Tahun 1966 , di kota J .
Pada saat itu hanya ada dua orang yang memiliki usaha toko kelontong lengkap dan besar di daerah tempat tinggal ku . Dan salah satu nya toko kelontong keluarga ku , yaitu pak Sumandjaya , bapak ku.
Setiap minggu warga sekitar dan juga warga dari desa sebelah akan berbondong - bondong untukmembeli kebutuhan mereka untuk beberapa hari kedepan bahkan ada yang untuk satu - dua minggu , mereka rela mengantri berjam - jam . Bapak ku yang memiliki anak sebanyak enam belas tentu sangat beruntung karena tidak perlu membayar karyawan , semua anaknya turut membantu . Ada yang membantu bapak di toko , ada yang membantu ibu di rumah . Itu lah pada zaman ini pepatah " banyak anak banyak rejeki" sangat populer .
Suatu hari ketika aku sedang membantu bapakku di toko , bersama ke sepuluh saudara laki - laki ku dan juga bapak, aku melihat seorang gadis yang sedang ikut mengantri sambil mengobrol , sesekali ku lihat ia tertawa ceria .
Ku lihat terus dari dalam toko . Wajah nya yang ramah , senyum manis nya , rambut hitam sepunggung , tubuh kecil mungil nya dan kulit nya yang berwarna sawo matang . Ketika jarak antrian semakin pendek , aku semakin terpana melihat nya .
Deeggg ,
Jantung ku berdegup tak karuan , entah kenapa aku semakin gugup . Sesekali ku lirik ia yang semakin dekat jarak nya . Di antara gadis lain , hanya ia yang penampilan nya berbeda . Cara berpakaian nya tidak seperti gadis - gadis lain .
Gadis ini memakai rok motif bunga selutut dengan warna dasar putih , dan atasan polos berwarna krem berlengan pendek . Sangat anggun dan manis. Setiap kali ia bicara , senyum tak pernah lepas dari bibir nya .
Ingin rasa nya aku melayani keperluan nya , namun aku ragu .. Karena tangan ku yang tiba - tiba gemetar .
Siapa gadis itu ya , aku baru melihat nya , aku tanya langsung aja deh nanti, pikir ku .
Tiba giliran gadis itu mendekat untuk membeli , namun aku tidak dapat mendekat . Tubuhku keluar keringat dingin dan gemetar. Akhirnya ku biarkan saudara ku yang melayani nya .
Samar ku dengar ia menyebutkan pesenan nya satu per satu . Sampai ia selesai , aku hanya bisa menatap nya dari kejauhan . Ketika ia sudah selesai , tiba - tiba saja timbul dorongan dari hati ku untuk mengikuti nya .
" Pak , aku izin istirahat sebentar ya " ucap ku . Bapakku hanya menengok sebentar ke arah ku sambil mengangguk. Aku segera bergegas meninggalkan toko dan menyambar sebuah sepeda milik salah seorang saudara ku yang sedang bersandar di samping toko .
Ku kayuh secepat mungkin agar masih bisa mengejar gadis itu . Tadi aku sempat memperhatikan arah yang di ambil oleh gadis itu .
Tak lama kemudian terlihat lah ia sedang bersepeda bersama tiga orang gadis lainnya . Mereka mengayuh santai sambil mengobrol , entah apa yang mereka bicarakan . Sesekali terdengar suara tawa nya .
Aku mengayuh pelan , mengendap - endap di antara pepohonan yang berbatang besar . Cukup besar untuk menyembunyikan tubuh dan sepeda ku jika tiba - tiba nanti salah satu dari mereka menengok ke belakang . Aku menjaga jarak sekitar dua puluh meter an di belakang mereka .
Untunglah suasana sedikit sepi sehingga aku tidak kelihatan aneh karena bersepeda sangat lambat dan selalu berhenti di samping pohon besar untuk mengendap dan mengintip .
Jarak antar rumah berjauhan , di tambah lagi situasi nya yang masih banyak pepohonan di sepanjang jalan . Jalanan nya pun belum beraspal , hanya tanah yang akan menjadi becek jika hujan turun.
Ku lihat mereka berbelok di persawahan , membuat ku bingung karena tidak bisa lagi mengendap . Akhir nya aku berhenti di balik sebuah pohon menatap ia yang terus melaju menjauh melewati pematang sawah .
Hamparan sawah membentang berhektar - hektar , ku tunggu gadis itu semakin jauh dan terlihat mengecil barulah aku pun mulai mengayuh kembali , dengan tidak mengalihkan pandangan ku ke arah nya .
Setelah meninggalkan area persawahan , ia memasuki area perkebunan karet sekitar satu kilo . Keluar dari kebun karet , ia masih berbelok kembali , tak jauh kemudian terlihat lah sebuah rumah cukup besar dengan halaman yang luas . Aku melihat ia dan kedua gadis itu berhenti kemudian masuk ke dalam rumah tersebut setelah sebelum nya melambaikan tangan kepada seorang gadis yang melanjutkan perjalanan nya .
" Ooohh di sini rumah nya , baiklah tinggal cari tau nama nya " batin ku . Aku pun lantas kembali ke arah toko bapak ku . Cukup jauh juga aku bersepeda mengikuti nya , dan pasti nya juga aku sudah cukup lama meninggalkan toko bapak ku .
☆☆☆☆☆
Sementara itu di kediaman yang lain, sehabis subuh..
" Tin , ini catatannya .. Jangan sampai ada yang terlewat ya " ucap seorang wanita yang berusia sekitar di bawah empat puluhan . Dandanan nya sangat modis, make up tipis dan lipstik yang tidak terlalu mencolok , sangat cantik di usia nya .
" Baik , nyah " jawab Tini kepada nyonya nya
" Ma , aku boleh ikut Tini belanja ya .." rengek seorang gadis yang masih muda , usia nya menginjak tujuh belas tahun
" Tapi itu kan lumayan jauh , sayang .. Nanti kamu kecapekkan , apalagi Tini belanja nya sangat banyak hari ini " ucap bu Ratih dengan lembut, kepada anak semata wayang nya
" Boleh ya ma .. Aku bosen di rumah terus, anggap aja aku sedang olahraga , ma .. Nanti aku sama Erna bawa sepeda sendiri jadi belanja an nya kan bisa di bagi Tiga " ucap nya sambil tersenyum
" Baik lah , jangan menyusahkan ya " ucap mama nya sambil membelai rambut anak nya , yang bernama Wita
" Iya ma " jawab nya dengan girang . Wita pun lantas ke kamar untuk berganti baju dan bersiap pergi ke toko kelontong langganan keluarga nya .
Mereka mengendarai sepeda masing - masing . Memang saat ini kendaraan yang populer itu sepeda dan andong atau dokar . Kereta kuda yang biasa di gunakan mama dan papa Wita jika ingin ke toko atau bepergian ke tempat yang jauh .
Sesampai nya di toko kelontong tersebut , sudah banyak yang berbelanja . Terlihat dari antrian nya yang panjang . Namun meski pun mengantri , semua pelanggan terlihat senang . Karena mereka dapat berbincang dengan sesama pembeli , selain itu juga tempat nya yang adem karena banyak nya pepohonan. Di antara pepohonan juga terdapat beberapa buah bangku panjang yang terbuat dari kayu .
Di sana juga terdapat lahan untuk meletakkan sepeda . Ada juga beberapa yang menggunakan andong .
" Non Wita duduk saja biar tidak capek " ucap Erna , orang kepercayaan keluarga ku yang bertugas mendampingi dan menyiapkan segala kebutuhan ku . Erna sudah lama mengabdi di keluarga ku, selisih usia kami hanya terpaut tiga tahun . Awal nya Erna hanya lah menemani ku karena aku tidak mempunyai adik atau kakak. Erna juga tidak bersekolah , sehingga aku mengajari nya membaca , menulis dan berhitung . Setelah lulus sekolah , aku melanjutkan ke sekolah kepandaian putri . Aku pun meminta Erna untuk tinggal bersama ku . Dan ia pun menyetujui nya dengan senang hati , orangtua ku memberi tugas dan upah yang besar kepada Erna . Erna juga di beri kebebasan jika ingin pulang .
Setelah kami meletakkan sepeda di bawah sebuah pohon yang rindang bersama beberapa sepeda milik orang lain , sesama pembeli .
" Eemm , nanti aj Er .. Aku mau ikut ngantri dulu aahh " ucap ku sambil senyum . Erna pun hanya mengangguk sambil tersenyum juga .
Tini sudah mengambil posisi di barisan , aku dan Erna pun berdiri di samping nya .
" Lhoo ,,non kok ikut ngantri ? nanti capek , pegel - pegel non " ucap Tini sambil menatap Erna dan aku bergantian
" Iya , tadi aku juga sudah minta non duduk tapi ga mau , Tini " jawab Erna . Aku pun hanya mengangguk sambil nyengir .
" Heeii , bisa ga kalian jangan panggil aku 'non' kalo lagi ga ada mama papa ?" bisik ku
Tampak keraguan di wajah mereka berdua , namun akhir nya mereka berdua mengangguk.
" Bagus , karena kalian berdua itu kan teman ku .. Harus nya sih panggil Wita aja di mana pun , cuma aku kuatir nanti kalian kena marah mama papa .. Jadi kalo ga ada mama papa aja ya " ucap ku menjelaskan .
Mereka pun serempak menjawab " iya Witaa " dengan penekanan , kami pun terkekeh bersama
"Ternyata seperti ini suasana nya " batin ku . Aku menyapu kan pandangan ke sekeliling ku , di sana ku lihat ada pohon nangka , Belimbing , pohon Melinjo dan masih banyak lagi pepohonan dengan batang besar dan kokoh .
" Kenapa senyum - senyum , Wit ?" tanya Tini dengan tatapan bingung
" Engga pa pa Tini .. Aku cuma sedang menikmati suasana nya , enak ya .. Ramai .." jawab ku
Tini dan Erna mengangguk , mereka paham kenapa aku suka keramaian . Sebagai anak tunggal , aku memang selalu kesepian . Terutama jika kedua orangtua ku sibuk . Papa ku pengusaha kain , sedangkan mama ku pengusaha pakaian jadi . Mereka sering bepergian berhari - hari bahkan berminggu - minggu . Sedangkan aku di rumah hanya bersama para karyawan yang di percaya oleh kedua orangtua ku untuk merawat dan menemani ku , juga mengurus rumah .
Pov Wita ,
Kenapa seperti ada yang memperhatikan ku ya , batinku . Ku perhatikan satu per satu para pembeli yang sedang ngantri , semua nya sibuk ngobrol . Akhir nya aku pun kembali ngobrol dan bercanda bersama Erna dan Tini .
Aku melihat ke dalam toko dari kejauhan , pelayan nya banyak juga ya , pantes cepet, pikir ku . Aku dan Erna masih berdiri di sebelah Tini sampai tiba giliran kami .
" Tini , mana kertas catetan nya ? " pintaku memaksa .
Tini pun memberikan kertas itu dengan ragu . Aku segera mengambil nya sambil nyengir . Kemudian aku membacakan satu per satu daftar pesenan yang terdapat di kertas tersebut kepada pelayan toko yang berdiri di hadapan ku . Ku lihat semua nya lelaki .
Setelah selesai semua , aku memberi kode ke Tini untuk segera membayar , dan belanjaan nya pun ku serahkan ke Erna .
Akhirnya selesai juga , kami pun berjalan ke arah sepeda . Keranjang sepeda Tini yang pertama di penuhi oleh barang - barang , hingga ke bagian belakang nya . Belanjaan - belanjaan itu di ikat di boncengan sepeda Tini , dan sisa nya di taruh di keranjang sepeda ku dan Erna . Lalu kami kembali pulang . Kami mengayuh sepeda dengan perlahan dan santai sambil berbincang dan bercanda .
Kami pulang berempat bersama seorang tetangga yang rumah nya berada sekitar lima ratus meter dari rumah ku . Tadi kami bertemu di toko kelontong sehingga janjian untuk pulang bersama .
Di sepanjang perjalanan pulang , aku merasa seperti ada yang mngikuti kami . Namun ketika aku berhenti menengok ke belakang , aku tidak melihat siapa pun . Mungkin hanya perasaan ku saja, batin ku.
Pov Wita end.
Aku ngos - ngos an sesampai nya di toko bapak, masih lumayan banyak yang ngantri . Mereka datang silih berganti , mengisi barisan - barisan kosong dengan rapi dan teratur tanpa di suruh .
Aku melirik ke jam dinding , semoga sebelum tutup sudah terlayani semua , kasian kalo harus kembali besok lagi, pikir ku . Sambil meletakkan sepeda itu sembarangan dan berlari masuk ke toko .
Sebelum masuk aku berhenti sebentar di samping sebuah rak yang terletak di dalam toko sebelah pinggir dekat pintu masuk , aku mengatur nafas agar tidak ketahuan bapak .
"Darimana kamu , istirahat kok lama bener .. Ini kasian yang ngantri loh " ucap bapak ku
"Iya pak " jawab ku singkat , dan langsung ngeloyor ke dalam toko dan mulai melayani pesenan pembeli .
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
Haaii para readers terzeyeeng ⚘🤗.. Mohon dukungan nya ya , maap jika banyak typo dan alurnya masih berantakan 🙏🙏😬
PLiiss bantu aqoh memperbaiki dengan saran2 kalian ya🤩 .. LIKE 👍 Tapi jgn di boomLike ya 😁🙏🙏 ,,, KOMEN 💕 ,,, VOTE ⚘ Terimakasiih 🙏🙏🤗 luv u all 🤗
Tolong jangan di plagiat ya 🙏 ..🙅♀️🙅♀️✋✋
Seminggu berlalu , namun Rinto tidak bertemu gadis itu lagi . Begitu pun dengan minggu- minggu berikut nya .
Entah setelah minggu ke berapa akhir nya Rinto melihat seorang wanita yang pernah bersama gadis itu .
"Aaahh pucuk di cinta , ulam pun tiba " batin ku .
Begitu ia tiba di bagian depan untuk menyebutkan pesanan nya ,
" Siang mbak, mau beli apa ? " tanya ku sebelum memulai aksi ku
Ia pun menyebutkan semua pesenan nya satu per satu , aku segera menyiap kan secepat nya .
" Masih ada lagi , mbak ?" tanya ku
" Sudah cukup untuk sekarang,mas .. Jadi berapa semua nya ?" tanya nya sambil mengeluarkan dompet
Dan segera membayar setelah ku sebutkan jumlah belanjaan nya . Sebelum ia beranjak buru - buru aku menyapa nya lagi ,
" Maaf mbak , temen nya yang satu lagi ga ikut ya ?" Lanjut ku
" Yang mana ya , mas ?"tanya nya nampak berpikir
" Oohh yang dulu itu , beberapa minggu yang lalu saya lihat gadis memakai rok bunga - bunga , atasan krem , rambut nya sepunggung " selidik ku sambil cengar cengir menahan malu
Gadis itu pun berpikir sejenak , berusaha mengingat - ingat .
" Oohh iyaa .. Itu non Wita , anak majikan saya , mas " ucap nya
"Alhamdulilah, dia inget " batin ku
"Kalo mbak nya siapa nama nya ?"tanya ku lagi
" Saya Tini , pembantu di rumah non Wita , mas "jawab nya
"Mbak Tini, tolong sampein salam kenal dari saya untuk dek Wita ya " sambung ku sambil senyum
" oiyaa nanti saya sampein , mas " ucap nya sambil mengambil belanjaan nya dan beranjak dari toko
☆☆☆☆☆
Sesampai nya Tini di rumah , ia langsung menaruh belanjaan nya ke dapur . Dan mulai merapikan rumah , lalu memasak untuk makan siang . Setelah semua selesai , tak lama kemudian terdengar suara ceria dari arah depan .
" Halooo Tiin , wuaahhh wangi banget .. masak apa niih ?" tanya Wita sambil membuka tudung saji di atas meja makan
" Halooo juga non " jawab Tini sambil senyum . Dia hapal betul sifat nona nya jika mencium aroma makanan kesukaannya
" Non Wita mau makan sekarang ? Nanti Tini siapkan " ucap nya
" Boleh , tapi di temani ya .. Sama kamu dan Erna . Eehh Erna mana yaa , kok belum nongol - nongol " ucap Wita sambil celingukan
Tini segera menyiapkan tiga piring , gelas , nasi dan lauk pauk nya .
" Ernaaaaaaaa ... " teriak Wita tiba - tiba
Kemudian terlihat Erna berlari - lari menghampiri Wita
" Iyaa , ada apa non .. Kenapa ?" tanya Erna panik
" Makan yuuukk .. Bertiga " jawab Wita dengan santai , tak peduli dengan tatapan panik Erna
Erna pun menarik nafas lega , ia pikir nona nya kenapa - kenapa tadi , tenyata ngajak makan. Akhir nya mereka pun makan bertiga sambil ngobrol . Jika ada kedua orangtua nya Wita di larang untuk makan satu meja makan dengan Erna dan Tini . Bahkan ia juga di larang berbicara sambil makan . Didikan kedua orangtua Wita masih ber bau - bau ningrat , hanya saja Wita nya yang sering protes bahkan melanggar nya , baik itu secara langsung mau pun diam - diam.
Keesokkan hari nya ,
" Nak, mama punya model baru .. Kalo kamu mau liat, datang aja ke toko ya .. Mama ga sempat bawa ke rumah " ucap mama nya Wita
"Iyaa ma ? Asiiikkk .. besok aku kesana sama Erna ya " jawab Wita
Setiap kali mama nya Wita mendapatkan model baju terbaru untuk mengisi toko nya , Wita lah yang pertama kali di beritahu . Jika Wita menyukai nya maka ia di izinkan oleh mama nya untuk memakai nya , dengan gratis tentu nya . Oleh sebab itu Wita selalu berpenampilan modis di banding gadis lain yang seusia nya.
Mama nya hanya tersenyum sambil mengangguk , ia senang setiap kali anak nya terlihat ceria .
Beberapa hari kemudian ,
Wita dan Erna sedang bersepeda , mereka ingin mengunjungi toko kepunyaan mama nya Wita .
Tiba - tiba Wita menghentikan sepeda nya saat melewati seorang pedagang buah di pinggir jalan .
"Na , beli salak dong .. ini uangnya , beli tiga kilo ya , pilih yang bagus dan manis" perintah Wita
"Siap Wit " ucap Erna mengambil selembar uang yang di berikan oleh Wita .
Mereke duduk santai sejenak di pinggir jalan di bawah sebuah pohon sambil makan salak , tiba - tiba ..
" Siang nona - nona , mau kemana .. Di anter yuukk " ucap seorang lelaki
Wita dan Erna saling menatap , tanpa menjawab lelaki itu , mereka langsung beranjak mengambil sepeda masing - masing dan mengayuh nya dengan cepat .
Sesampai nya di toko mereka ngos - ngos an , namun sesaat kemudian sudah melupakan kejadian itu, dan langsung memilih baju dengan sumringah . Tak lupa Wita juga memilih pakaian untuk Tini .
☆☆☆☆☆
Tiba waktu belanja kembali , kali ini Wita dan Erna ikut dengan Tini . Setelah selesai,
Wita mengajak mereka jalan kaki dulu sebentar , alhasil sepeda - sepeda itu di dorong oleh mereka . Semua belanjaan di letakkan di keranjang Tini dan Erna , sedangkan keranjang Wita di taruh tiga botol minuman dan satu kilo jeruk . Sebagai bekal mereka jika haus atau kepengen ngemil .
Di tengah perjalanan ,
"Haaii dek Wita .." ucap seorang pria dari arah belakang
Wita , Erna dan Tini refleks menghentikan langkah nya dan menoleh ke belakang.
Wita menatap pria itu dari atas hingga bawah , namun ia tidak mengenal nya .
"Kenalkan, nama saya Rinto " ucap nya sambil tersenyum
" Oohh mas nya yang kerja di toko pak Sumandjaya ya ?" Tanya Tini
" Iiya ,itu toko bapak saya , mbak " ucap Rinto sambil nyengir
Wita hanya menatap tanpa tersenyum . Lalu menaiki sepeda nya dan mengayuh kembali dengan perlahan .
Rinto menatap punggung Wita yang melaju menjauh sambil tersenyum. Ia semakin penasaran dengan Wita . Bagi nya Wita merupakan wanita yang tidak mudah di dekati , dan itu justru membuat Rinto semakin tertantang untuk menaklukkan hati nya .
"Eehh ,,ma maaf ya mas .. Permisi " ucap Tini sambil mengejar Wita . Di ikuti oleh Erna .
"Wit.." panggil Tini setelah ia berhasil mensejajarkan sepeda nya
"Hemm" jawab Wita tanpa menoleh
" Orang itu .. Sempat nitip salam buat Wita beberapa minggu yang lalu . Maaf saya lupa menyampaikan " lanjut Tini tertunduk
"Oohh , Lain kali diamkan saja , aku tidak menyukai nya Tin " ucap Wita tegas namun dengan nada lembut . Wita memang bukan tipe pemarah . Jika ia tidak menyukai sesuatu atau seseorang , ia akan diam dan langsung menghindar .
" Baik Wit " jawab Tini singkat .
Kemudian mereka pun melanjutkan obrolan nya sepanjang jalan . Sesekali mereka tertawa bersama . Tak lama kemudian mereka sampai di rumah .
Setelah menaruh semua belanjaan nya di belakang , Wita segera ke kamar nya untuk beristirahat . Sementara itu Tini langsung membereskan semua belanjaan ke rak yang biasa di gunakan untuk menyimpan stok kebutuhan rumah . Sedangkan Erna membuatkan minuman , kemudian memberikan satu untuk Tini dan yang dua gelas nya di bawa ke kamar Wita .
☆☆☆☆☆
Sejak peristiwa itu, Wita tidak pernah lagi mau ikut Tini jika belanja ke toko pak Sumandjaya . Dan itu membuat Rinto gelisah karena tidak bisa melihat pujaan hati nya .
Rinto pun mulai melakukan aksi detektif - detektifan .
Suatu hari Rinto melewati rumah Wita, tentu nya dengan sengaja . Ia berharap dapat melihat pujaan hati meski hanya sekilas . Entah kenapa , sejak terakhir melihat Wita , wajah nya selalu terbayang .
Namun ia kembali kecewa karena tidak melihat Wita di luar rumah .
Ia pun terus saja bolak balik seharian .
"Aahh besok aku akan kembali lagi " batin Rinto dengan penuh semangat
Wita tidak menyadari bahwa Rinto justru semakin nekat untuk mendekati nya . Entah strategi apa yang akan di gunakan Rinto untuk meluluhkan hati Wita .
#############################
Haaii para readers terzeyeeng .. ini novel kedua ku , mohon maap jika masih banyak kekurangan🙏🙏😬
PLiiss bantu aqoh memperbaiki dengan saran2 kalian ya🤩 .. LIKE 👍 tp jgn di bom ya😁🙏 ,,, KOMEN 💕 ,,, VOTE ⚘ Terimakasiih 🙏🙏🤗 luv u all 🤗
Pagi - pagi sekali Rinto sudah mengisi air di bak - bak kamar mandi untuk mandi kedua orangtua dan ke lima belas saudara nya .
Setelah itu ia mandi , dan dandan rapi . Lalu ia sarapan bersama keluarga nya .
Selesai sarapan, ia menghampiri bapak nya .
" Pak, hari ini aku tidak bisa membantu penuh di toko , aku lagi ada urusan di luar , pak " ucap ku dengan hati - hati agar bapak ku tidak marah .
" Ya sudah tidak apa - apa , asal jangan yang aneh - aneh kamu ya " jawab bapak
" Iya tidak, pak " ucap ku
" Aku tidak aneh - aneh kok pak.. Hanya berjuang untuk calon mantu bapak " batin ku sambil membayangkan wajah Wita
" Ngapain kamu masih senyum - senyum di sini ?" tanya bapak dengan tatapan heran menatap ku
" Eehh anuu , engga pak " jawab ku salah tingkah .
Setelah berpamitan dengan bapak dan ibu, aku segera berjalan ke luar rumah .
Sesampai nya di rumah Wita , aku melihat rumah nya dalam keadaan sepi . Aku pun mencari warung kopi di sekitar situ .
Setelah aku melajukan sepeda ku sekitar lima ratus meter, terdapat sebuah warung kopi sederhana. Dinding nya terbuat dari bilik kayu yang kusam , warung nya tidak begitu luas . Di halaman nya terdapat beberapa meja panjang dan kursi panjang nya . Di atas meja ku lihat aneka kue jajanan dan juga aneka gorengan .
Sudah terdapat beberapa lelaki yang sedang ngopi sambil ngobrol di warung itu . Aku pun menghampiri warung itu ,
" Permisi bapak - bapak , ikutan ngopii yaa " jawab ku sopan . Aku pun mencari posisi yang menghadap ke jalan .
" Oiyaa silahkan dek " jawab seorang pria
" Pak, kopi hitam satu ya " ucap ku kepada pemilik warung sambil mencomot pisang goreng
" Rokok , pak ?" tawar ku kepada sekelompok bapak - bapak itu
" Wuaah boleh juga nih nyobain rokok anak muda " jawab nya sambil cengar cengir ke arah ku
"Boleh pak, silahkan .." jawab ku tersenyum sambil menggeser bungkus rokok ku ke hadapan mereka berikut dengan korek api nya .
" Kopi nya , dek " ucap pemilik kopi membawakan pesenan ku
" oiya terimakasih , pak " jawab ku sopan, ku lihat kopi itu masih panas dengan uap asap yang mengebul
Ku hirup aroma kopi yang menyegarkan , ku seruput sedikit .. " Aahhh sedapp, nikmat sekali .. Apalagi sambil di dampingi dek Wita ngopi nya " pikir ku
Hari menjelang siang , ku lihat dua gadis bersepeda sambil bercanda . Ku perhatikan dengan seksama dari jauh , aku pun terkejut tapi senang ..
" Pak , nanti saya kembali lagi " teriak ku kepada pemilik warung sambil menaiki sepeda ku .
Ku kejar gadis itu , ku dahului lalu ku hentikan sepeda ku satu meter di hadapan nya . Mwmbuat ia dan teman nya menghentikan sepeda nya mendadak ,
Aku pun segera turun dari sepeda lalu menghampiri nya ,
" Siang dek Wita " sapa ku sambil tersenyum menatap nya , aku pun melihat sekilas ke arah gadis yang berada di sebelah Wita sambil menganggukkan kepala ku . Ia pun membalas sekedar nya .
Yang ku sapa hanya diam membisu sambil menatap ku , membuat ku semakin salah tingkah .
" Duuhh galak tapi manis banget.. Gimana nih " batin ku , sambil menggosokkan kedua telapak tangan ku secara otomatis jika aku sedang gugup .
"Anuu dek .. Anuu , ituu .. hhehe ..
A.. Apa saya boleh berteman sama dek Wita ?" tanya ku hati - hati
"Maaf mas, saya tidak boleh punya teman lelaki sama orangtua " ucap Wita tegas dan sedikit ketus
" Permisi " lanjut Wita sambil melanjutkan mengayuh sepeda nya . Erna pun mengikuti ku . Aku menoleh sekilas ke arah lelaki itu , ia masih berdiri menatap ku . Aku pun mengayuh lebih cepat karena rumah ku sudah tidak jauh lagi .
"Sekali lagi bikin ulah , liat aja tuh cowok " batin Wita
Rinto menghela napas , ia kembali ke warung tadi .
" Pak, jadi berapa ?" tanya ku
" dua ribu dek .. Tadi bapak liat kamu menghampiri non Wita , naksir ya ?" goda pemilik warung sambil cengar cengir
" Hehe .. Bapak kenal ?" selidikku
" Ya kenal dek .. Non Wita itu orang nya ramah dan baik hati . Tidak sombong meski pun anak orang berada . Kedua orangtua nya juga baik . Non Wita sering nyuruh pembantu nya beli kue - kue di sini " ucap pemilik warung sumringah
"Oohh gitu, tapi kok setiap ketemu aku galak dan judes ya " batin ku
" Dek Wita itu kalo keluar rumah jam berapa ya pak ?" tanya ku lebih lanjut
"Biasa nya sih setelah kedua orangtua nya pergi .. Sekitar jam sembilan ato sepuluh an . Tapi saya ga tau kemana " jawab bapak itu
" Ya sudah kalo begitu , pak .. Besok saya ke sini lagi ya " ucap ku sambil membayar dan berpamitan .
Bapak itu mengangguk sambil tersenyum .."Hhh , rupa nya ada anak muda lagi jatuh cinta " batin nya
Pengintaian Rinto terus berlanjut , meski pun mendapat penolakan . Ia semakin bertekad untuk dapat memiliki Wita se utuh nya .
Kali ini Rinto sudah siap dengan penyamaran nya . Ia menggunakan topi untuk menutupi wajah nya . Jam delapan pagi ia sudah ngopi di warung seberang rumah Wita , rencana nya ia akan menguntit Wita kembali . Rinto sangat penasaran kemana Wita pergi setiap hari nya .
Betul kata pemilik warung , sekitar jam sembilanan terlihat Wita dan Erna keluar mengendarai sepeda nya . Wita menggunakan celana panjang berwarna coklat polos , blus berwarna coklat muda dengan motif abstrak , kacamata besar . Rambutnya di kepang dua dan di tutupi dengan topi yang model nya mirip topi koboi , hanya ini lebih kecil lagi ukuran nya. Sangat cocok dengan wajah dan penampilan nya .
Rinto menatap takjub dari jauh ,
" Benar - benar modis dan anggun .. Sangat cantik calon istri ku " benak Rinto
Plaakk ,, sebuah pukulan di bahu nya membuat Rinto terkejut dan segera menoleh sambil mengusap - usap bahu nya .
" Senyam senyum sendiri .. Udah sana deketin , nanti keburu jauh orang nya " goda pemilik warung yang sudah mulai akrab dengan ku
Aku pun langsung cengar cengir , tanpa menjawab lagi , segera bergegas mengambil sepeda dan mengejar Wita yang semakin jauh .
Dengan tetap menjaga jarak agar tidak menimbulkan kecurigaan mereka , Rinto mengayuh sepeda nya perlahan .
Hari pun berganti , sudah dua minggu Rinto menjadi penguntit Wita . Kini Rinto mengetahui kemana saja Wita jika tidak di rumah . Rinto sangat terpesona dengan kebaikan hati dan kecerdasan Wita . Bagaimana tidak , mulai dari menjadi pengajar bagi beberapa anak kurang mampu , ia juga mengajari orang dewasa yang buta huruf, semua nya gratis . Wita juga mengambil kursus menjahit dan menyulam . Rinto juga melihat Wita masuk ke sebuah tempat kursus masak , entah dia sebagai murid atau guru di sana . Rinto belum sempat mencari info .
Setelah yakin dengan keputusan hati nya , kini Rinto pun semakin nekat .
Sabtu sore, Rinto memberanikan diri datang ke rumah Wita dengan membawa buah tangan .
Setelah memarkirkan sepeda di halaman rumah Wita ,
Tok tok tok
" Assalamualaikum " sapa Rinto . Ia menunggu sejenak di depan pintu .
Tak berapa lama terdengar suara langkah kaki dan pintu di buka
" Waalaikumsalam , cari siapa mas ?" tanya Tini
" Masih inget saya , mbak ? Saya mau bertemu dek Wita " ucap nya ramah
" Oohh , ini mas nya yang anak nya pak Sumandjaya ya ?" tanya Tini
" Iya,mbak .. Tolong bantu saya ya mbak, biar bisa ketemu sama dek Wita " ucap ku memohon
" Mas nya tunggu di sini sebentar ya, saya panggilkan non nya dulu " ucap Tini sambil masuk ke dalam . Sementara itu Rinto duduk di kursi teras .
Tini segera menemui Wita yang sedang baca buku di halaman belakang rumah .
" Non , maaf .. Ada tamu mau ketemu non Wita " ucap Tini
Dengan tatapan bingung dan tampak berfikir ,
" Siapa , Tin ? Kan aku ga punya janji mo ketemu orang hari ini . Salah kali kamu Tin , mungkin mau ketemu papa atau mama " jawab Wita sambil mengalihkan pandangan nya kembali ke buku yang sedang ia baca .
"Ee..Engga non .. Memang mau ketemu nya sama non ..,Non temuin dulu ya , saya mau bikin minum " ucap Tini langsung beranjak ke dapur
Wita menghela nafas sambil beranjak dari duduk nya dan berjalan ke depan .
Ia terkejut begitu melihat Rinto sedang duduk di kursi teras , Wita menghampiri nya ..
" Maaf , nunggu siapa mas ? " tanya Wita dengan sedikit malas
Rinto pun segera menoleh , lalu ia pun segera berdiri
" Eehh oohh , mmm.. maaf menganggu dek Wita " ucap Rinto dengan gugup
" Silahkan duduk .. Ada perlu apa ?" Lanjut Wita dengan dingin
Tak lama kemudian Tini keluar membawa minuman dan cemilan .
" Maaf ini ada sedikit , tak seberapa enak mungkin .. Tapi saya harap bisa di terima sama dek Wita " ucap Rinto sambil menyerahkan bingkisan yang ia bawa
" Duuhh ga usah kayak begini an deh , udahlah bawa aja lagi " jawab Wita mulai ketus
Akhir nya Rinto menaruh bingkisan itu di meja .
" Dek, tujuan saya ke sini ingin berteman .. Bila perlu nanti saya minta izin sama kedua orangtua mu ya " bujuk Rinto
Wita menatap dengan malas ke arah Rinto ,
" Orangtua ku sibuk " jawab nya
" Dan kebetulan aku juga saat ini lagi sibuk. Silahkan mas kembali , dan jangan lupa ini di bawa lagi ya " ucap Wita . Wita menolak Rinto terang - terangan
Kemudian ia pun masuk ke dalam dan menutup pintu nya perlahan .
Penolakkan Wita tidak membuat Rinto patah semangat .
Pada hari minggu nya , sekitar jam sembilan pagi , Rinto datang kembali ke rumah Wita .
Ada hal yang tidak di ketahui oleh Rinto , kedatangan nya kali ini mendapat sambutan yang berbeda .
Seperti biasa , ketika Rinto sampai di depan gerbang rumah Wita , ia segera membuka pintu nya , tanpa ia duga tiba - tiba ..
Duuggg
Sebuah kaleng bekas menghantam bokong nya . Membuat ia meringis dan sedikit tersungkur .
Rinto pun membalikkan badan nya , meneliti kaleng bekas yang tertutup rapat . Entah apa isi nya, namun kaleng tersebut lumayan berat ketika ia angkat , dan cukup sakit mengenai bokong nya . Ia melihat ada seutas tali di ikat di kaleng tersebut , Rinto pun mengikuti tali tersebut . Ternyata tali itu ujung nya terikat dengan engsel pintu . Sehingga ketika pintu di buka maka kaleng tersebut akan langsung meluncur dan mengenai siapa pun yang membuka nya .
" Hhmmm , pinter juga yang bikin nih " gumam Rinto
Setelah meletakkan kaleng bekas itu , ia segera masuk menuju ke pintu rumah .
Sementara itu di atas balkon , ada seorang gadis yang sedang mengawasi sambil menahan senyum nya
" Rasain .. Tunggu kejutan selanjut nya " ucap nya
Took took took ..
" Assalamualaikum " sapa Rinto
Hening , tak ada suara .. Akhir nya Rinto pun berjalan mengitari rumah Wita . Di samping rumah ia melihat Tini sedang menyiram tanaman menggunakan selang .
Rinto pun segera berlari menghampiri ,
" MBAAK " panggil nya dengan nada mengejutkan
Tini pun menoleh dengan kaget , selang yang sedang mengalirkan air tersebut ikut mengarah ke Rinto .
Syuurrrr ..
" Eehh eeehhh mbaakkk , kok saya di siram .. yaahhh basaahhh deeh " ucap Rinto sambil mengibaskan pakaian nya yang basah kuyup
" Ealaaahh mas nya sih ngagetin manggil nya , maap mas .. Maap , walah jadi basah ya .. Gimana ya " ucap Tini dengan panik
" Ya sudah kalau gitu , nanti saja saya balik lagi , mau ganti baju dulu mbak" ucap Rinto menahan kesal
Dari balik jendela kamar , seorang gadis tertawa sangat puas .
" Ga sia - sia aku nyuruh Tini nyiram tanaman .. Untung mama sama papa lagi keluar kota , jadi aman ngerjain tuh cowok . Semoga aja kapok dia " ucap nya sumringah.
Sesampai nya Rinto di rumah nya , ia segera ke toko membantu bapak nya .
" Rupa nya kau mau bermain nona kecil , baiklah .. Kita lihat siapa yang akan menang " gumam Rinto
#############################
Haaii para readers terzeyeeng .. ini novel kedua ku , mohon maap jika masih banyak kekurangan 🙏🙏😬
PLiiss bantu aqoh memperbaiki dengan saran2 kalian ya🤩 .. LIKE 👍 tp jgn di bom ya😁🙏 ,,, KOMEN 💕 ,,, VOTE ⚘ Terimakasiih 🙏🙏🤗 luv u all 🤗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!