Rasa Yang Asing
Hujan deras mengguyur perumahan kumuh Dukuh Sawit yang terletak di pinggiran kota X.
Saat itu jarum jam persis menunjukkan pukul tengah malam. Suasana perkampungan kecil Dukuh Sawit yang biasanya ramai oleh wanita malam dan para pemujanya pun malam itu nampak sepi. Hanya tampak satu dua mobil yang melintas dan terus melaju cepat tuk menjauh pergi.
Agaknya hujan deras ini membuat orang-orang lebih memilih tuk segera pulang ke rumah. Mereka enggan tuk berlama-lama berada di perkampungan kecil di kota X itu karena perkampungan Dukuh Sawit ini umumnya tergenang banjir bila hujan deras mengguyurnya semalaman.
Siapa pula yang ingin terjebak banjir dan mendapat risiko kendaraan rusak setelahnya? Akan terlalu mahal dan melelahkan tentunya.
Waktu terus berlalu. Perlahan hujan mereda dan hanya menyisakan gerimis kecil-kecil.
Sedikit lewat jam 2 pagi, nampak seorang wanita berusia awal dua puluhan menggendong balita turun dari motor beat di depan gang masuk kampung Dukuh Sawit. Wajahnya putih, cantik dengan tubuh tinggi semampai.
Dengan tergesa-gesa wanita itu melangkah hingga berhenti di sebuah rumah lama berukuran 75 meter persegi. Lalu diketuknya pintu rumah itu dengan cukup keras.
Tak sampai dua menit, perlahan pintu itu terbuka. Seorang pria muda dengan wajah yang tampak jengkel karena tidurnya terganggu menyambutnya. Namun setelah pemuda itu melihat siapa sang tamu, ia terkejut dan terpaku.
"Nan, tolong aku! Tolong putri kita! Selamatkan ia! kumohon.." cecar tamu wanita itu dengan paniknya.
"Apa...apa yang terjadi Yu? Dan kau kemana saja selama ini?" Tanya Nanda.
"Aku.." Rahayu nampak enggan tuk bercerita. "Boleh aku masuk ke dalam?" Pintanya kemudian.
Belum lagi Nanda menjawab, terdengar suara wanita lain dari dalam rumah.
"Siapa yang datang, Yah?.."
Kedua orang yang masih berdiri di muka pintu pun terkejut dan menoleh ke asal suara. Nampak seorang wanita hamil besar mengenakan daster bunga-bunga di sana. Seketika saja ketika tiga pasang mata itu saling bertatapan, suasana tiba-tiba saja hening.
"Rahayu!... Apa maumu?" Tanya Nida dingin.
"Nid, aku.."
"Masuk dulu."
Dan kemudian Rahayu, Nida dan Nanda pun berbincang.
"Aku pergi ke kota Y. Aku memilih tuk pergi setelah kejadian malam itu. Aku tahu aku tak mungkin berada di antara kalian berdua. Bagaimanapun juga kejadian malam itu adalah salahku. Maafkan aku.."
Sejenak suasana kembali hening. Ketiganya mengingat kembali kejadian tak sengaja yang terjadi sekitar dua tahun lalu. Kejadian yang membuat persahabatan di antara mereka jadi retak seketika. Walaupun sebenarnya..
Pandangan Nida beralih ke balita perempuan yang digendong Rahayu. Balita itu tengah tertidur pulas.
"Anak ini.. hasil dari malam itu kah?" tanya Nida perlahan.
Nanda merasa tegang. Sementara Rahayu menunduk menatap wajah putrinya.
"Ya.. ia lahir November tahun lalu.."
"Setelah sebulan di kota Y, aku baru menyadari kalau aku hamil. Aku bingung. Sempat terpikir untuk kembali ke sini. Tapi aku terlalu malu. Terutama padamu, Nid. Aku merasa bersalah sekali.. sempat juga terpikir olehku untuk menggugurkan janin saat itu. Tapi... Aku tak bisa. Bagaimanapun juga ada bagian Nanda dalam dirinya. Aku... Maaf, Nid.."
Rahayu terisak. Nanda sedari tadi hanya diam melihat sosok balita di pangkuan Rahayu. Hatinya kusut berkecamuk. Baru saja ia hendak mengatakan sesuatu, ketika tangan Nida menekan lengannya. Nida menggeleng perlahan. Nanda pun kembali diam. Dan Rahayu kembali bercerita.
"Lalu aku bertemu Aditya. Dia baik dan perhatian padaku. Dia menerima kondisi kehamilanku yang di luar pernikahan. Atau begitu pada mulanya.. aku menerima lamarannya. Kami baru saja menikah dua bulan lalu. Dan kupikir ia benar-benar menerimaku dan Ranum. Sampai kemudian aku tak sengaja mendengar ia berkata kalau ia akan...kalau ia akan melenyapkan Ranum segera setelah kami menikah!"
Nanda dan Nida terkejut. Sekilas mereka saling bertatapan sebelum kembali terdengar suara Rahayu bercerita.
"... Aku mendengarnya semalam tadi! Aku tak akan membiarkannya terjadi. Aku harus menyelamatkan Ranum... Karenanya aku memilih tuk pergi. Tapi aku takut, Nid.. aku takut ia akan menemukan kami dan mencelakakan Ranum. Ia memiliki hubungan dengan mafia. Aku takut ia dapat melacak kemana pun aku pergi.. Karenanya kumohon padamu, Nid.. Nan.. kumohon jaga Ranum untukku. Kumohon...!!"
Tangisan Rahayu kembali pecah. Nida menatap tubuh Rahayu yang tertelungkup memeluk balita Ranum. Isaknya terdengar pelan dan menyedihkan. Setelah beberapa lama, akhirnya Nida berkata.
"Baiklah.. kami akan menjaga dia untukmu, Yu. Tapi bagaimana denganmu? Apa kau akan terus lari?"
"Ya.. ini harus kulakukan, Nid. Demi Ranum.." lalu Rahayu menoleh ke Nanda yang sedari tadi hanya diam saja. "Nan..?"
Nanda pun tersadar kalau ia kini ditatap oleh dua orang wanita yang paling dekat dalam hidupnya. Ia menatap balita yang masih juga pulas tidur, sebelum akhirnya menatap Rahayu lekat-lekat.
"Ya. Aku akan merawatnya seperti putriku sendiri."
'Seperti..?' batin Rahayu tercekat. Hatinya serasa patah lagi seperti yang pernah dialaminya di malam ketika ia meminta keputusan Nanda untuk memilih antara ia atau Nida.
'Apa ia masih juga menyanggah bahwa kami telah bermalam bersama saat itu?! Dan sekarang ia juga tak mau benar-benar mengakui Ranum sebagai putri kandungnya?!'
Sekilas amarah berkobar di dada Rahayu. Sebelum akhirnya padam secepat kemunculannya.
'Biarlah.. yang penting ia mau menjaga Ranum sekarang..'
"Terima kasih.." ucap Rahayu lirih.
Tiba-tiba terdengar dering telpon berbunyi. Semua pandangan langsung tertuju ke tas merah milik Rahayu.
Balita Ranum yg mendengar suara telpon jadi terbangun. Namun ia hanya sejenak membuka mata sebelum akhirnya tertidur lagi.
Rahayu bergegas meraih handphone nya. Namun ia terkejut ketika nama 'Aditya' terpampang di layarnya.
"Aditya!" jerit tertahan Rahayu.
Segera diletakkannya hp kembali ke dalam tas. Tak dihiraukannya suara hp yg terus berdering.
"Nanda, ku titipkan Ranum padamu. Kumohon benar-benar untuk menjaganya. Aku akan kembali jika situasinya sudah aman. Tolong.." dengan lembut ia memindahkan Ranum ke pelukan Nanda.
Sebenarnya hatinya merasa berat sekali tuk berpisah. Tapi bagaimana lah.. ia takut jika ia tak bergegas pergi Aditya akan dapat melacak keberadaannya.
Melihat Ranum dalam pelukan Nanda, hati Rahayu sedikit merasakan bahagia.
'Ini pelukan pertama Ayah untukmu, Nak..bahkan Mama tak pernah merasakannya..' batin Rahayu bicara.
Rahayu lalu menoleh ke Nida yang masih juga duduk bergeming.
"Nida.. terima kasih.. jika malam itu tak pernah terjadi, kita mungkin masih akan jadi sahabat kan? Dan anak dalam perutmu tentu akan memanggilku ante Yu kan? .. maafkan aku, Nid. Aku meminta terlalu banyak padamu. Tapi kumohon.. tolong jaga dan sayangi Ranum seperti bayi dalam perutmu ya, Nid.. kumohon sangat.. tolong.. jaga Ranum.."
Kepala Rahayu tertunduk dalam setelah ia ucapkan permohonannya sebagai seorang ibu. Sejenak suara dering berhenti. Hanya terdengar isak pelan Rahayu dalam ruangan itu.
"Baiklah. Aku akan menjaga Ranum, "ucap Nida.
Kepala Rahayu segera terangkat untuk menatap Nida dengan tatapan haru.
"Terima kasih, Nid.."
Dan tetiba dering hp milik Rahayu kembali berbunyi. Membuatnya tersadar bahwa ia sedang berkejaran dengan waktu.
"Aku harus pergi!" Rahayu lalu bangkit dan mendekati putri kecilnya.
"Ranum sayang.. maafin Mama ya Nak.. kamu sama Ayah.. dan Bunda dulu ya. Mama akan kembali nanti."
Dikecupnya kening dan pipi Ranum dengan penuh cinta. Sebelum akhirnya Ia beranjak ke arah pintu keluar. Namun ketika Rahayu sudah sampai di muka pintu, suara Nanda terdengar menghentikannya.
"Ayu!.."
"..." Rahayu hanya menoleh. Sedikit harapan Kalau Nanda akan memintanya tuk bersamanya muncul. Tapi harapannya mesti pupus, tatkala didengarnya kembali ucapan Nanda berikutnya.
"Hati-hati.."
Rahayu mengangguk sambil memaksakan diri tuk tersenyum. Pikirnya, seiya nya ia harus bersikap tegar di hadapan Nanda dan Nida. Mempertahankan sisa-sisa harga dirinya yang masih ada.
"Selamat tinggal.."
Dan pintu pun tertutup. Menutup pandangan mata Nanda dan Nida dari sosok Rahayu. Keduanya kini terdiam sambil melihat balita yang masih juga pulas di pangkuan Nanda.
"Aku akan menepati janjiku, Yah..aku pun akan menjaganya seperti putriku sendiri. Se iya nya itu akan menebus hutang kita pada Rahayu. Walau aku masih menyimpan marah padanya. Tapi anak ini tak menanggung kesalahan yang dibuat oleh orang tuanya."
Nanda tertegun menatap Nida. Inilah yang membuatnya jatuh cinta pada wanita bertubuh mungil dengan paras biasa ini. Nida memiliki hati yang besar. Ia selalu mampu melihat sisi terbaik dari setiap orang. Hal yang jarang ditemukannya ada pada orang lain.
Nanda yakin, mereka akan benar-benar menepati janji mereka pada Rahayu tuk menjaga Ranum. Bagaimanapun juga, ada rahasia lain yang tak diketahui oleh Rahayu terkait kejadian malam dua tahun lalu itu. Dan sedikit banyaknya ia jadi merasa bersalah padanya.
Entah kapan Nanda bisa mengungkap rahasia ini pada Rahayu. Entah kapan pula ia akan dapat bertemu dengannya.
'semoga saja ia tak apa-apa,' batin Nanda bermonolog.
Dan suara hujan kembali terdengar mengguyur perkampungan Dukuh Sawit. Kali ini hujan kian menderas hingga pagi datang kembali.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Phoenix Emas🍁
Mampir dulu ahh cerita kka keren"😍😍
2023-01-04
0
NandhiniAnak Babeh
wah ada yg baru tp udah end nih.. akoh ga ada pemberitahuan sih 🥺
2022-10-24
1
🔵🌻⃟MENTARY🌞⃠
Hwaiting Kk Mel
Time Travel Lia mampir
2022-10-09
1