eps 18

Di rumah Andra.

Andra duduk di samping Viona, di teras rumah, ”Vi...aku sudah memikirkannya. Dan aku tidak merasa telah berbuat salah padamu. Jadi tolong, beritahu aku di mana salah ku,” ucapnya.

Viona melirik Andra dengan wajah cemberut nya, ”Semalam...bukankah kamu sangat peduli dan khawatir pada Nia, mantan pacar mu saat dia berlari, kan? Dan... mengapa kamu tidak marah sama Dion saat dia memegang tangan ku? Apa kamu akan membiarkan ku di pegang, di sentuh, sama pria lain di hadapan mu?” ketusnya.

Andra menahan senyum. Kini dia tahu jika wanita yang di sampingnya ini sedang cemburu.

”Ok. Aku mengaku aku memang salah. Tapi sayang, aku bukan peduli pada Nia, aku memang khawatir, tapi aku cuma khawatir biasa saja saat dia berlari dalam keadaan menangis. Dan...untuk Dion, aku minta maaf, aku ingin memarahinya, tapi...aku sedikit tidak berani. Setahunya, kita adalah teman.” tutur Andra.

”Huh! Khawatir biasa atau khawatir sangat?”

Andra tertawa, ”Khawatir biasa saja, sayang. Maaf, sudah membuat mu cemburu.”

Mata Viona membulat, ”Apa? Cemburu? Siapa yang cemburu?” elaknya.

Andra kembali menahan tawa. Wanita di sampingnya itu tidak mau mengakui jika sedang cemburu.

”Maaf, aku salah menduga. Aku kira kamu cemburu padaku. Ternyata, kamu hanya merasa tidak senang padaku yang mengkhawatirkan wanita lain, selain dirimu.” goda Andra.

”Kamu mengejekku?” wajah Viona semakin cemberut.

Andra tersenyum manis, tangannya membelai wajah Viona, ”Maaf, sudah membuatmu marah. Aku tidak mengejek mu, sayang. Aku tidak akan mengkhawatirkan wanita lain, selain kamu. Maaf ya, jangan marah lagi,” bujuknya.

"Lelaki ini...dia sama persis seperti papa yang tidak bisa marah pada mama, meskipun mama sangat menjengkelkan papa. Dan meskipun papa tidak bersalah, papa selalu meminta maaf pada mama. Andra pun demikian padaku. Mengingat dia pernah pacaran dengan Nia...dia pasti sering membujuk dan merayu Nia dengan senyum manis dan kata-kata manisnya ini. Membuat ku semakin cemburu dan marah." benak Viona. Ia jadi kesal.

”Loh! Kok, wajahnya semakin di tekuk begitu? Di mana lagi salah ku, sayang?” Tanya Andra.

”Salah mu adalah mengapa kamu tidak bertemu dengan ku di dua tahun yang lalu! Kenapa kamu malah bertemu dengan dia duluan!” ketus Viona.

”Hah!” Andra terkejut. Apakah wanita ini masih cemburu?

"Dua tahun yang lalu? Dia membicarakan hubungan ku dengan Nia. Apa hubungannya coba? Cemburu nya sangat tinggi, apakah aku bisa mengatasinya?" benak Andra.

Viona menggigit bibirnya saat menyadari ucapannya. "Ah! Apa yang aku katakan? Ketahuan sekali kan aku cemburunya? Percuma dong aku mengelak tadi." benak Viona.

”Bukan apa-apa,” ucap Viona, suaranya me-lembut, ”A__aku masuk istirahat dulu.” Viona berdiri melangkah masuk ke dalam rumah.

Andra tertawa sendiri. Dia tahu sekarang Viona sedang malu. Karena tanpa sadar, Viona mengekspos rasa cemburunya sendiri, yang tadinya tidak di akui. Andra berdiri. Dia ingin menyusul Viona di dalam.

”Andra.” suara Dion menyapanya.

Andra menghentikan langkahnya di bibir pintu. Dia menoleh melihat Dion, ”Dion? Ada apa?”

Mata Dion melihat di dalam rumah. Andra segera menutup kembali pintu rumahnya. Dia tahu siapa yang di cari oleh Dion di dalam rumahnya.

”Duduk. Gak capek berdiri?” Ia sendiri kembali duduk di tempatnya. Dion menarik kursi dan duduk.

”Ada apa?” Tanya Andra lagi.

”Andra, apa kamu yakin meninggalnya ibu mu karena di gigit ular biasa?” Dion mulai berbicara serius.

Andra sedikit terkejut, "Apa Dion mengetahui sesuatu?" benak Andra.

”Maksudmu?”

”Iya, mungkin saja ibumu di gigit oleh manusia ular, bukan ular biasa.” jelas Dion wajahnya sangat serius menatap Andra.

"Mungkin saja Dion memang mengetahui sesuatu." benak Andra.

Andra tertawa kecil, ”Yang benar saja! Apa kamu sedang berhalusinasi? Apa di zaman sekarang masih ada yang namanya manusia ular? Itu mustahil!” Dia mencoba untuk mengelak. Yang pastinya dia sendiri tahu jika manusia ular itu memang ada. Bahkan dia sendiri pernah di serang sama siluman ular.

Dion melihat ke arah jalan, tidak ada orang. Dia kembali melihat Andra dengan serius. ”Aku gak main-main Andra. Aku melihatnya sendiri.” suaranya penuh penekanan akan keseriusan dalam ucapannya.

Kening Andra mengerut, "Apa dia juga pernah di serang sama manusia ular?" benaknya.

”Jangan ngaco kamu!!” Andra tetap bersikukuh untuk menutup diri jika dia percaya dengan ucapan Dion.

”Gak, Andra! Semalam, waktu aku pulang ke rumah ku setelah mengantar Nia pulang ke rumahnya, aku melihat ada cahaya sedikit terang di hutan, di belakang pohon besar yang tidak jauh jaraknya dari belakang rumah Nia. Aku penasaran dengan cahaya tersebut, aku mendatanginya pelan-pelan dan diam-diam. Kamu tahu apa yang ku lihat?” Dion men_jeda ucapannya.

Andra sedikit termenung. Dia tahu pohon besar di sekitar hutan belakang rumah Nia. Dia terlihat serius mendengar cerita Dion. ”Lalu?”

”Aku melihat manusia yang menelan batu permata dan setelah itu menjadi ular dan kembali berubah menjadi manusia. Aku terkejut melihatnya. Dan kamu tahu...apa yang membuat ku semakin terkejut?”

Andra penasaran, ”Apa?”

”Saat aku mendengar dia berbicara pada beberapa ekor ular lainnya, Dra. Aku... sungguh tidak mampu untuk berdiri tegak saat mendengarnya. Tapi...aku tetap memaksakan diri untuk menyeret kaki ku pulang ke rumah, setelah mendengar pembicaraan mereka.”

Andra semakin penasaran, ” Bicara yang jelas, Dion. Apa yang kamu ketahui?”

”Dra, dia bilang dia belum berhasil untuk membunuh Viona. Dan dia menyuruh para ular-ular hitam di depannya untuk memburu Viona. Viona harus mati katanya,” Dion berbicara sedikit berbisik saat mengatakan ini pada Andra.

Andra tidak terkejut lagi mendengarnya. Dia tenang menyikapi cerita Dion. Dia hanya sedikit terkejut, apa yang di lihat dan di dengar Dion sangat bertepatan sekali dengan mimpi Viona.

”Apa mereka tidak bilang kenapa mereka ingin membunuh Viona?” Tanya Andra.

”Mereka tidak membahas itu waktu aku mengintip mereka. Tapi aku tidak tahu kalau di saat aku sudah pulang. Mungkin saja mereka membahasnya.”

”Eh...Andra, kamu kok tidak terkejut dan khawatir sih aku ceritakan ini? Apa kamu sendiri sudah tahu tentang semuanya? Kamu sudah tahu nyawa Viona terancam?” Tanya Dion penasaran.

Andra terdiam, "Apa aku bicara jujur saja sama Dion ya? Selama ini bukannya aku menutupi masalah tentang manusia ular. Tapi...aku takutnya kalau tidak ada yang akan percaya dengan ucapan ku." benak Andra.

”Andra, kok kamu diam saja! Aku akan anggap tebakan ku itu benar.” ucap Dion.

”Iya. Tebakan mu memang benar! Semalam, Viona juga bermimpi di kejar manusia ular. Manusia ular itu selalu berteriak ingin membunuh Viona. Dan semalam juga... almarhum ibuku mendatangi Viona dalam mimpinya. Ibuku memberitahu Viona jika dia di bunuh oleh manusi ular...”

”Kok bisa bersamaan begitu sih, antara yang aku dengar dengan mimpinya Viona? Lalu, apa kamu gak curiga tentang Viona?” ucap Dion dengan pelan.

”Curiga? Curiga apaan?”

”Sstttss! Kecilkan suaramu! Nanti di dengar Viona.”

”Apa kamu gak berpikir bahwa Viona sendiri adalah manusia ular? Gak mungkin kan tiba-tiba saja manusia ular menyerang keluargamu tanpa sebab?” ucap Dion.

Andra terdiam. Selama ini tidak ada di benaknya pikiran seperti itu. Tapi...jika Viona memang manusia ular. Pasti Viona juga memiliki kekuatan. Namun, kenyataan yang tampak di mata Andra di saat mereka di serang manusia ular adalah Viona sendiri ketakutan.

"Tunggu! Viona di lindungi oleh ular cobra emas. Apa ular itu punya hubungan dengan Viona? Tidak mungkin kan ular cobra melindungi Viona tanpa sebab?" benak Andra.

”Andra! Hei...kenapa kamu diam?” Tanya Dion, ia menepuk pundak Andra. Membuat Andra terkejut.

”Ah...em...Dion, apa kamu masih mengejar cinta Viona?” Tanya Andra penasaran.

Dion tercengang. Andra bertanya di luar pembahasan. Tapi...apakah dia masih mengejar Viona setelah mendengar, melihat, menerka Viona yang punya hubungan dengan manusia ular?

”Pertanyaan mu di luar pembahasan, Dra!”

”Aku hanya ingin mengetahui bagaimana perasaan mu kepada Viona, jika apa yang ada di pikiran mu tentang Viona adalah benar. Jadi...apakah kamu masih mencintainya?” Andra serius melihat Dion.

”Aku....aku tidak tahu...di lain sisi aku mencintai nya. Tapi...di sisi lain... aku takut jika itu benar maka nyawa ku dan nyawa orang tuaku bahkan nyawa keluargaku akan ada dalam bahaya. Sebelum semua hal buruk terjadi, lebih baik menghindar, kan?” jawab Dion.

”Itu artinya...perasaan mu pada Viona tidak tulus.”

”Kamu sendiri bagaimana? Apa kamu tidak takut pada Viona setelah tahu kebenaran ini?” Tanya Dion.

”Kebenaran? Kebenaran apa? Ini semua hanya pembicaraan omong kosong belaka. Viona bukan manusia ular! Jika tidak ada hal lain lagi... kamu pulanglah! Aku mau istirahat....”

Dion tercengang, ”Andra, aku katakan ini karena kamu teman ku. Aku tidak mau kamu terperdaya dengan Viona. Ibu mu sudah meninggal karena gigitan ular. Aku tidak ingin kamu menjadi korban berikutnya. Sebaiknya, jaga jarak lah dengan Viona,” ucapnya menasehati.

Andra menghela nafas, ”Terima kasih, aku bisa jaga diriku sendiri. Dan aku tegaskan, Viona bukan manusia ular seperti yang kamu pikirkan...”

”Jika dia bukan manusia ular, bisa saja dia berkomplot dengan manusia ular mencari tumbal untuk keinginan Viona sendiri. Bukankah kamu tidak tahu latar belakang Viona?”

”Dion, pembicaraan mu sudah kelewatan jauh. Aku tidak mau dengar apapun lagi. Pergilah, aku ingin istirahat!” usir Andra. Ia berdiri melangkah masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan Dion di teras.

Dion menghela nafas, ”Yang penting aku sudah mengingatkan mu tentang ini, Dra. Terserah padamu sekarang,” gumamnya. Dion pergi meninggalkan teras rumah Andra dengan perasaan kecewa.

*

*

Di kamar Viona.

Andra membuka kamar Viona. Gadis itu sedang tidur dengan pulas. Andra masuk melangkah masuk ke dalam dengan pelan.

Dia duduk di sisi ranjang melihat Viona.

"Viona, meskipun apa yang di pikirkan Dion ada benarnya. Tapi...aku tidak boleh ceroboh. Aku memilih percaya padamu."

"Kamu bukan manusia ular, kan? Kamu juga tidak berkomplot dengan manusia ular itu untuk mencari tumbal, kan?"

"Meskipun aku tidak tahu kamu punya hubungan apa dengan ular emas cobra. Aku akan tetap percaya sama kamu." benak Andra.

Andra berdiri. Dia mengambil tikar dan menggerai nya di lantai. Dia meraih banyak di samping bantal Viona. Tiba-tiba gerakannya terhenti saat memegang bantal, keningnya mengerut melihat pintu jendela, pendengaran nya di pertajam.

”Vi, bangun sayang!” Dia membangunkan Viona pelan, dengan menepuk pipinya.

Viona membuka matanya, ia terkejut melihat Andra berada di atasnya, ”Dra...” ucapannya terhenti. Andra menutup mulut Viona dengan tangannya.

Kening Viona mengerut. Andra semakin membungkukkan badannya, ”Jangan berisik! Coba dengar suara di pintu jendela.” bisiknya.

Viona mempertajam pendengarannya, seketika matanya membulat sempurna.

”Benar! Itu mungkin siluman ular jahat. Ayo bangun, kita keluar dari kamar ini.” bisik Andra lagi.

Viona mengangguk. Andra melepaskan tangannya dari mulut Viona. Ia juga menarik badannya dari badan Viona.

Viona bangun. Andra dan Viona keluar dari kamar.

Terpopuler

Comments

TK

TK

hihihi ada ya begitu

2022-09-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!