Sudah dua bulan dua Minggu berlalu. Andra dan Viona semakin dekat di setiap harinya.
Andra semakin menaruh perasaan terhadap Viona, wanita asing yang pertama kalinya membuat dirinya panas dingin, setelah enam tahun lamanya ia menutup diri dari perempuan. Perasaan hangat kembali mengalir dalam aliran darahnya, yang sudah lama tidak ia rasakan kehangatan itu.
Setelah dia terlepas dari cinta masa lalu, memang dia tidak ingin menaruh perasaan lagi kepada wanita. Ia tahu kekurangan pada dirinya dan keluarganya, tidak memungkin kan dirinya untuk pantas di cintai.
Hati yang sudah dia tutup rapat, tidak di sangka akan kembali terbuka dengan hadirnya Viona. Namun, ia sembunyikan rasa itu.
Dia tidak mengenal latar belakang dari wanita tersebut, selain namanya dan nama kakaknya. Dan takutnya, jika saja wanita itu adalah wanita yang berada, dia tidak akan mengulang lagi kesalahan di masa lalu karena kekurangan dirinya.
Viona semakin nyaman berada di tengah keluarga Andra. Ia juga mulai memiliki perasaan khusus untuk Andra, namun, ia tepis rasa itu. Ia takut cewek seperti dirinya bukan lah tipe Andra. Ia juga ragu jika ayahnya akan merestui hubungannya nanti, karena ekonomi keluarga Andra yang sederhana.
Dion tidak pernah berhenti berusaha untuk mendekati Viona, meskipun Viona selalu menghindar saat di temui oleh Dion.
Pantang menyerah bukan lah dirinya. Selama ini, dia selalu mendapatkan apa yang dia mau, apa yang dia inginkan.
Penolakan yang sering di ucapkan Viona, membuatnya semakin bersemangat mendapatkan wanita itu.
Kehidupan di kota berjalan seperti biasa. Keluarga Kevin semakin khawatir dan gelisah dengan tidak ditemukannya putri mereka di seluruh kota.
Putus asa, namun, mereka tetap mencari keberadaan Viona, di kota tersebut.
*
*
*
Kediaman Kevin.
”Kemana perginya putriku, Pa?” tanya Maria. Air mata mengalir membasahi pipinya. Wajahnya selalu sedih di setiap hari, senyumnya jadi tenggelam.
Lirjan ikut sedih melihat perubahan mamanya, begitu juga dengan Kevin, sang ayah, dia merasa sedih melihat istrinya yang terus murung.
Kekuatan yang mereka miliki sekarang, tidak mampu menemukan kemana anak perempuan satu-satunya itu berada.
Ia sangat menyesal telah memaksa sang putri untuk menerima Rian sebagai tunangannya, hingga membuat anak gadisnya itu kabur entah kemana.
”Sabar, Ma. Kita pasti akan temukan putri kita,” bujuk Kevin pada istrinya.
”Sampai kapan, Pa? Ini sudah dua bulan lebih...belum ada kabar lagi tentang keberadaan anak kita. Entah apa yang sudah di alami putri kita saat ini. Mama begitu khawatir, Pa.” Maria semakin terisak.
”Lirjan juga sedih, Ma. Adikku pergi begitu lama. Apalagi dia tidak membawa pakaian, tidak membawa satu sen uang, Lirjan sangat khawatir pada hari-hari yang dia jalani. Tapi... Lirjan selalu berdoa semoga adikku baik-baik saja sekarang. Lirjan yakin Ma, jika ada seseorang yang sedang merawat adikku dengan baik.” ucap Lirjan membujuk sang ibu agar tenang.
”Mama mana bisa tenang, Lirjan! Setidaknya, biar Vivi belum ingin pulang tapi kita tahu keberadaannya di mana. Tapi ini...bahkan jejak kakinya saja kita tidak tahu....”
Kevin dan Lirjan sama-sama menghela nafas.
”Apa kamu sudah bertanya pada teman-teman kampus Vivi tentang keberadaan Vivi, Lirjan? Sama siapa terakhir Vivi berbicara atau siapa teman dekat Vivi di kampus, apa kamu sudah mengetahuinya?” tanya Kevin pada Lirjan.
”Sudah, Pa. Mereka juga tidak tahu keberadaan Vivi. Selain Lirjan, apakah ada teman curhat Vivi yang lain? Lirjan juga mendengar kalau Vivi akan di keluarkan dari kampus karena sudah lama absen.” jawab Lirjan.
Kevin memijat pangkal hidungnya. ”Untuk kampus... Papa bisa atur. Bagaimanapun kita memiliki saham di sana. Vivi tidak akan di keluarkan dari kampus,” sahutnya.
Lirjan terdiam. Ucapan papanya memang benar. Mereka memiliki saham di kampus itu, meskipun hanya 50%, sudah bisa menjamin Vivi tidak akan di keluarkan dari kampus.
”Iya, Pa,” sahutnya, kemudian.
*
*
*
Malam hari di desa Andra.
”Tinggal dua Minggu lagi kita di sini. Apa kamu sudah siap untuk kembali ke kota?” tanya Andra pada Viona.
”Sebenarnya, aku masih tidak mau kembali. Aku... tiga bulan masih kurang untuk meluluhkan hatinya papa agar tidak menjodohkan ku. Tapi...kalau aku masih ikut kamu dan tinggal sama kamu saat di ko__”
”Kamu tidak bisa tinggal sama aku kalau di kota. Aku tinggal di rumah kos-kosan sendirian.” pangkas Andra. Wajah Viona sedih dan cemberut.
Andra mengelus kepala Viona. ”Apa kata orang nanti kalau kita tinggal bersama? Yah, meskipun kita tidak melakukan hal apapun, mereka akan tetap membicarakan hal buruk tentang kita. Kamu... aku...reputasi kita di kalangan masyarakat benar-benar akan buruk,” jelasnya.
”Iya, juga sih! Tapi...aku tidak mau kembali dulu di rumah orang tuaku....”
”Kalau begitu... kamu tinggal di sini dulu sama ibuku.” usul Andra.
”Aku tidak mau di ganggu sama Dion terus. Paling tidak kalau ada kamu di sini, masih ada kamu yang menjaga ku, selain ibu. Tapi, kalau hanya ibu dan aku... aku tidak yakin bisa melindungi diri terus dari Dion.”
Andra terdiam melihat Viona. Benar juga, Dion sangat nekat, berani, dan kekuatan Viona kalah dari kekuatan Dion. Kalau Dion datang mengganggu Viona nanti... maka Viona... ah, pikir apa aku ini, benaknya.
Andra mengingat kembali saat Dion hampir saja mencelakai diri Viona saat itu. Dan ibunya tidak bisa melakukan apapun untuk membantu Viona.
Kalau saja waktu itu aku tidak datang tepat waktu...mungkin saja waktu itu Viona sudah... benak Andra lagi.
”Yah sudah, nanti aku akan carikan kos-kosan sendiri untuk kamu setelah kita berada di kota nanti.” usul Andra.
”Kamu tahu kan aku gak ada uang, Dra?” tanya Viona.
Andra mengangguk. ”Iya. Aku akan membayar kan untuk kamu,” jawabnya.
”Kalau makanan ku, bagaimana?” tanya Viona lagi.
”Aku akan beli bahan makanan untuk keperluan mu selama dua bulan.”
Viona terdiam dan cemberut.
Andra menghela nafas. Ia berpikir Viona tidak ingin memasak. ”Lalu, mau mu bagaimana? Kamu mau makan di warung? Aku bukan orang kaya, Vi....”
Viona melihat netra Andra serius. ”Setelah kamu mencarikan ku rumah kos-kosan dan membelikan ku persediaan makanan untuk dua bulan, kamu akan tinggalkan aku? Kita berdua akan kembali menjadi orang asing yang tidak saling kenal?” wajah Viona sangat sedih.
Andra terdiam. Memang itu yang ingin ia lakukan sesampainya di kota. Dan karena itu juga, ia menyembunyikan perasaannya kepada Viona.
Dia tidak mau mencari masalah saat berada di kota. Walau bagaimanapun, dia tidak ingin keluarga atau orang tua Viona mengira dialah yang menyembunyikan Viona dari mereka, selama beberapa bulan ini.
”Jadi...kamu bukan mempersoalkan tentang makanan mu? Kamu maunya aku selalu ada untuk mu, meskipun kita sudah berada di kota?” tanya Andra.
Viona mengangguk.
”Vi, kamu tahu kan kamu lari sudah hampir tiga bulan? Kamu juga tahu kan keluargamu, orang tuamu pasti mencari mu seperti orang gila selama ini? Dan kamu tahu kan aku hanya orang biasa? Apa aku bisa menanggung amarah keluarga mu saat mereka menemukan kamu bersama ku?” tanya Andra.
Viona terdiam.
”Vi, aku tidak mau mencari hal selama aku tinggal di kota. Apalagi, aku tidak tahu latar belakang mu seperti apa. Aku tidak mau keluarga mu mengira akulah yang mengajak mu lari dan menyembunyikan kamu dari mereka selama ini. Aku tidak bisa membela diri dari amukan keluarga mu nanti saat mereka tahu, akulah pria yang berada dengan kamu saat kamu lari.” jelas Andra.
Viona masih terdiam. Ucapan Andra ada benarnya. Kalau meraka sudah tiba di kota, anak buah papanya dan kakaknya pasti dengan mudah dan cepat menemukan keberadaan mereka berdua.
Bukan hanya itu, anak buah papa dan kakaknya juga pasti akan mengungkapkan tentang Andra kepada papa dan kakaknya itu.
Dan di saat papa dan kakaknya itu sedang marah, mereka berdua akan memberi pelajaran pada Andra tanpa ampun, tanpa tahu kebenarannya terlebih dahulu.
”Aku akan melindungi kamu dari amukan keluarga ku. Aku akan membela mu.” ucap Viona serius menatap netra Andra.
Andra terdiam membalas tatapan Viona.
Tanpa mereka sadari mamanya Andra tersenyum di balik pintu, saat mendengar ucapan Viona yang akan melindungi Andra, putranya.
Ibu Sumi membuka pintu rumah. ”Viona, Andra, kalian berdua tidak mau istirahat? Ini sudah larut malam, kalian masih betah menahan dinginnya angin malam? Kalian berbicara dengan serius, apa yang kalian bahas?” tanyanya. Ia menarik kursi dan duduk di samping Andra.
Andra melihat Viona sekejap. ”Em...tidak ada Bu. Kami hanya membicarakan hari-hari kami saat ada di kebun saja kok Bu. Tidak ada hal yang serius yang kami bahas. Iya kan, Vi?” tanya Andra pada Viona.
Viona tersenyum sambil mengangguk melihat ibu Sumi.
”Oh, begitu! Oh, iya. Kalian berdua di sini tinggal beberapa hari lagi untuk tinggal. Setelah itu kalian akan pergi tinggalkan Ibu sendiri, Ibu pasti akan merindukan kalian berdua.” ucap ibu Sumi. Wajahnya terlihat sedih.
”Ibu, Andra pasti akan kembali lagi untuk melihat Ibu kesini. Paling tidak, setelah Andra membangun rumah di kota, Andra akan memanggil Ibu untuk tinggal sama-sama dengan Andra di kota. Untuk sementara, Ibu dan Andra tinggalnya masih harus berpisah. Ibu yang sabar. Ya?” sahut Andra. Ibu Sumi mengangguk.
Ibu Sumi melihat Viona, Andra tahu maksud ibunya itu. Ibunya pasti akan merindukan sosok Viona. Entah, kapan lagi ibu dan Viona akan bertemu, setelah mereka akan berpisah nanti?
”Ibu, sebaiknya Ibu masuklah untuk istirahat. Andra dan Viona masih ingin duduk di sini. Iya kan, Vi?” tanya Andra pada Viona. Viona mengangguk.
Ibu sumi mengangguk. Ia berdiri, ”Kalian jangan lama-lama berada di luar...”
”Iya, Bu.” jawab Andra dan Viona.
Ibu Sumi kembali masuk ke dalam rumah. Andra dan Viona kembali saling pandang.
”Kamu...masuklah untuk istirahat. Aku masih ingin di sini.” titah Andra pada Viona.
Viona mengangguk. Ia berdiri. ”Kamu cepatlah masuk. Gak baik terkena angin malam terlalu lama,” nasehatnya.
Andra mengangguk patuh. Viona masuk ke dalam rumah.
Andra menghela nafas. Vi, aku juga mau kita terus bersama. Tapi, apakah itu bisa? Latar belakang mu, aku belum tahu pasti. Aku juga tidak tahu, apakah kamu sudah punya pacar atau lelaki lain yang kamu sukai atau tidak?
Yang pasti adalah setelah kita berada di kota, kita akan menjalani hidup masing-masing. Setelah kamu kembali ke rumah orang tuamu, apakah kita masih bisa bertemu lagi?
Vi, aku memang tidak tahu latar belakang mu seperti apa? Tetapi, firasat ku mengatakan kamu adalah orang berada. Semua terlihat jelas dari lembut, putih, dan mulusnya kulit mu. Masak, mencuci piring, mencuci pakaian, dan menyapu pun, kamu belajar pelan-pelan dari mama ku.
Vi, jika itu benar, kamu dan aku tidak cocok bahkan untuk berteman. Kamu bisa tinggal di desa ku tanpa terus mengeluh saja, aku sudah bersyukur. Semoga kita bisa bertemu lagi saat di kota, setelah kamu kembali pada orang tuamu. benak Andra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
TK
mencari masalah
2022-09-20
0
TK
masak cutinya Ardan 2 bulan lebih?
2022-09-20
0
TK
kenapa gak lapor polisi?
meskipun udah nyebar orang untuk nyari
2022-09-20
0