“Shizuka.” panggil seseorang bernada rendah dari belakang.
Shizuka berhenti dan membalik ke belakang. “Oh, selamat pagi, Igara.” sapa Shizuka.
Karena belum ada Himari, Shizuka merasa tak apa jika berjalan bersama Igara sebentar sampai tiba ke dalam kelas.
“Dimana Himari?” tanya Igara.
“Belum datang. Tumben sekali kau menanyai Himari.” jawab Shizuka sambil mengganti sepatunya di loker.
Igara tertawa kecil. “Karena biasanya kulihat dia menempel padamu terus. Apakah kau cemburu?”
Shizuka tertawa. “Tentu saja tidak. Hanya merasa aneh saja.” jawabnya.
Setelah perbincangan singkat itu, Igara berjalan bersama Shizuka hingga tiba pada kelas Shizuka. Sangat disayangkan mereka tidak satu kelas. Igara merasa kecewa namun Shizuka seperti tak peduli.
Lalu ketika Shizuka masuk ke kelas, ia sedikit terkejut karena melihat Himari sudah duduk di bangkunya. “Pagi, Himari.” sapa Shizuka.
Himari langsung mendongak dan tersenyum. “Hai, Shizuka.”
“Tumben sekali kau datang pagi.”
“Hm… aku malas di rumah ibuku selalu marah. Aku pusing.” jawab Himari sambil tertawa.
“Tadi Igara menanyaimu karena melihatku sendirian.” Shizuka menaruh tasnya di atas meja dan duduk.
Himari yang duduk tepat di depan Shizuka, membalik badan. “Benarkah? Hahaha… Dan tumben sekali juga kau mau jalan bersamanya.”
Shizuka menghela napas kecil. “Hanya dari gerbang sampai kelas saja, Himari. Apakah aku harus menjauh darinya?”
“Kau tahu kan? Dia tertarik padamu. Sudah dua tahun.”
Shizuka menghela napas lagi. “Aku tidak akan percaya sebelum dia bilang sendiri padaku. Bagaimana kalau kau salah? Siapa yang akan menanggung malu? Aku.”
Himari memonyongkan bibirnya. “Baiklah. Akan kubuat dia menyatakan perasaannya padamu.”
“Jangan, Himari. Bagaimana kalau dia sebenarnya tak suka padaku? Dan… bagaimana kalau nantinya aku akan menolaknya… aku akan merasa bersalah nanti. Jangan paksa dia.”
Kali ini Himari yang menghembuskan napas panjang. “Baiklah-baiklah. Aku akan diam saja. Eh liat!” wajahnya berubah heboh seketika.
Shizuka melihat kemana arah pandang Himari. Ternyata ada seseorang yang datang yang duduk di sebelahnya. “Selamat pagi, Kazuya.” sapa Shizuka.
Kazuya tampak menghiraukan Shizuka. Laki-laki itu hanya menaruh tasnya dan duduk sambil menghadap ke jendela.
Shizuka menunduk dan kembali menghadap Himari. Ia tidak malu karena tak disapa balik, hanya tak ingin membuat laki-laki itu merasa risih. Lebih baik ia diam kali ini.
Jam istirahat pun tiba. Shizuka ingat bahwa saat pertama kali bertemu Kazuya di loteng, laki-laki itu hanya tidur dan tak memakan apa pun. Jadi, kali ini Shizuka memutuskan untuk membeli beberapa roti dan minuman dari kantin.
Setelah membelinya, bergegas ia menuju loteng. Betapa senangnya Shizuka saat benar-benar menemukan Kazuya di sana. Seperti biasa, Laki-laki itu hanya duduk di bawah dan memejamkan matanya di bawah bayang-bayang dindingnya.
“Hai…” sapa Shizuka.
Kazuya langsung membuka matanya dan tampak terkejut sedikit. “Ada apa?” tanyanya.
Tanpa bertanya, Shizuka pun langsung duduk di samping Kazuya seperti waktu itu. Tak terlalu dekat namun tak terlalu jauh. “Aku tahu kau tidak makan apa-apa, aku bawakan ini untukmu. Aku membelikanmu roti isi cokelat, roti isi daging, dan kopi susu. Semoga kau suka-”
“Tak perlu. Aku tak lapar.” jawab Kazuya cetus.
Shizuka tertegun. Namun ia tak bisa menyerah. Ia harus menjadi bisa berteman dengan Kazuya. “A-Aku sudah jauh membelikannya untukmu. Aku mohon, dimakanlah…”
Kazuya tampak menghela napas dan terpaksa. Tapi akhirnya ia membuka mata dan melirik pada roti-roti yang Shizuka beli. Setelah beberapa saat, Kazuya memilih roti yang berisi daging. Ia membuka bungkus plastiknya dan mulai melahapnya.
“Bagaimana? Enak?” tanya Shizuka.
Masih terdiam. Setelah Kazuya menelannya, ia baru membuka mulutnya. “Lumayan membuatku kenyang.” jawabnya.
Walau tanpa ekspresi, Shizuka tetap tersenyum senang. “Baguslah. Roti itu juga adalah kesukaanku. Lain kali, akan kubelikan roti di toko yang waktu itu dekat dengan kejadian dimana kau menyelamatkanku. Aku sudah berlangganan di sana, dan akan kubelikan banyak roti untukmu. Bagaimana?”
Kazuya tak menjawab. Hanya mengangguk pelan. Tapi, dengan respon begitu saja, sudah membuat Shizuka sangat senang. Kazuya sudah mulai menjawab Shizuka walau tanpa kata-kata. Tapi itu cukup membuatnya sangat senang.
“Hei, Shizuka.” panggil Himari. Ia membalik badan menghadap ke Shizuka.
Shizuka hanya mengangkat alisnya.
“Apa yang selalu kau lakukan saat jam istirahat?” tanya Himari penasaran.
Sebenarnya, tak ada alasan baginya untuk tidak bercerita dengan Himari. Namun, Himari teman satu-satunya selama ini, jadi ia memutuskan untuk cerita. “Aku menemui Kazuya.”
Mata Himari melebar. “Ka-Kazuya? Murid baru itu?”
Shizuka mengangguk. “Aku hanya ini mengenalnya.” jawabnya pelan.
Himari menghela napas. “Kenapa tiba-tiba? Kurasa baru kali ini aku melihatmu mengejar seorang laki-laki.”
“Tidak mengejar! Aku awalnya hanya penasaran dengannya. Sebenarnya… saat awal masuk sekolah kemarin ketika aku melihat pria yang mirip dengan teman kecilku, pria itu adalah Kazuya. Dan orang yang mirip dengan teman kecilku sewaktu menolongku dari orang jahat, pria itu juga adalah Kazuya. Aku sangat terkejut ketika tahu bahwa dia adalah murid baru di sekolah ini. Oleh karena itu, aku pergi mencarinya untuk mengenalnya dan berterima kasih padanya. Itu saja.”
Himari tercengang. Merasa yang menyangka ternyata dunia itu sangat kecil. “Astaga… Pria yang kau lihat di gerbang sekolah dan menolongmu malam-malam adalah Kazuya. Aku tak yakin dengan ini, tapi jangan biarkan rasa penasaranmu terus mempengaruhimu. Kita tahu sendiri bahwa Kazuya tak ada hubungannya sama sekali dengan teman kecilmu, kan? Sudah kubilang mereka hanya mirip, tidak sama, benar?”
“Ya, aku tahu itu.” jawab singkat Shizuka.
Himari menghela napas. “Jangan sedih, Shizuka. Apapun yang terjadi, aku akan selalu berada di sampingmu. Aku akan selalu mendukungmu. Aku hanya tak ingin melihatmu bersedih. Sangat lama hingga akhirnya aku melihatmu seceria sekarang. Mengerti?” katanya sambil tersenyum.
Shizuka ikut tersenyum. “Terima kasih, Himari. Kau selalu baik padaku.”
Mendengar itu, senyuman Himari semakin lebar dan membuat hati Shizuka menjadi lebih tenang.
Himari benar, Kazuya… bukanlah Kazuto. Tapi, ketika aku sudah bicara dengan Kazuya selama ini, aku memang merasa tenang.
Kebingungan menyelimuti Shizuka. Ia merasa berjanji untuk membelikan roti langganannya untuk Kazuya. Memang bukan di hari itu, tapi ia sudah berencana untuk membelikannya hari itu juga. Ia tak melihat sosok Kazuya dari saat sepulang sekolah. Hingga sekarang ia sudah hampir tiba di toko roti langganannya. Dengan semangat, ia tetap akan membelikan banyak roti. Walaupun tidak bertemu, ia masih bisa memberikannya pada Kishima.
Semua pilihan roti terbaik menurut Shizuka sudah dibelinya. Ia keluar dari toko itu dengan wajah yang sangat gembira. Benar-benar tak sabar untuk memberikannya pada Kazuya.
Hari sudah semakin sore. Tapi Shizuka tak berniat untuk langsung pulang. Ia akan menunggu di dekat toko itu berharap Kazuya akan lewat seperti malam itu. Shizuka memandang ke langit. Memandang warna awan-awan yang tersorot sinar matahari yang sangat jingga. Disertai dengan angin musim gugur yang mengibaskan rambut panjangnya.
Setelah melihat langitnya, Shizuka berjalan perlahan menuju ke sungai tak jauh dari situ. Ia terpikirkan untuk duduk santai di tepian sungainya sambil menikmati waktu senja. Tapi tanpa disangka, ia melihat sosok yang sedari tadi ia tunggu. Ya, Kazuya sedang tiduran diatas rumput di pinggir sungai itu.
Shizuka menghampirinya dan melihat Kazuya sedang memejamkan matanya seperti biasa. Merasakan kehadiran seseorang, Kazuya pun membuka mata.
Kazuya agak terkejut dan bangun. “Astaga… kau mengagetkanku.”
Shizuka tersenyum lebar. “Aku tak menyangka akan bertemu denganmu disini. Kau tahu, aku menunggumu di tempat waktu aku bertemu dengan orang-orang jahat itu. Aku sangat berharap kau lewat situ.”
Kazuya tampak mengerutkan alisnya. “Kau gila? Jelas-jelas kau bertemu dengan orang jahat di sana dan kau menungguku di sana. Cerdas.”
“Kenapa?” Shizuka duduk di samping Kazuya.
“Kalau ada apa-apa denganmu, belum tentu ada yang menolongmu lagi.”
Shizuka tertawa kecil. “Maafkan aku.”
“Lagi pula, kenapa kau bisa kemari?” tanya Kazuya.
“Aku ingin menikmati waktu senja di sini. Ini tempat favoritku dari dulu. Lihatlah, langitnya indah sekali, bukan?” Shizuka kembali memandang ke langit dan tersenyum.
Melihat senyuman itu, Kazuya sempat hilang fokus selama beberapa detik. Jarang-jarang ia melihat hal seperti itu.
“Oya… aku sudah belikan banyak sekali roti untukmu! Cobalah!” Shizuka memberikan bungkusan roti itu.
Kazuya merasakan perutnya yang memang lapar. Ia mengambil secara acak dari sekian banyak roti. Lalu ia mulai menggigitnya. Beberapa detik kemudian ia membuka mulut, “Enak.”
Shizuka tersenyum lebar. “Untunglah… semoga kau suka. Semua rotinya kau bawa pulang. Aku benar-benar membelikannya untukmu. Beritahu aku jika ada yang tak kau sukai.”
Tanpa sadar, Kazuya sudah menghabiskan roti pertama yang ia ambil. Ia berencana mengambil roti keduanya.
“Bagaimana? Mau jadi temanku?” tanya Shizuka tiba-tiba.
Seketika Kazuya tersedak dan terbatuk-batuk mendengar pertanyaan itu.
Shizuka tersenyum malu dan tidak berani untuk bertanya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments