Sepuluh tahun kemudian
Shizuka memejamkan matanya. Merasakan angin musim gugur yang dingin menerpa wajah dan rambutnya. Sudah sepuluh tahun berlalu, banyak perubahan pada diri Shizuka. Rambutnya kini sudah panjang, sudah menginjak sekolah menengah atas, bahkan sudah mau lulus. Shizuka sudah menjadi gadis yang cantik dan tegar. Semenjak kejadian itu, tak banyak hal spesial yang terjadi pada Shizuka. Hidupnya biasa-biasa saja, bahkan bisa dibilang sangat biasa. Mungkin, ia benar-benar sudah menjadi gadis yang dingin dan menutup hatinya rapat-rapat. Sama sekali tidak ingin membuka hatinya pada siapa pun.
Ketika hendak memasuki gerbang sekolah, kaki Shizuka terdiam dan matanya terpaku pada sesuatu yang seharusnya tak ia lihat. Shizuka tak bisa melangkah. Dengan tatapan yang tajam dan terasa perih karena terhembus angin yang kencang, pandangannya tak bisa berpaling dari seseorang yang baru saja berjalan keluar dari gerbang sekolahnya. Seketika dadanya terasa sakit dan berdebar kencang.
Ka...zuto?
Sosok itu berjalan begitu saja keluar gerbang dengan cepat. Karena Shizuka terdiam lama, ia tak bisa mengejar laki-laki itu.
Tidak mungkin... aku pasti salah lihat. Sudah sepuluh tahun, dia sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu.
"Shizuka!" panggil seseorang sambil sengaja menabrakkan tubuhnya pada Shizuka.
"Ah... Himari." Shizuka sempat terkejut namun ia masih bisa fokus dengan temannya.
Himamoto Himari. Teman Shizuka sejak ia menginjak sekolah menengah atas. Satu-satunya yang mau berteman dan selalu mengikuti Shizuka kemanapun ia pergi. Bahkan ketika Shizuka sempat mengalami waktu sulit, Himari selalu menemani Shizuka. Oleh karena itu, Shizuka akhirnya membuka hatinya pertama kali untuk menerima keberadaan Himari. Sebagai teman kedua setelah Kazuto.
"Apa yang kau lakukan disini sendirian? Ayo masuk." ajak Himari sambil menarik tangan Shizuka semangat.
Walaupun ia sudah berjalan ditarik Himari, pikirannya masih tidak bisa fokus. Siapa laki-laki itu? Apa yang dilakukannya di sekolah ini? Apakah dia murid baru? Apakah aku mulai berhalusinasi?
“Apa? Kau melihat teman masa kecilmu?” tanya Himari.
Shizuka mengangguk. “Tapi aku tak yakin siapa pria itu. Hanya saja, aku familiar dengan wajahnya.”
“Bukankah dia sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu? Kurasa itu tak mungkin.” ujarnya.
Shizuka hanya menghela napas ringan. Ia sangat setuju dengan pernyataan Himari dan sesaat perasaannya terasa lega karena tidak perlu memikirkan hal tadi lebih jauh.
Bel sekolah pun sudah berbunyi dan Shizuka belum terpikirkan kembali oleh sosok itu. Salah satu yang membuat Shizuka mengalihkan pikirannya adalah dengan belajar. Ia memperhatikan semua pelajaran dan mengobrol dengan Himari membuatnya merasa senang.
Shizuka berpisah dengan Himari tepat di depan pintu gerbang sekolahnya. Sebelum hari gelap, Shizuka berpikir akan lebih baik jika ia segera pulang. Atau mungkin ia akan mampir sebentar ke toko roti dekat persimpangan rumahnya. Membelikan ibunya beberapa akan menjadi ide bagus. Namun, ketika Shizuka baru saja keluar dari toko roti itu, ia merasa ada seseorang yang memperhatikannya. Hari sudah mulai gelap dan Shizuka tak bisa melihat dengan jelas. Ia merasakan ada yang mengintipnya dari balik toko dan jantungnya berdegup kencang. Ia takut akan orang jahat.
Shizuka berjalan perlahan menuju rumahnya namun perasaannya semakin tak enak. Lalu, beberapa orang muncul di depan Shizuka sekejap yang entah datang dari mana Shizuka tak melihatnya. Mereka jelas terlihat seperti orang jahat yang suka mengganggu para gadis. Mereka mengucapkan kata-kata yang menggoda Shizuka dan berjalan mendekat.
"Si...siapa kalian?! Ja-jangan mendekat!" pekik Shizuka. Ia memeluk kantong roti dan sekujur tubuhnya bergetar.
"Hei, nona, sudah gelap begini kenapa masih berkeliaran?" ucap salah satu dari mereka.
"Kumohon jangan ganggu aku..." jawab Shizuka. Ia merasakan suaranya yang bergetar ketakutan.
Mereka semakin mendekat dan sempat menyentuh bahu Shizuka. Shizuka menepis tangan orang itu. “Jangan sentuh aku!” teriaknya sambil mundur perlahan-lahan.
“Bermainlah bersama kami sebentar saja… bagaimana?” ujar mereka.
Jika dapat dilihat dengan jelas, mereka berjumlah empat orang. Jangankan empat orang, hanya satu orang pun Shizuka sudah tak berani melawannya.
“Hei-” Salah satu dari mereka mendekat lagi namun Shizuka langsung berlari kencang.
"Kejar dia!" teriak salah satu dari mereka lagi.
Entah Shizuka berlari kemana, yang penting ia harus aman dan menghilang dari pandangan mereka. Ia akan dalam keadaan bahaya jika tertangkap oleh mereka. Kumohon... jangan mengejarku... tolong... tolong…
Shizuka berlari dengan sangat kencang namun seketika ada seseorang yang menariknya dari sebuah gang kecil dan menyekap mulut Shizuka erat. "Ehmm... ehmm...." Shizuka berusaha bicara dan melepaskan diri.
"Shhh... diam sebentar." bisik orang itu.
Gang itu memang sangat gelap dan tak ada penerangan sama sekali. Tapi, dengan tempat gelap sekalipun, ia tahu siapa orang yang sedang mendekap dan menyekap mulutnya dengan kencang. Shizuka menurut dan secara tak sadar ia menahan napas. Matanya tak bisa berpaling dari orang yang ada di depannya. Seorang pria, tinggi, berambut hitam, dan terlihat fokus melihat ke arah luar gang untuk mengawasi para preman itu.
"Sial! Kita kehilangan gadis itu." ujar preman-preman itu dan terdengar mereka pergi menjauh.
Shizuka masih tak berpaling. Ia terus menatap pria di depannya dengan matanya yang sangat lebar. Ia tahu percis siapa sosok ini. Dia... yang kulihat tadi pagi... Apakah dia Kazuto?
Pria itu melepaskan tangannya dan menjaga jarak pada Shizuka. Shizuka akhirnya sudah bisa bernafas dengan lega. "Siapa... kau?" tanya Shizuka.
"Kau baik-baik saja?" tanyanya.
Shizuka hanya mengangguk. "Terima kasih. Tapi, apa aku mengenalmu?" tanyanya lagi. Ia ingin memastikan siapa laki-laki ini.
"Tidak. Pulanglah, sudah malam. Bisa pulang sendiri?"
"Ya. Terima kasih."
Setelah itu, Pria itu malah pergi begitu saja meninggalkan gang itu. Shizuka berlari ke luar gang dan hanya melihat punggung laki-laki itu berjalan menjauh.
“Tunggu!” teriak Shizuka.
Namun, pria itu tidak menyahut dan tetap berjalan menjauh.
Siapa kau sebenarnya? Kenapa aku selalu merasa gugup melihatnya?
Shizuka pulang dengan pikirannya yang dipenuhi oleh pria itu. Pria asing yang dilihatnya sewaktu pagi dan barusan telah menolongnya dari kejaran preman-preman. Apakah ini sebuah kebetulan ? Karena ia sama sekali tak berpikir akan bertemu dengan pria itu lagi. Sudah sejak di sekolahan ia tak memikirkan orang itu. Tapi, karena kejadian barusan, Shizuka malah kembali teringat dan malah lebih parah. Ia tak bisa melupakan orang itu.
Aku yakin aku tak salah lihat. Aku hafal wajah Kazuto ketika kecil. Aku tak mungkin berhalusinasi. Tapi, aku sangat berharap aku melupakan orang itu. Aku takkan bertemu lagi dengannya, aku takkan berurusan lagi dengannya, aku takkan mengingat wajahnya lagi. Aku akan melupakannya sepenuhnya.
Setibanya dirumah, Shizuka langsung menaruh rotinya di atas meja makan. “Aku pulang. Ini roti kesukaanmu, aku taruh disini, ya?” katanya.
“Ah, Shizuka, wah… terima kasih, nak. Aku sudah siapkan makan malam. Kamu ganti baju dan mandi dulu saja.”
Shizuka hanya tersenyum kecil. “Baiklah.” Lalu ia berjalan menaiki tangga dengan lemas.
Kishima mengerutkan dahinya kebingungan. Memang Shizuka menjadi anak yang dingin dan pendiam, namun jarang-jarang ia terlihat lemas. Ia penasaran apa yang terjadi pada putrinya itu.
Shizuka menaruh tas sekolahnya di meja belajarnya. Ia membuka laci meja nakas. Diambilnya sebuah kotak berwarna merah. Terdapat kalung yang tampaknya sudah karatan. Shizuka mengambil kalung itu dan mengusapnya. Lalu seketika ia teringat akan kejadian sepuluh tahun yang lalu. Memang bukan Kazuto yang memperbaikinya, namun ibunya sendiri. Meski begitu, tetap saja, berkat kalung ini, Shizuka jadi bertemu dengan sosok Kazuto. Lalu membuat sebuah kenangan manis baginya.
Kini kalungnya sudah diperbaiki. Hanya saja menjadi karatan karena tidak pernah dipakai lagi sejak kalungnya sudah diperbaiki. Terlalu menyakitkan, Shizuka menyimpannya dalam sebuah kotak merah itu. Matanya berkaca-kaca. Tak ingin menangis, ia segera menaruh kalung dan kotak itu ke dalam meja nakas. Menarik napas dalam-dalam dan berusaha mengendalikan perasaannya agar tak menangis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments