Viendra Dan Viona
”Bagaimana bisa aku lari ke desa seperti ini? Semua gara-gara pria brengsek itu! Kalau saja dia tidak melamar ku, aku tidak akan kabur dari rumah, dan tinggal sementara di desa kecil seperti ini,” keluh Viona, wajahnya cemberut.
”Sabar! Kamu gak boleh mengeluh begitu. Kan, kamu sendiri yang ingin kabur dari rumah mu dan mengikuti aku ke sini?” sahut Andra. Ia mencoba mengingatkan Viona kembali atas pilihannya tersebut.
”Iya, sih! Tapi...aku tidak menyangka kalau desa mu ternyata masih desa terpencil seperti ini...”
”Udah...mau ikut ke kebun gak?” tawar Andra, mengalihkan pembicaraan.
”Gak...aku di rumah saja, temani ibumu.” tolak Viona.
”Ok, kalau begitu aku ke kebun dulu. Kamu jangan banyak bikin ulah selama aku tidak ada di rumah. Ok?”
”Ok! Tapi... kalau orang nyebelin itu datang lagi...masa aku tidak bisa beri dia pelajaran!” ucap Viona, terdengar ketus.
Andra terdiam. Ia jadi teringat, sudah beberapa kali Dion datang ke rumahnya untuk mengganggu Viona. Ia cemburu, ia pun tersulut emosi.
”Kalau dia mah...hajar aja...enak saja mau gangguin wanita ku,” sahutnya, tak kalah ketus dari Viona.
”Apa? Wanita ku?” Viona mengulang ucapan Andra dengan sedikit terkejut.
”Iya, wanita ku. Eh...” Andra tersadar, ia keceplosan meluapkan cemburunya.
Viona tersenyum menggoda, ”Kamu menyukai ku?” tanyanya pada Andra.
”Tidak, tidak! Kamu jangan salah artikan ucapan ku. Maksud ku itu__” Ia menghentikan ucapannya. Wajahnya bersemu merah, tubuhnya bergetar, saat Viona begitu dekat di depannya. Desah nafas Viona terasa di wajahnya. ”Vi__Vi__Viona.” Ia tergagap menyebut nama Viona.
Viona semakin mendekatkan wajahnya ke Andra. Andra semakin gugup. Sedangkan Viona, ia tersenyum di dalam hati. Ia selalu senang menggoda temannya itu.
”Andra, Nak! Kamu di mana?” suara Sumi, ibu Andra. Suara langkah kakinya terdengar hampir masuk ke dapur.
Refleks Viona menjauhkan tubuhnya dari Andra, ia duduk di kursi. Andra pun menghela nafas lega. Wajahnya masih tersipu malu.
”I__iya, Bu! An__Andra ada di dapur, Bu.” jawab Andra, dengan gugup. Dia pun memperbaiki duduknya.
Si ibu masuk di dalam dapur. Ia tersenyum melihat Andra dan Viona, ”Kamu gak ke kebun, Nak?” tanyanya pada Andra.
”Ini...sudah mau berangkat kok, Bu.” jawab Andra. Ia melirik Viona. Gadis itu sedang menertawai dirinya. Ia menatap kesal pada Viona. Seakan mengatakan, ”Tunggu saja...aku akan membalas mu...” pada Viona.
Viona memutar kedua bola matanya. Seakan mengatakan, ”Aku tunggu...aku tidak takut...” pada Andra.
”Bu, Vi, aku pergi dulu.” Ia menyalami tangan ibunya.
”Iya, hati-hati, Nak!” sahut si ibu.
Andra beranjak berdiri berjalan ke depan. Viona berdiri, mengejar Andra. Ia berhasil menangkap tangan Andra yang membuka pintu.
”Kenapa?” tanya Andra, tanpa menoleh kebelakang.
”Hati-hati di jalan, sayang...” bisik Viona ke telinga Andra.
Telinga Andra memerah. Wajah Andra kembali bersemu merah. Tubuhnya gemetar. Viona dapat merasakan itu.
”Ka__kamu...Aku pergi...” Andra segera keluar dan menutup pintu rumah dengan cepat. Ia menghela nafas bersandar di pintu yang sudah tertutup.
Dasar Viona... benak Andra.
*
*
Perkenalan tokoh.
Emeria Viona Rora, adalah anak kedua dari pasangan Maria dan Kevin. Ayahnya merupakan seorang CEO di perusahaan Mitra grub.
Kakaknya seorang pria yang bernama Lirjan putra. Ia membantu ayahnya di perusahaan sebagai manager di perusahaan Mitra grub.
Viona kabur dari rumah karena ia tidak terima dengan keputusan ayahnya yang tiba-tiba, yaitu menerima lamaran dari seorang pria yang selalu membuatnya kesal, Andriansyah, yang sering di sapa nya dengan nama Rian.
Di saat ia kabur, ia bertemu dengan seorang pria asing yang lagi menunggu bus di halte. Awal bertemu, pria itu begitu cuek dengannya.
Akhirnya ia tahu jika pria itu tidak suka berdekatan dengan wanita. Ia pun berusaha mendekati pria itu.
Andra Irwayasa adalah anak satu-satunya dari pasangan Sumi dan Irwan. Ayahnya, Irwan telah meninggal dunia. Sementara ibunya, Sumi tinggal berpisah dengannya.
Andra mencari penghidupan di kota. Ia pun bekerja di perusahaan Mitra grub sebagai seorang office boy.
Ia bekerja di perusahaan itu hampir dua tahun. Namun, ia meminta cuti selama tiga bulan untuk menemui ibunya di desa. Sekaligus merawat ibunya itu.
Andra berkomunikasi dengan ibunya melalui handphone. Yah, setelah Andra bekerja di Mitra grub, gaji awalnya ia membelikan hape untuk sang ibu.
Di saat ia menunggu bus datang, ia di ganggu oleh seorang wanita yang mengesalkan. Ia pun menuruti keinginan orang itu untuk mengikutinya pergi ke desa selama tiga bulan.
*
*
*
Di kota, kediaman Kevin.
”Apa? Kalian belum bisa menemukan keberadaan Viona? Apa saja yang sudah kalian lakukan? Hah?!” Kevin memarahi semua anak buahnya, yang ia tugaskan untuk mencari Viona di seluruh kota. Tapi, pencarian itu sia-sia.
”Maaf, Tuan!”
”Maaf! Maaf! Aku tidak mau tahu, kalian harus mencari anakku Viona sampai ketemu! Jangan berani pulang tanpa membawa Viona. Mengerti?!”
”Mengerti, Tuan!”
”Hum.” Kevin mengangkat tangannya, mengayunkannya, menyuruh mereka untuk pergi. Para anak buahnya pun pergi dari sana.
”Ini semua salah Papa. Coba kalau Papa tidak memaksa Vivi untuk menerima lamaran Rian, Vivi pasti masih berada di rumah sekarang.” ucap Maria, wajahnya terlihat sedih.
Kevin memejamkan mata sambil memijat pangkal hidungnya. Ia menghela nafas.
Ia melihat Maria, istrinya. ”Mama, jangan menyalahi Papa atas semuanya dong! Kan, Mama juga setuju jika Rian bersama Vivi,” ucapnya, membela diri. Suaranya terdengar pelan dan lembut.
”Iya, Mama memang setuju! Tapi bukan memaksa Vivi untuk harus terima dia, Pa. Sudah dua Minggu Vivi pergi dari rumah ini tanpa membawa sepersen uang di tangannya. Mana khawatir, Pa.” mata Maria berkaca-kaca. Dia sangat khawatir dengan keberadaan putrinya.
Kevin merangkul istrinya, ”Iya, Papa salah. Papa sudah menekan Vivi untuk menerima Rian. Papa juga khawatir sama anak kita, Ma. Mama tenang saja...kita pasti akan menemukan keberadaan Vivi. Papa juga yakin, dia pasti akan segera pulang. Mana betah dia tanpa uang di tangannya...” Ia mencoba menghibur hati istrinya.
”Iya, Pa. Kalau Vivi pulang nanti...Papa janji ya, jangan memaksa kehendak Vivi lagi. Biarkan Vivi tenang dulu, baru bujuk dia pelan-pelan....”
”Iya, Ma. Papa janji, Papa tidak akan memaksa Vivi.” ucap Kevin.
”Bener Papa janji?” Maria memastikan.
”Iya, Papa janji!” ucap Kevin dengan tegas.
*
*
Di perusahaan Mitra grub.
”Tuan muda, sampai sekarang kami belum bisa menemukan keberadaan nona muda.” lapor Arif.
Lirjan menghela nafas. ”Teruslah mencari! Tanyakan juga pada teman-temannya di kampus, barangkali mereka ada yang tahu keberadaan Vivi,” titahnya.
”Baik, Tuan muda.” jawab Arif. Dia melangkah keluar dari ruangan Lirjan setelah melihat tuannya mengayunkan tangan, menyuruhnya untuk keluar.
”Adikku sayang...Kamu kemana?” tanya Lirjan pada foto Viona yang ada di layar hapenya. ”Pulanglah sayang,” tatapannya sedih melihat foto Viona.
Tok tok tok! Suara ketukan pada pintu ruangan Lirjan.
”Masuk!” titah Lirjan.
Pintu terbuka. Lirjan menaruh hapenya di atas meja. Dia melihat wanita yang berjalan masuk ke arahnya.
”Pak, ini adalah berkas yang Bapak suruh saya mengerjakan ulang. Saya sudah selesai merevisi nya, silahkan Bapak lihat, jika masih ada yang kurang, saya akan ulang merevisinya lagi.” ucap Ita menjelaskan.
”Hum. Simpan saja di atas meja, saya akan periksa nanti. Saya akan memanggil mu jika ada perlu...”
”Baik, Pak.” Ita menaruh map tersebut di atas meja Lirjan. ”Saya keluar dulu,” pamitnya.
”Hum!”
Ita keluar dari ruangan Lirjan. Lirjan mulai melihat dan membaca berkas yang ada di atas mejanya, yang barusan di bawa oleh Ita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
StrawCakes🍰
merinding gak bulu romamu Ndra? 😂
2022-11-04
0
StrawCakes🍰
asik falling in love euy
2022-11-04
0
Anto Tanraraji
👍👍👍👍👍👍
2022-10-12
1