Sistem Sahir Mirah Bengis Hatma

Sistem Sahir Mirah Bengis Hatma

Bab 01 : Mirah Bengis Hatma

Tawa memenuhi ruangan kelas, lima murid tengah merundung seorang remaja dengan mata merah tidak bereaksi terhadap tindakan teman-teman sekelasnya. Pada isi kepala sekarang, menimbang-nimbang mengapa disaat ada seseorang yang meminta bantuan di depan umum ... Justru malah..

"Orang-orang akan menontonnya terlebih dahulu, lalu ada yang sukarela membantunya.. memposting di akun sosial media dan banyak lagi hal yang menurut Hatma, tidak membantu.." batinnya.

Remaja ini bergeming, tanpa bergerak melahirkan perasaan kegemaran melanjutkan tindakan pada para perundung ini. Hal yang satu-satunya betul-betul menolongnya, hanyalah bel pulang, begitu mendengar suara tersebut mereka langsung pergi.

Secara bertahap para siswa-siswi meninggalkan kelas, adakalanya kata-kata semangat mulai dilontarkan oleh beberapa orang yang mencoba menghiburnya. Hatma menyentuh kening, berpikir bila mereka memberi obat yang meringankan beban ketimbang yang melenyapkan beban, meski pahit.

"Seolah-olah.. Hatma ini permainan ponsel pintar mereka," ucapnya membatin. Disusul kerlingan tajam mengarah Hatma bertumpu kepada kedua kakinya.

"Hatma, kamu nggak apa-apa?" Tanya seorang gadis menepuk pundaknya dari samping. Sesudah gadis ini memukulnya pelan, Hatma menjeling lalu pergi.

Hatma menolehkan kepalanya dan berkata, "jangan usik Hatma. Apa kau tidak punya kegiatan apapun?"

Dengan ringannya gadis ini menggoyangkan kepala ke kiri kanan. Tetap bersikukuh mengayunkan kedua kakinya bersama Hatma. Membuat risih remaja laki-laki ini, seakan ingin dia bersegera meninggalkannya saja, ketimbang senantiasa menjaga dirinya sendiri.

"Kau itu sangat mengesalkan," kata Hatma melirik tanpa menolehkan kepala. Keduanya berpisah di gerbang sekolah, tanpa sedikitpun Hatma melirik gadis yang melambaikan tangan kepadanya.

Hatma mencuaikan sikap gadis itu walaupun tahu apa yang dilakukannya, bagi seorang remaja dan kesukaran dalam berekspresi. Dia sungguh betul-betul sulit bicara, sifat dinginnya menjadi sebuah awalan bagi para perundung, mendapatkan target.

Orang-orang disekelilingnya membuat Hatma sebagai pusat perhatian sementara, tidak ada yang memusatkan mata pada seseorang setiap saat atau selamanya, mereka masih sibuk dengan pekerjaan serta kehidupan. Hatma pun begitu, meski senantiasa menimbang-nimbang keputusannya.

"Apa Hatma terima saja, tawaran itu?"

Sesudah bergumam sendiri. Dia menjumpai sebuah batu merah terletak di jalanan, Hatma melipat dua lututnya dan bertumpu pada telapak kaki. Bertepatan dengan terlampau terang cahaya matahari, buat pandangan Hurip berkilau-kilau tidak dapat melihat.

Saat Hatma memegang batu ini, dia tahu benar di tangannya ini benda apa. Sebuah mirah atau batu permata merah, kebetulan pada malam tadi begadang hingga pagi buta, membaca sebuah kisah sahir yang menggunakan sihir melalui mirah ini.

...[Ting]...

...[Tuan telah memenuhi persyaratan!]...

...[...]...

...[Baik! Kini, mulai sekarang Anda ialah Sahir Bengis!]...

Hatma dengan muka datarnya menganga, selagi yang lewat cukup mencurigainya layaknya orang hilang akal. Sebuah proyeksi serupa layar ponsel yang futuristis dan bertema game, Hatma pun memukul keningnya berulang kali, justru keanehan lain muncul. Layar ini mengikuti atah matanya.

Remaja ini mengambil ponsel miliknya, semasa melihat cerminan wajah tidak ada layar aneh melayang. Seolah-olah berada di penglihatannya saja, dan tidak dapat dilihat oleh orang lain, buat remaja ini hilang akal sesaat.

...[Tugas : membunuh ke-empat Sahir Perusak]...

"H-Ha? Apa maksudnya ..." Ucapannya terhenti seketika begitu tulisan lainnya muncul.

...[Hadiah : mengabulkan semua keinginan]...

"Apakah emosi juga bisa?" Tanyanya.

...[Dapat dikabulkan]...

"Selama Hatma bisa," Hatma menelan ludah, "jadi.. punya luapan perasaan yang berkembang surut dalam waktu singkat, maka... Akan Hatma lakukan."

Tidak lama seusainya, muncul sebuah tombol tidak/ya di bawah tulisan yang menciptakan kebingungan untuknya. Dia tidak dapat menangkap maupun mencerna kata-kata ini, maknanya pun tak diketahui olehnya dan biarpun tau, Hatma belum paham.

Dia memejamkan mata sejenak mengharapkan agar layar melayang di penglihatannya lenyap, barulah ketika di kamar, ia ingin benda ini muncul lagi dan bukan halusinasi setelah mendapatkan perundungan.

"Benar-benar hilang.. tidak, berpindah ke ujung kiri atas.. kekuatan? Pertahanan? Sihir? Jantur?" Batin Hatma mengamati semuanya.

Dia menghela napas panjang sembari melangkah kembali, meskipun matanya melihat ke depan pikirannya melayang entah dimana. Sebabnya dia berada di dunia, tetapi pikirannya di alam lain yang pastinya berjarak jauh dan tidak terasa dia sudah sampai saja di halaman rumah.

Seorang wanita menepuk kening dan berkata, "Kamu udah pulang? Ngapain aja."

"Tidak, pulang jam sekolah memang ..."

"Ah, nggak usah kebingungan guru, bibi tau kok."

Hatma masuk ke dalam rumah, menjumpai darah kering di depan pintu belum dibersihkan. Dirinya pura-pura tidak melihat dan pergi ke kamar, dengan durja bermuram melekat kuat. Dalam kamar dia memandangi plafon rumah ayah angkatnya.

Saat memikirkan itu muncul layar sebelumnya, dia pun terperanjat tiba-tiba menyembul keluar begitu saja tanpa peringatan. Napasnya memburu ketika hendak memilih tombol ya/tidak, seolah-olah ragu untuk menekannya, tapi dia tetap bersikukuh.

"Hamba sudi selaku khadam Tuan," ucap Hatma dengan lirih pelan nyaris tidak bersuara.

Dia malah teringat kenangan manis pada masa yang telah silam, saat-saat layaknya seorang ayah menemaninya bermain. Dalam sebuah permainan VR yang mirip, bersama ayah angkatnya dan semenjak itu Hatma ingat cara membuat senyuman, kini dia sudah lupa bagaimana caranya.

Serupa mengatur kemampuan dalam game, Hatma menderetkan kemampuan serta sihir dan jantur. Disaat bersamaan, dia pikir ini sebuah imajinasinya sendiri dan mengulurkan tangan dengan tegang menarget ke jendela. Namun, tidak sesuai pikirannya justru api keluar dari jari manisnya, secara bertahap menyelimuti pergelangan tangannya.

"Tidak, Hatma pasti berkhayal terlalu kuat," batinnya sambil berdiri melangkah ke tumpukan kertas pada tong sampah. Sewaktu menyentuhnya dengan pergelangan berapi-api, benar saja terbakar, Hatma pula merasakan panas yang nyata.

"Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, ini pasti hanya imaji saja yang sedang mata ini lihat.."

Hatma berupaya meyakinkan diri, nyatanya sekarang semua yang dicobanya betul-betul terjadi menciptakan banyak keajaiban. Peluh mencicik dari dahi, muka tidak percaya itu sungguh membekas, walaupun dia kini lejar bertahan lama hingga dia terlelap dalam tidur beserta mimpinya.

...***...

Malam harinya, kelopak mata Hatma pun terbangun dengan bekas tangisan pada kedua pipinya. Akibat mimpi itu Hatma enggan tidur, dia menengok ke jam dinding dan ke atas meja belajarnya, sebuah piring dengan makan malamnya sudah tersaji rapi.

...[Tugas Opsional : memburu Rablis]...

Sesudah bertanya-tanya Rablis itu apa, penjelasan mengenai mahkluk itu terngiang-ngiang di kepala Hatma. Seekor mahkluk berperawakan manusia, yang tinggal di tempat gelap, memiliki kemampuan untuk menyerap kehidupan orang lain buat mereka semakin kuat. Hanya Sahir pula yang dapat melihat.

"Hatma, jika ada kesempatan, kamu bisa mendapat ekspresi.. maka ambilah dan jangan ragu. Mengharapkan orang mati hidup lagi, itu konyol."

Hatma membuang napasnya seraya melahap makan malamnya, masih hangat dan terasa hambar. Sejak kehilangan seseorang, Hatma tiada dapat merasai maupun menikmati makanan, bahkan semilir angin pula tidak dapat dinikmatinya buatnya bingung.

Dia bertumpu pada kedua kakinya, kerlingan tajam yang menarget ke lemari melahirkan perasaan mengesalkan. Laki-laki ini menghampiri peti besar tempat menyimpan baju, dia membuka pintu lemari dan meraih satu pisau berbilah runcing agak tebal.

Terpopuler

Comments

Dewa Tegar Jati Pratama

Dewa Tegar Jati Pratama

artinya apa thor

2022-10-08

0

Wahyu Andreyan

Wahyu Andreyan

jantur apa thor?

2022-09-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!