenyum kecil. “Aku bisa pulang sendiri.”

“Apakah kau yakin? Kudengar kemarin malam kau dalam bahaya. Aku bisa mengantarmu pulang kali ini saja.”

Pasti Himari cerita padanya. “Tidak, aku yakin bisa pulang sendiri, Terima kasih, Igara. Sampai jumpa.” jawab Shizuka lantas pergi meninggalkan Igara tepat di depan gerbang sekolah.

Igara menghela napas dan membiarkan Shizuka pulang sendiri. Ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hati Shizuka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!