Akupun Menyerah
•
•
•
Namaku Nayara Syila, aku biasa di panggil dengan panggilan Naya oleh kedua orang-ku, tak terkecuali untuk seseorang. Umurku sekarang dua puluh dua tahun, beberapa bulan yang lalu aku baru saja lulus dan menyelesaikan pendidikan terakhirku di salah satu Universitas yang ada di kota tempat ku tinggal saat ini.
Aku anak yang sangat beruntung karena dilahirkan dari kedua orang tua yang teramat sangat menyayangiku. Mungkin karena aku adalah anak satu-satunya dari Ayah dan Ibu. Sehingga mereka begitu menyayangi aku. Meskipun begitu, Ayah selalu mengajari aku untuk tidak menjadi manja. Ayah selalu bilang untuk menjadi pribadi yang baik, bertanggung jawab, serta harus bisa menghormati dan menghargai orang lain. Tidak boleh memandang rendah siapapun. Karena menurut Ayah semua manusia itu sama. Banyak sekali pelajaran yang aku terima dari kedua orang tua ku. Dan aku sendiri sangat bangga bisa memiliki kedua orang tua hebat seperti mereka.
Ya, karena Ayah dan Ibu adalah orang yang sangat berharga dalam hidupku.
Karena aku begitu menyayangi mereka berdua, maka akupun tidak bisa menolak saat mereka ingin mengenalkan ku pada seseorang. Seorang laki-laki yang mereka kenal sebagai anak dari sahabat Ayah.
Awalnya aku terkejut saat Ayah ingin menjodohkan aku dengan laki-laki yang sama sekali tidak aku kenal. Aku ingin menolak, aku ingin mengatakan kepada mereka kalau aku tidak ingin di jodohkan. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa karena Ayah dan Ibuku yang meminta secara langsung.
"Ra ... apa sebaiknya kalian berdua bertemu dulu?" Aku menatap Ayah yang sekarang duduk berhadapan dengan ku."Kalo kalian sudah bertemu, Ayah tidak akan memaksa jika kamu benar-benar menolak perjodohan ini."
Aku menatap Ibu, pun dengan Ibu yang ternyata sedang menatapku pula. Lantas ibu tersenyum sambil menggenggam tanganku lembut.
"Ayah sama Ibu tidak akan memaksa jika kamu keberatan, sayang." Ujarnya sambil tersenyum.
"Siapa laki-laki itu Ayah?" Tanya ku pada Ayah. Aku penasaran kenapa mereka berdua ingin sekali menjodohkan ku dengan laki-laki itu.
"Namanya Sebastian Alamsyah, dia anak laki-lakinya sahabat Ayah." Ayah mengambil napas terlebih dulu sebelum kembali membuka suaranya. "Beberapa minggu yang lalu Ayah bertemu dengan Adi secara tidak sengaja. Kami banyak bercerita panjang lebar. Hingga akhirnya, Ayah menceritakan tentang kamu pada Adi. Begitu Adi melihat poto kamu dalam ponsel Ayah, Adi begitu tertarik sama kamu. Dan dia secara langsung mengutarakan keinginannya untuk menjodohkan putranya dengan kamu."
"Kenapa bisa secepat itu Ayah? gimana kalo lelaki itu pun menolak bertemu dengan-ku?"
Ayah tersenyum sembari menyesap kopinya secara perlahan. "Sekarang kamu sendiri mau tidak bertemu dengan Tian? kalau untuk Tian, itu masalah gampang." Ujarnya lagi sambil menaruh kembali cangkir nya di atas meja.
Aku terdiam sesaat, bibirku terasa kelu untuk mengatakan kalau sebenarnya akupun menolak.
Aku tidak akan menyalahkan Ayah dan Ibu karena kejadian beberapa tahun yang lalu. Mungkin mereka berdua sakit hati ketika melihat putri satu-satunya itu terluka. Aku sempat marah, kesal dan kecewa karena Ayah dan Ibu melarang aku untuk menikah dengan kekasihku-waktu itu. Aku sampai berpikiran buruk kepada kedua orangtua ku sendiri kalau saja kebenaran itu Tidak terungkap.
Dimana waktu itu aku begitu hancur, sakit hati dan tentunya sangat terluka saat mengetahui kalau laki-laki yang begitu aku banggakkan selama ini, begitu aku sayangi dan beberapa bulan lagi akan resmi menjadi seorang suami, ternyata telah mengkhianati-ku. Aku mendengar dan melihatnya secara langsung bagaimana ia mengakui kesalahannya sendiri yang telah melakukan sebuah kesalahan besar. Kesalahan yang tidak mungkin untuk aku maafkan dalam waktu sekejap.
Aku memilih mundur, dan membatalkan rencana pernikahan ku sendiri. Aku melepaskan laki-laki itu untuk perempuan yang saat ini tengah mengandung anaknya. Darah dagingnya sendiri. Meskipun Arga, sempat berlutut dan menjelaskan semua kejadian yang membuat perempuan itu hamil di luar kendalinya, tapi keputusanku sudah bulat.
Aku tidak akan melanjutkan pernikahan ini.
Aku menangis dan meminta maaf kepada Ayah dan Ibu karena sikapku yang sudah sangat keterlaluan kepada mereka berdua. Kalau saja aku mau mendengarkan alasan mereka yang melarang untuk menikah dengan Arga dari dulu, mungkin ceritanya tidak akan seperti ini. Ternyata, ada alasan lain yang membuat kedua orang tuaku tidak merestui hubungan kami berdua, alasan yang selalu aku tolak mentah-mentah.
Mereka pernah melihat Arga, laki-laki yang dulu masih berstatus sebagai kekasih-ku tengah jalan bersama dengan perempuan lain.
Mengingat kejadian itu, ku tutup mataku rapat-rapat. Janji untuk selalu mencintai dan menyayangi-ku hanya tinggalah Janji semata. Impian dan semua rencana kita berdua untuk menikah pun sirna seketika karena sebuah kesalahan yang di lakukan olehnya sendiri.
Jujur, aku sangat mencintai Arga waktu itu.
Tapi keadaan yang membuat aku harus segera melepaskannya, aku sendiri yang harus membuat laki-laki itu bertanggung jawab pada kesalahannya sendiri.
Dan tepat di hari dimana aku dan Arga seharusnya menikah, maka yang menjadi pengantin perempuannya itu bukan aku, melainkan perempuan lain yang kini telah resmi menjadi istri dari seorang Arga Devano, lelaki yang seharusnya menikah denganku.
...******...
Dua minggu kemudian, aku menyetujui ajakan Ayah dan Ibu untuk makan malam bersama dengan keluarga temannya itu. Namanya Adi Putra Alamsyah dan Maya Septa, mereka berdua adalah Ayah dan Ibu dari laki-laki yang katanya akan dikenalkan padaku.
Pertemuan itu pun terjadi, dan aku sendiri sudah melihat laki-laki itu. Kesan pertama saat aku melihatnya adalah ... lelaki itu begitu dingin. Di balik pesona dan wajahnya yang tampan, ada aura dingin yang begitu kentara. Aku menelan ludahku dengan susah payah saat mata kelam milik laki-laki itu terus menyorotiku dengan tajam. Dan sepertinya lelaki itu pun sama sekali tidak tertarik dengan pertemuan ini.
Ah ... rasanya aku juga ingin pergi dan menghindar dari tatapan laki-laki itu.
"Bagaimana Tian, Naya cantik kan?" beruntunglah karena mendengar suara dari Ayahnya itu, membuat Tian langsung mengalihkan pandangannya. Dan akhirnya akupun bisa bernapas lega.
"Iya, sepertinya Mama juga menyukai Naya." Ujar wanita setengah baya yang masih terlihat sangat cantik dan berkelas itu. Siapa lagi kalau bukan Maya Septa, Ibunya sendiri.
Laki-laki itu tidak menjawab atau mengeluarkan suaranya sedikitpun, ia kembali menatapku dengan tatapan yang sangat menyebalkan. Dan tidak butuh waktu lama untuk aku mengerti kalau laki-laki itu sedang menatapku remeh.
"Bisa saya bicara dengannya sebentar?" Tiba-tiba saja suara itu terdengar, suara yang terdengar sangat tegas dan sedikit parau.
Setelah semua mengijinkan, maka mau tidak mau akupun mengikutinya. Meskipun rasanya sangat enggan sekali berbicara dengan laki-laki kutub sepertinya.
"Ada apa?" Tanyaku setelah kami berdua sampai di taman belakang restoran ini.
"Aku tidak mencintai dan juga menyukaimu." Tanpa basa-basi lelaki itu mengatakannya. "Tapi aku akan tetap menikah denganmu." Karena ada janji yang harus ia tepati.
Janji akan menikah dengan perempuan pilihan Ayahnya, dan janjinya pada seseorang.
Beberapa hari yang lalu, saat sang Ayah memintanya untuk menikah dengan perempuan yang sama sekali tidak ia kenal, Tian menolak dengan keras, lelaki itu marah bahkan sampai membuat penyakit jantung Ayahnya kembali kambuh.
Dan ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi saat melihat sang Ayah terbaring lemah. Meskipun keras, tapi Tian sangat menyayangi Ayahnya itu. Pada akhirnya Tian kalah, ia pun menurut dan menyetujui untuk menikah dengan wanita pilihan Ayahnya itu.
...******...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Helen Gunawan
spertinya seru dan episode yg pendek membuatku semangat poll tuk habiskan crita ini mks thor
2023-09-24
0
Yunerty Blessa
Tian berada di posisi yang sulit.... sedangkan Naya.. terdesak..
2023-09-24
0
Erni Kusumawati
menyimak dulu
2022-11-09
1