MENCINTAI TANPA SYARAT

MENCINTAI TANPA SYARAT

BAB . I . PERTEMUAN

Tahun 1966 , di kota J .

Pada saat itu hanya ada dua orang yang memiliki usaha toko kelontong lengkap dan besar di daerah tempat tinggal ku . Dan salah satu nya toko kelontong keluarga ku , yaitu pak Sumandjaya , bapak ku.

Setiap minggu warga sekitar dan juga warga dari desa sebelah akan berbondong - bondong untukmembeli kebutuhan mereka untuk beberapa hari kedepan bahkan ada yang untuk satu - dua minggu , mereka rela mengantri berjam - jam . Bapak ku yang memiliki anak sebanyak enam belas tentu sangat beruntung karena tidak perlu membayar karyawan , semua anaknya turut membantu . Ada yang membantu bapak di toko , ada yang membantu ibu di rumah . Itu lah pada zaman ini pepatah " banyak anak banyak rejeki" sangat populer .

Suatu hari ketika aku sedang membantu bapakku di toko , bersama ke sepuluh saudara laki - laki ku dan juga bapak, aku melihat seorang gadis yang sedang ikut mengantri sambil mengobrol , sesekali ku lihat ia tertawa ceria .

Ku lihat terus dari dalam toko . Wajah nya yang ramah , senyum manis nya , rambut hitam sepunggung , tubuh kecil mungil nya dan kulit nya yang berwarna sawo matang . Ketika jarak antrian semakin pendek , aku semakin terpana melihat nya .

Deeggg ,

Jantung ku berdegup tak karuan , entah kenapa aku semakin gugup . Sesekali ku lirik ia yang semakin dekat jarak nya . Di antara gadis lain , hanya ia yang penampilan nya berbeda . Cara berpakaian nya tidak seperti gadis - gadis lain .

Gadis ini memakai rok motif bunga selutut dengan warna dasar putih , dan atasan polos berwarna krem berlengan pendek . Sangat anggun dan manis. Setiap kali ia bicara , senyum tak pernah lepas dari bibir nya .

Ingin rasa nya aku melayani keperluan nya , namun aku ragu .. Karena tangan ku yang tiba - tiba gemetar .

Siapa gadis itu ya , aku baru melihat nya , aku tanya langsung aja deh nanti, pikir ku .

Tiba giliran gadis itu mendekat untuk membeli , namun aku tidak dapat mendekat . Tubuhku keluar keringat dingin dan gemetar. Akhirnya ku biarkan saudara ku yang melayani nya .

Samar ku dengar ia menyebutkan pesenan nya satu per satu . Sampai ia selesai , aku hanya bisa menatap nya dari kejauhan . Ketika ia sudah selesai , tiba - tiba saja timbul dorongan dari hati ku untuk mengikuti nya .

" Pak , aku izin istirahat sebentar ya " ucap ku . Bapakku hanya menengok sebentar ke arah ku sambil mengangguk. Aku segera bergegas meninggalkan toko dan menyambar sebuah sepeda milik salah seorang saudara ku yang sedang bersandar di samping toko .

Ku kayuh secepat mungkin agar masih bisa mengejar gadis itu . Tadi aku sempat memperhatikan arah yang di ambil oleh gadis itu .

Tak lama kemudian terlihat lah ia sedang bersepeda bersama tiga orang gadis lainnya . Mereka mengayuh santai sambil mengobrol , entah apa yang mereka bicarakan . Sesekali terdengar suara tawa nya .

Aku mengayuh pelan , mengendap - endap di antara pepohonan yang berbatang besar . Cukup besar untuk menyembunyikan tubuh dan sepeda ku jika tiba - tiba nanti salah satu dari mereka menengok ke belakang . Aku menjaga jarak sekitar dua puluh meter an di belakang mereka .

Untunglah suasana sedikit sepi sehingga aku tidak kelihatan aneh karena bersepeda sangat lambat dan selalu berhenti di samping pohon besar untuk mengendap dan mengintip .

Jarak antar rumah berjauhan , di tambah lagi situasi nya yang masih banyak pepohonan di sepanjang jalan . Jalanan nya pun belum beraspal , hanya tanah yang akan menjadi becek jika hujan turun.

Ku lihat mereka berbelok di persawahan , membuat ku bingung karena tidak bisa lagi mengendap . Akhir nya aku berhenti di balik sebuah pohon menatap ia yang terus melaju menjauh melewati pematang sawah .

Hamparan sawah membentang berhektar - hektar , ku tunggu gadis itu semakin jauh dan terlihat mengecil barulah aku pun mulai mengayuh kembali , dengan tidak mengalihkan pandangan ku ke arah nya .

Setelah meninggalkan area persawahan , ia memasuki area perkebunan karet sekitar satu kilo . Keluar dari kebun karet , ia masih berbelok kembali , tak jauh kemudian terlihat lah sebuah rumah cukup besar dengan halaman yang luas . Aku melihat ia dan kedua gadis itu berhenti kemudian masuk ke dalam rumah tersebut setelah sebelum nya melambaikan tangan kepada seorang gadis yang melanjutkan perjalanan nya .

" Ooohh di sini rumah nya , baiklah tinggal cari tau nama nya " batin ku . Aku pun lantas kembali ke arah toko bapak ku . Cukup jauh juga aku bersepeda mengikuti nya , dan pasti nya juga aku sudah cukup lama meninggalkan toko bapak ku .

☆☆☆☆☆

Sementara itu di kediaman yang lain, sehabis subuh..

" Tin , ini catatannya .. Jangan sampai ada yang terlewat ya " ucap seorang wanita yang berusia sekitar di bawah empat puluhan . Dandanan nya sangat modis, make up tipis dan lipstik yang tidak terlalu mencolok , sangat cantik di usia nya .

" Baik , nyah " jawab Tini kepada nyonya nya

" Ma , aku boleh ikut Tini belanja ya .." rengek seorang gadis yang masih muda , usia nya menginjak tujuh belas tahun

" Tapi itu kan lumayan jauh , sayang .. Nanti kamu kecapekkan , apalagi Tini belanja nya sangat banyak hari ini " ucap bu Ratih dengan lembut, kepada anak semata wayang nya

" Boleh ya ma .. Aku bosen di rumah terus, anggap aja aku sedang olahraga , ma .. Nanti aku sama Erna bawa sepeda sendiri jadi belanja an nya kan bisa di bagi Tiga " ucap nya sambil tersenyum

" Baik lah , jangan menyusahkan ya " ucap mama nya sambil membelai rambut anak nya , yang bernama Wita

" Iya ma " jawab nya dengan girang . Wita pun lantas ke kamar untuk berganti baju dan bersiap pergi ke toko kelontong langganan keluarga nya .

Mereka mengendarai sepeda masing - masing . Memang saat ini kendaraan yang populer itu sepeda dan andong atau dokar . Kereta kuda yang biasa di gunakan mama dan papa Wita jika ingin ke toko atau bepergian ke tempat yang jauh .

Sesampai nya di toko kelontong tersebut , sudah banyak yang berbelanja . Terlihat dari antrian nya yang panjang . Namun meski pun mengantri , semua pelanggan terlihat senang . Karena mereka dapat berbincang dengan sesama pembeli , selain itu juga tempat nya yang adem karena banyak nya pepohonan. Di antara pepohonan juga terdapat beberapa buah bangku panjang yang terbuat dari kayu .

Di sana juga terdapat lahan untuk meletakkan sepeda . Ada juga beberapa yang menggunakan andong .

" Non Wita duduk saja biar tidak capek " ucap Erna , orang kepercayaan keluarga ku yang bertugas mendampingi dan menyiapkan segala kebutuhan ku . Erna sudah lama mengabdi di keluarga ku, selisih usia kami hanya terpaut tiga tahun . Awal nya Erna hanya lah menemani ku karena aku tidak mempunyai adik atau kakak. Erna juga tidak bersekolah , sehingga aku mengajari nya membaca , menulis dan berhitung . Setelah lulus sekolah , aku melanjutkan ke sekolah kepandaian putri . Aku pun meminta Erna untuk tinggal bersama ku . Dan ia pun menyetujui nya dengan senang hati , orangtua ku memberi tugas dan upah yang besar kepada Erna . Erna juga di beri kebebasan jika ingin pulang .

Setelah kami meletakkan sepeda di bawah sebuah pohon yang rindang bersama beberapa sepeda milik orang lain , sesama pembeli .

" Eemm , nanti aj Er .. Aku mau ikut ngantri dulu aahh " ucap ku sambil senyum . Erna pun hanya mengangguk sambil tersenyum juga .

Tini sudah mengambil posisi di barisan , aku dan Erna pun berdiri di samping nya .

" Lhoo ,,non kok ikut ngantri ? nanti capek , pegel - pegel non " ucap Tini sambil menatap Erna dan aku bergantian

" Iya , tadi aku juga sudah minta non duduk tapi ga mau , Tini " jawab Erna . Aku pun hanya mengangguk sambil nyengir .

" Heeii , bisa ga kalian jangan panggil aku 'non' kalo lagi ga ada mama papa ?" bisik ku

Tampak keraguan di wajah mereka berdua , namun akhir nya mereka berdua mengangguk.

" Bagus , karena kalian berdua itu kan teman ku .. Harus nya sih panggil Wita aja di mana pun , cuma aku kuatir nanti kalian kena marah mama papa .. Jadi kalo ga ada mama papa aja ya " ucap ku menjelaskan .

Mereka pun serempak menjawab " iya Witaa " dengan penekanan , kami pun terkekeh bersama

"Ternyata seperti ini suasana nya " batin ku . Aku menyapu kan pandangan ke sekeliling ku , di sana ku lihat ada pohon nangka , Belimbing , pohon Melinjo dan masih banyak lagi pepohonan dengan batang besar dan kokoh .

" Kenapa senyum - senyum , Wit ?" tanya Tini dengan tatapan bingung

" Engga pa pa Tini .. Aku cuma sedang menikmati suasana nya , enak ya .. Ramai .." jawab ku

Tini dan Erna mengangguk , mereka paham kenapa aku suka keramaian . Sebagai anak tunggal , aku memang selalu kesepian . Terutama jika kedua orangtua ku sibuk . Papa ku pengusaha kain , sedangkan mama ku pengusaha pakaian jadi . Mereka sering bepergian berhari - hari bahkan berminggu - minggu . Sedangkan aku di rumah hanya bersama para karyawan yang di percaya oleh kedua orangtua ku untuk merawat dan menemani ku , juga mengurus rumah .

Pov Wita ,

Kenapa seperti ada yang memperhatikan ku ya , batinku . Ku perhatikan satu per satu para pembeli yang sedang ngantri , semua nya sibuk ngobrol . Akhir nya aku pun kembali ngobrol dan bercanda bersama Erna dan Tini .

Aku melihat ke dalam toko dari kejauhan , pelayan nya banyak juga ya , pantes cepet, pikir ku . Aku dan Erna masih berdiri di sebelah Tini sampai tiba giliran kami .

" Tini , mana kertas catetan nya ? " pintaku memaksa .

Tini pun memberikan kertas itu dengan ragu . Aku segera mengambil nya sambil nyengir . Kemudian aku membacakan satu per satu daftar pesenan yang terdapat di kertas tersebut kepada pelayan toko yang berdiri di hadapan ku . Ku lihat semua nya lelaki .

Setelah selesai semua , aku memberi kode ke Tini untuk segera membayar , dan belanjaan nya pun ku serahkan ke Erna .

Akhirnya selesai juga , kami pun berjalan ke arah sepeda . Keranjang sepeda Tini yang pertama di penuhi oleh barang - barang , hingga ke bagian belakang nya . Belanjaan - belanjaan itu di ikat di boncengan sepeda Tini , dan sisa nya di taruh di keranjang sepeda ku dan Erna . Lalu kami kembali pulang . Kami mengayuh sepeda dengan perlahan dan santai sambil berbincang dan bercanda .

Kami pulang berempat bersama seorang tetangga yang rumah nya berada sekitar lima ratus meter dari rumah ku . Tadi kami bertemu di toko kelontong sehingga janjian untuk pulang bersama .

Di sepanjang perjalanan pulang , aku merasa seperti ada yang mngikuti kami . Namun ketika aku berhenti menengok ke belakang , aku tidak melihat siapa pun . Mungkin hanya perasaan ku saja, batin ku.

Pov Wita end.

Aku ngos - ngos an sesampai nya di toko bapak, masih lumayan banyak yang ngantri . Mereka datang silih berganti , mengisi barisan - barisan kosong dengan rapi dan teratur tanpa di suruh .

Aku melirik ke jam dinding , semoga sebelum tutup sudah terlayani semua , kasian kalo harus kembali besok lagi, pikir ku . Sambil meletakkan sepeda itu sembarangan dan berlari masuk ke toko .

Sebelum masuk aku berhenti sebentar di samping sebuah rak yang terletak di dalam toko sebelah pinggir dekat pintu masuk , aku mengatur nafas agar tidak ketahuan bapak .

"Darimana kamu , istirahat kok lama bener .. Ini kasian yang ngantri loh " ucap bapak ku

"Iya pak " jawab ku singkat , dan langsung ngeloyor ke dalam toko dan mulai melayani pesenan pembeli .

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Haaii para readers terzeyeeng ⚘🤗.. Mohon dukungan nya ya , maap jika banyak typo dan alurnya masih berantakan 🙏🙏😬

PLiiss bantu aqoh memperbaiki dengan saran2 kalian ya🤩 .. LIKE 👍 Tapi jgn di boomLike ya 😁🙏🙏 ,,, KOMEN 💕 ,,, VOTE ⚘ Terimakasiih 🙏🙏🤗 luv u all 🤗

Tolong jangan di plagiat ya 🙏 ..🙅‍♀️🙅‍♀️✋✋

Terpopuler

Comments

Ayu

Ayu

dari pertama baca sudah merasa tertarik sama ceritanya

2023-10-18

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 32 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!