Shizuka membanting tubuhnya ke kasur. Senyuman terus terukir pada bibirnya. Ia tak bisa berhenti memikirkan Kazuya. Betapa menyenangkannya tadi saat ia memberikan roti pada Kazuya dan mereka sempat mengobrol. Walaupun tak banyak, tapi cukup membuat Shizuka senang. Dan akhirnya juga Kazuya mau membawa pulang semua rotinya. Namun ada satu hal yang belum terjawab.
“Bagaimana? Mau jadi temanku?”
Pertanyaan itu membuat Kazuya tak bisa menjawabnya. Alih-alih ia menghabiskan beberapa roti lagi dan langsung memutuskan untuk pulang. Seperti merasa tak nyaman dengan obrolan itu. Shizuka juga tak ingin mendesak Kazuya. Ia hanya tertawa kecil dan setuju untuk berpisah dan pulang ke rumah.
Tapi, Shizuka benar-benar berharap bahwa Kazuya memikirkan akan pertanyaannya. Kazuya ingin menjadi temannya sudah menjadi sebuah kesenangan sendiri bagi Shizuka. Benar-benar hari yang menyenangkan dan Shizuka pun tertidur dengan senyuman di wajahnya.
Keesokan harinya.
Seperti biasa, Shizuka membelikan makanan dari kantin untuk Kazuya. Ia sudah sangat yakin bahwa Kazuya berada di loteng sekolah sambil memejamkan matanya. Merasakan dan melihat kedatangan Shizuka yang tiba-tiba bukanlah sebuah kejutan lagi bagi Kazuya. Ia sudah sangat terbiasa dan pasrah atas apa yang gadis itu lakukan.
“Aku bawakan makanan untukmu.” ujar Shizuka sambil duduk di sampingnya.
Kazuya memandang makanan yang diletakkan Shizuka dan mulai memakannya. “Terima kasih.”
Shizuka tersenyum. Ia duduk menyandar pada dinding dan memandang langit-langit. “Langitnya sangat cerah… sudah lama aku tak melihat ke langit seperti ini.” gumamnya.
Menyendiri di loteng juga salah satu tempat favorit bagi Shizuka. Tapi setelah berteman dengan Himari, ia menjadi jarang ke loteng dan lebih sering bersama Himari. Tapi, baru akhir-akhir ini ia kembali datang ke loteng dan menikmati langit-langit biru muda itu. Tenang, hening, dan merasa damai.
“Itulah kenapa aku suka di sini.” timpal Kazuya.
Shizuka tertegun bahwa Kazuya juga sependapat dengannya.
“Aku telah memikirkannya.” gumam Kazuya.
Shizuka menoleh dan menatap dengan wajah bingung. “Apa maksudmu?”
Kazuya menghela napas. “Aku mau jadi temanmu.”
Seketika Shizuka terdiam. Angin berhembus kencang hingga membuat rambut panjangnya bergoyang tertiup angin. Matanya berkaca-kaca karena terlalu terharu. “B-Benarkah? Kau mau jadi temanku?” tanyanya lagi.
“Hm.”
“A-Aku tidak mendesakmu! Aku tidak memaksamu, kalau kau tak ingin dan risih dengan keberadaanku, tidak apa-apa. Aku bisa terima.”
“Tidak. Aku mau jadi temanmu. Itu saja.”
Jawaban itu benar-benar membuat Shizuka sangat senang sampai meneteskan sedikit air mata yang tergenang. “Terima kasih… terima kasih.”
Kazuya sedikit terkejut melihat Shizuka yang terlihat sangat senang. “Kau seperti tak punya teman saja.”
Shizuka menghapus air matanya dan tertawa kecil. “Temanku tidak banyak. Hanya beberapa tapi sudah membuatku sangat senang. Terima kasih, Kazuya. Kau sudah mau berteman denganku.”
Kazuya tak menjawab dan kembali menyantap makanan yang sejak tadi belum habis.
“Shizuka, kau terlihat sangat senang hari ini. Jarang sekali aku melihatmu senyum seharian.” ujar Himari. Mereka berjalan beriringan dalam lorong sekolah.
Shizuka tertawa kecil. “Kau tahu, aku berhasil membuat Kazuya menjadi temanku.”
Himari berhenti berjalan. “Apa? Kalian… sudah berteman?”
“Ya.”
Himari kembali mengikuti Shizuka. “Bagaimana bisa? Kalau tidak salah, dulu kau sangat susah untuk kudekati. Kau menolak kita berteman walaupun akhirnya kau tampak menyerah.”
Shizuka tertawa kecil. “Aku bukannya tidak mau lalu menyerah, tapi aku butuh waktu untuk berpikir. Aku butuh waktu untuk sendiri saat itu. Maafkan aku, Himari.”
“Lagi pula, kenapa kau sangat senang ketika sudah berteman dengannya?”
“Aku… masih penasaran dengannya, Himari. Satu sisi dia seperti orang asing, tapi disisi lain, dia sangat mirip dengan teman kecilku, Kazuto.”
Himari menghela napas. “Yah… bahkan nama mereka sangat mirip. Kazuto dan Kazuya. Tapi itulah nama orang Jepang. Baiklah. Jangan sampai nantinya kau menyesal dan bersedih, Shizuka. Ingat, ada aku disini.”
Shizuka tersenyum. “Tentu. Terima kasih, Himari.”
“Shizuka.” panggil seseorang dari belakang.
Shizuka yang sedang berjalan menuju keluar sekolah membalik. “Ah, Igara. Ada apa?”
Igara tersenyum. “Tidak apa-apa. Aku hanya ingin memanggilmu.” jawabnya.
“Baiklah, aku mau pulang duluan. Sampai jumpa besok.” Shizuka berpaling namun Igara meraih tangan kiri Shizuka.
“T-Tunggu!” kata Igara.
Shizuka terdiam. Ia hanya melihat sekilas dan merasakan tangannya yang sedikit gemetar karena digenggam oleh Igara. “Ya…?”
“Aku ingin memberikanmu sesuatu.”
Shizuka memasangkan wajah bingung dan merasa risih karena murid-murid yang lewat memperhatikan mereka. Shizuka tak nyaman dengan itu.
Igara melepaskan tangannya dan mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah gelang berwarna putih yang terdapat satu liontin kecil di tengahnya. Ia menyodorkan nya ke Shizuka.
Shizuka terdiam. Ia menatap Igara tanpa mengambil gelang itu. “Apa ini?”
“Aku ingin memberikannya kepadamu. Aku harap kau menerimanya dan memakainya.” katanya.
Apa ini? Kenapa dia memberikanku perhiasan yang terlihat mahal ini? Apa yang sebenarnya ingin disampaikan? Tapi aku tak tega untuk menolaknya. Shizuka masih tak menjawab.
Kemudian Igara berinisiatif untuk memasangkan gelang tersebut pada tangan kanan Shizuka. Ketika sudah terpasang, Igara tersenyum. “Sudah. Cantik sekali.”
Shizuka menatap gelang yang sudah terikat pada gelangnya. “Benar, cantik sekali. Terima kasih, Igara. Aku akan menjaganya dengan baik.” ujar Shizuka sambil tersenyum.
Melihat senyuman yang terulas pada wajah Shizuka, Igara sudah sangat senang. Hatinya luluh dan benar-benar ingin mendekapnya.
“Baiklah, aku pulang, ya.” sahut Shizuka yang sudah benar-benar diperbolehkan Igara untuk pergi.
Shizuka membanting tubuhnya ke kasur. Ia merasakan hari yang luar biasa. Seketika Kazuya berubah menjadi baik dan mau berteman dengannya. Itulah yang paling membuatnya senang. Namun terdapat satu hal yang membuatnya kebingungan. Ia mengangkat tangan kanan dan meratapi gelangnya. Gelangnya sangat cantik. Benar-benar cantik dan sudah dipastikan harganya sangat mahal. Shizuka tak menerimanya karena barang mahal, tapi ia hanya ingin menghargai pemberian Igara. Ia tak bisa membayangkan Igara yang akan bersedih jika pemberiannya ditolak. Lagi pula, mereka sudah berteman cukup lama dan Igara adalah orang yang baik.
“Pagi.” sapa Shizuka saat memasuki kelas dan berjalan menuju mejanya. Seketika juga ia terkejut karena sudah melihat Kazuya duduk di kursinya. “Pagi, Kazuya.”
“Pagi.” sapa Kazuya.
Mendengar sapaan dari Kazuya saja sudah cukup membuat Shizuka senang.
Himari membalik badan. “Shizuka!” teriaknya.
Shizuka terdiam karena kaget. “Jangan teriak pagi-pagi.” ujarnya.
“I-Itu apa?!” Himari menunjuk pada gelang yang dipakainya.
“Ah… ini dari Igara. Kemarin dia memberikannya padaku.” jawab Shizuka sambil duduk di kursinya.
Himari melebarkan matanya. “Apa?! Dia memberikannya gelang semahal itu? Keren sekali! Dan gelangnya juga sangat cantik!”
Shizuka tertawa kecil. “Ya, sangat cantik. Aku tak tega untuk menolaknya. Tapi aku juga tak bilang aku menerimanya. Kau paham?”
“Hm… jadi kau diam saja?”
“Betul.”
“Apakah kau yakin dia hanya memberikanmu ini tanpa bicara yang lain?” tanya Himari penasaran.
“Ya. Dia hanya memberikanku ini lalu aku pulang. Itu saja.” jawab Shizuka santai. Ia masih tak mengerti maksud Himari.
Himari menghela napas. “Baiklah.” ia kembali duduk menghadap ke depan. “Dasar payah, ia tak punya nyali.” gumamnya.
“Kau bicara apa, Himari?” tanya Shizuka.
“Ah tidak apa-apa. Bukan apa-apa.” jawab Himari sambil tertawa garing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments